Mak Bima sudah mulai terlihat tenang dan kemudian datang dan duduk tepat di sampingku.
"Jika mertua dan kakak ipar, masuk dalam sebuah keluarga.
Maka cepat atau lambat, pernikahan itu akan hancur. kami dulu sudah hampir hancur dan pak Bima bersama bapaknya datang menjemput ku ke rumah.
Syarat yang aku ajukan waktu itu, bahwa aku dan pak Bima harus mandiri. hal itu di dukung oleh bapak mertua, dan langsung membangun rumah dan usaha untuk pak Bima.
Sampai sekarang kami tetap akur, setelah ibu mertua dan kakak ipar tidak ikut campur lagi.
bagiamana menurut mak Lasma?"
Pernyataan dan pernyataan dari mak Bima tidak aku jawab dan dalam hati ini, bahwa hari ini juga semua ini harus tuntas, karena aku sudah muak melihat air mata kepalsuan itu.
"Kakak masih beruntung dan benar-benar beruntung, karena masih ada mendukung kakak.
lalu ito pak Bima yang sungguh mencintaimu kak, dan memang benar-benar menginginkan keluarga yang bahagia dan harmonis.
beda dengan keluarga ku ini, sudah empat kali pak Lasma mengingkari janjinya dan entah kapan pak Lasma bisa menepati janji layaknya seorang pria."
"Hebat kali kau Sere, Tuhan aja maha pengampun masa kamu ngak? apa kau sudah melebihi Tuhan?"
Mertuaku menyela ucapan ku, dan seolah-olah dia mampu melalui ini semua. seketika itu juga semua mata tertuju kepadanya dan bapa tua pak Lasma hanya menundukkan kepalanya.
Mamak yang menggendong Lasma, langsung memberikan putriku itu untuk di gendong mak Bima dan kemudian....
"ahhhhhh....
Sakit anjing...."
Mamak menjambak rambut mertuaku dan menjepit tubuh mertuaku.
Sepertinya kedua putrinya hendak ikut melerainya dan aku segera bertindak dan memuaskan hasrat untuk menghajar kedua perempuan itu dan terjadilah perkelahian yang dahsyat.
"Cukup..."
Bapa tuanya Tiopan berteriak untuk melerai, dan tamu yang lainnya berhasil melerai kami dan mengakhirinya.
"Kau memintak boru ku untuk menjadi menantu mu, sampai bersekongkol dengan bapak Sere.
keluarga ku hancur gara-gara kau setan, dari dulu sudah aku coba untuk bersabar dan berdamai sama kau.
tapi kau benar-benar iblis, cukup aku yang menderita kau buat, cukup aku saja yang menderita karena mu.
aku kira kau akan berubah dan tidak mau ikut campur dalam keluarga anak, tapi kau malah menyamakan keadaan seperti yang dulu.
kau benar-benar iblis......"
Mungkin karena mulut mertua ku sudah berdarah, sehingga perempuan itu tidak memberikan sanggahan.
Hanya bisa terdiam ketika mamak memakinya, demikian juga dengan yang lainnya.
"Amang...
Tolong bawa keluarga amang, dan aku tetap pada pendirian ku.
Aku masih punya Lasma, yang sangat-sangat membutuhkan kasih sayang dariku. kalau aku gila, lantas siapa yang merawat putri ku."
Pak Bima langsung bergerak dan menyuruh Tiopan yaitu bapak nya Lasma dan keluarganya untuk pergi dari rumah ini.
Bukannya berdamai tapi malah memperkeruh keadaan, memang sejak pernikahan sudah merasa seperti janda.
Bersuami tapi seperti janda, tidak ada gunanya mempertahankan pernikahan ini, yang ada hanyalah sakit yang semakin dalam.*
Markus sudah datang menjemput kami dari rumah ini, aku membawa saksi-saksi yaitu mamak, pak Bima dan juga pak Sinta serta pemangku adat.
Karena hari ini adalah pembuktian saksi-saksi, dan itu artinya sudah semakin dekat perceraian kami.
Sesampainya di pengadilan dan kami bertemu dengan Intan dan juga tetangganya. dimana waktu itu kami sama-sama ribut di bank karena perkara pinjaman tanpa persetujuan istri.
Ternyata mereka mendapatkan jadwal yang lebih awal dan sudah selesai sidangnya.
Setelah tegur sapa, lalu kami masuk ke ruang persidangan.
Pak Lasma yang menjadi tergugat, tidak hadir atau tidak mewakilkan dirinya kepada penasihat hukum.
Sehingga hanya saksi dari ku saja yang diperiksa oleh hakim dan semuanya berjalan dengan lancar.
Para saksi-saksi sudah pulang terlebih dahulu, dan bersama mamak kami beranjak ke pusat pasar di ibukota kabupaten ini.
Untuk membeli keperluan pindahan rumah, seperti koper, tas dan juga beberapa karung.
"Mak.....
tolong ambil handphone ku dari tas mak, sepertinya ada yang nelpon tuh."
Aku meminta mamak untuk menjawab panggilan itu, karena aku sedang menggendong Lasma.
Setelah selesai menerima telepon, dan langsung ekspresi wajah mamak sangat berbeda.
"Kenapa mak?"
"Bapak mu serta mertua mu, datang ke rumah dengan membawa pastor."
Pastor atau romo, yaitu pimpinan di gereja katolik kami. sama halnya seperti pendeta pada gereja protestan lainnya.
Sepertinya mertuaku itu belum habis siasatnya, dan dia membuat taktik yang baru.
Tidak jadi masalah, hadapi dengan tenang dan penuh dengan akal sehat.
Segera kami pulang tanpa berbelanja, dan naik ojek agar lebih cepat sampai di rumah, sesampainya di rumah, dan begitu terkejutnya melihat rombongan tersebut sudah berdiri di depan rumah seperti hendak mau misa saja.
(misa memiliki arti tersendiri di dalam gereja katolik, tapi sebagai umat Katolik yang biasa. misa artinya peribadatan.
Kalau dalam gereja Kristen protestan lainnya, disebut juga kebaktian atau peribadatan).
Pastor dan dua orang biarawati atau suster, lalu di dampingi oleh ibu Rumondang, pemasmur gereja kami.
Beserta beberapa jemaat lainnya, lalu bapak, Tiopan dan mamaknya serta kedua kakaknya dan juga beberapa tetangga kami.
Tidak terlihat bapa tuanya, dan juga pemangku adat serta pak kepling.
"Syalom....."
Sapaan ku disambut oleh mereka, dan kemudian mempersilahkan tamu-tamu tersebut untuk masuk ke rumah.
Beruntung sekali aku punya tetangga yang super baik, mak Sinta tetangga depan rumah. tempat ku menitipkan hasil kebun dan juga telur ayam untuk di jual.
Mak Sinta sudah menyediakan kopi dan juga teh manis, sementara mak Elisabeth. tetangga samping rumah, sudah membawa semua jualan kue nya ke rumah ku untuk disajikan ke tamu.
Tentunya di bayar dong, dan itu sudah luar biasa bagiku karena mereka membantu ku disaat-saat seperti ini dalam keadaan terjepit.
Sebenarnya aku agak heran, karena pastor dan rombongan bukan dari gereja kami, melainkan dari gereja tempat tinggal mamak.
Sebab gereja kami ini sudah berdiri sendiri, dan berbeda paroki dengan gereja katolik di tempat tinggal mamak.
"Mak.....
apa ngak menyalahi aturan? kenapa dari gereja mamak yang datang? seharusnya dari gereja kami mak.
kan aku dah pindah gereja, dan itu dah melalui surat dari gereja."
Aku berbisik kepada mamak, dan mamak hanya menjawab, kalau mungkin saja peraturan sudah berubah di dalam gereja katolik dan itu mungkin karena pastor nya yang baru.
"Apa-apaan ini? kalau memang membawa penatua gereja ke rumah ito ku ini, dan kenapa bukan dari gereja kami?
kami juga sama-sama katolik, atau apakah Katolik kita berbeda aliran atau memang sudah ada perubahan dalam gereja katolik kita?"
Para tamu saling berbisik satu sama lainnya, karena ucapan dan pertanyaan dari pak Bima yang datang bersama pak Sinta.
Memang sama-sama gereja katolik, tapi kami sudah berbeda akan kepimpinan atau biasa disebut resort.
Resort adalah kepemimpinan suatu induk gereja, dalam satu organisasi gereja. setiap wilayah berbeda resort atau kepemimpinan gereja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Mia Sulandri
author nya keren, karena ada penjelasan yang membuat pembaca gampang mengerti
2023-06-29
1