Mamak dan mak Bima memelukku, mereka berdua menguatkan ku, dan itu bisa membuat sanggup untuk duduk disini.
"Seperti firman Tuhan yang tertulis dalam kitab Matius 19 ayat 6.
Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.
Begitu firman Tuhan, yang berarti tidak ada perceraian dalam ajaran agama kita. sebab hanya maut saja yang bisa menceraikan apa yang telah dipersatukan oleh Tuhan.
Sebelum kalian berdua di nikahkan oleh pastor, dan kalian telah mengambil janji.
saya menggambil engkau sebagai Istriku/suamiku. pada waktu susah maupun senang. pada waktu kelimpahan ataupun kekurangan, pada waktu sehat atau sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita. sesuai dengan hukum Allah yang Kudus dan inilah janji setia ku yang tulus di dalam nama Bapa, putra dan roh Kudus.
Janji pernikahan itu jelas-jelas kalian ucapkan dihadapan hamba Tuhan, orang tua dan juga jemaat lainnya.
Pandangan gereja kita mengenai perceraian, adalah dosa besar anakku.
Pandangan gereja katolik, tidak memperbolehkan perceraian, sebab itu adalah dosa besar.
Hanya maut yang memisahkan kalian dari pernikahan, dan itu artinya kalian berdua anakku, sudah menganggap pasangan kalian telah mati.
Kalian membunuh orang di dalam hati kalian, dan itu dosa besar, karena hanya Tuhan yang berhak mencabut nyawa manusia.
Bukalah hati kalian berdua, dan jadikan kasih Kristus sebagai pondasi keluarga, karena itu adalah pondasi pernikahan yang paling kuat.
Perceraian hanya menambah dosa dan luka di hati terutama keluarga dan anak. begitu banyak rasa sakit dan itu adalah kemenangan iblis di hati kalian anakku."
Nasihat pernikahan dari ibu Rumondang, seorang pemasmur bersuara merdu nan lembut di gereja kami. ayat-ayat Masmur yang dinyanyikan membuat hati sejuk seketika.
Nasihat nya begitu teduh, seandainya saja Tiopan mampu melaksanakan, mungkin kata cerai tidak akan pernah terucap.
"Inang...
dalam kitab Kejadian 2 ayat 24 dan tertulis
Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.
Tapi pak Lasma tidak bisa melakukannya, dan selalu lengket di ketiak mamaknya.
Janji pernikahan itu, sudah berulangkali di ingkari oleh pak Lasma.
Bersama ku saat sedang sehat maupun sakit, dan itu tidak dipenuhi oleh pak Lasma.
Jangankan dia bersama ku saat berkelimpahan, saat susah pun dia tetap bersama mamaknya.
Dalam kitab Efesus 5 ayat 25.
Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya.
Perintah Tuhan, diabaikan oleh pak Lasma. dia hanya mengasihi mamaknya dan juga kedua saudara perempuannya
Aku adalah istri bagi pak Lasma, yang setara dengannya agar menjadi teman hidupnya dalam suka maupun duka.
Jangankan dalam suka, bahkan dalam duka pun pak Lasma tidak pernah bersama ku.
Inang.....
Saya adalah manusia biasa, yang punya emosi, empati dan perasaan.
Layaknya seorang istri yang membutuhkan seorang suami, butuh kasih sayangnya dan butuh kehangatan, waktu dan cintanya, tapi semua itu tidak pernah terjadi, karena pak Lasma hanya selalu bersama mamak dan kedua kakaknya.
Aku sudah mencoba membuka hati ku dan mencoba berdamai dengan mertua ku.
Kemudian mencoba berkomunikasi dengan pak Lasma, tapi selalu ngak bisa karena terhalang oleh mamaknya.
Sudah ku coba berbagi cara, agar keluarga ku harmonis dan bahagia, tapi selalu gagal dan gagal lagi.
Sementara pak Lasma tidak berbuat apapun dan selalu berpihak pada mamaknya.
Memang benar kalau seorang anak itu harus berbakti kepada orangtuanya.
Tapi sampai kapan pak Lasma selalu dibawa perintah mamaknya.
Saya sudah putus asa, bisa-bisa aku sakit jiwa. apakah pandangan gereja katolik terhadap situasi pernikahan kami ini?
Apakah aku harus bertahan bersama pak Lasma sampai aku harus sakit jiwa?
Jika inang menjawab sampai mamaknya pak Lasma meninggal dunia, tapi aku ngak yakin bisa bertahan selama itu.
Mungkin saja aku yang bunuh diri, dan mati terlebih dahulu dari mamaknya pak Lasma. apakah tidak ada toleransi kepada umat yang terzalimi?"
Pemasmur bersuara merdu itu akhirnya terdiam, dan kemudian meneguk kopinya lalu meminta air minum lagi dan kemudian meneguknya lagi.
Sepertinya pemasmur itu kehabisan kata-kata dan bapa tuanya pak Lasma menatapku dengan lirih.
Lalu bapa tuanya pak Lasma berpindah duduk ke tempat pak Lasma dan berada diantara mamaknya dan juga pak Lasma.
"Begini ya pak Lasma, kamu tau kan kalau mak tua itu kepala dinas pendidikan di kabupaten ini.
Sementara aku hanyalah seorang pegawai administrasi di kantor Camat, tentunya penghasilan mak tua jauh lebih besar dariku.
Tapi tetap aja mak tua mu, meminta seluruh gaji ku dan tentunya aku serahkan dong.
Biar mak tua mu yang mengatur hal keuangan, dan kamu tau juga kalau aku memelihara babi seperti istrimu.
Memang ternak istri mu itu jauh lebih banyak dari ternak ku, dan itupun semua di pegang mak tua mu.
Saya ngak pernah kekurangan apapun di buat mak tua mu, uang saku dan sebagainya selalu ada.
Tapi seorang istri akan merasa terhormat dan di anggap ada, ketika istri menerima semua penghasilan suaminya.
Mak tua mu itu tidak pernah meminta gaji atau pendapatan dari anak-anaknya, terkecuali di berikan dan diminta untuk di tabung.
Apapun permasalahannya dan itu selalu kami bicarakan di kamar karena itu tempat yang paling privasi.
Jika kau hanya nempel terus ke mamak mu, lalu kapan kau ngobrol dengan istri mu di kamar pribadi kalian?
Satu hal yang perlu kamu ketahui, memang benar kalau kedua kakak mu itu adalah tanggung jawab mu.
Tapi juga harus berdiskusi dengan istri, intinya adalah harus ada komunikasi dengan istri."
Kemudian bapa tuanya itu menatap Ku seraya menghapus air matanya, begitu aneh karena laki-laki tegar itu meneteskan air matanya.
Lalu beliau menatap pak Bima, seraya menghapus air matanya yang masih terus menetes di pipinya.
"Lae pak Bima, apa yang harus kami lakukan? sudah benar-benar buntu aku ini.
Aku melihat kalau pak Bima dan istri, adalah orang yang sangat di percayai oleh menantu ku ini.
Tolong selamatkan pernikahan anak kami, aku mohon pak Bima."
Sampai bapa tuanya Tiopan, mengepalkan kedua tangannya dan seperti orang yang memohon.
"memang benar kalau mak Lasma sangat mempercayai kami, dan sangat begitu dekat dengan keluarga kami."
Mak Bima langsung duduk di depan suaminya, dan alhasil pak Bima berhenti bicara karena istrinya sudah berada di depannya.
"dengar ya kau Tiopan, jika aku jadi mak Lasma. sudah ku usir kau dan keluarga mu dari rumah ini.
Ngak semua orang kaya raya di dunia ini, tapi kita bisa menggapainya asal kita bersatu dan semangat dalam bekerja.
Jika kau masih sama mamak mu dan kedua kakak kau itu, jangan harap bisa bersatu lagi sama mak Lasma.
Kau mak Lasma, jika kau masih menerima pria yang berada di bawah ketiak mamaknya ini, maka jangan pernah panggil aku eda atau kakak."
Pak Bima memenangkan istrinya, karena sepertinya ucapan itu penuh dengan makna dan juga cerita di balik semuanya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Mia Sulandri
kalah telak dia
2023-06-29
0