Keluarga Suami yang Mengenalkan.

Usia kehamilanku sudah mendekati hari kelahiran, dan lima ekor babi juga sudah beranak.

Hanya satu induk babi yang anaknya lima ekor, sisanya melahirkan anak-anaknya sebanyak sepuluh dan dua belas ekor.

Untuk membuat persediaan lahiran, aku menjual satu ekor pejantannya.

Akhirnya aku melahirkan seorang anak perempuan, yang dibantu oleh bidan desa tanpa di dampingi oleh bang Tiopan.

Sudah terbiasa di tinggal seperti ini, dan bersyukurnya masih ada mamak disini.

Hanya butuh waktu tiga hari, dan aku sudah beraktifitas sebagai mana biasanya.

Lasma Marito, nama putriku. artinya sumber kebahagiaan dan lekas memiliki adik laki-laki seperti yang di harapkan bapaknya.

Sudah sebulan sejak kelahirannya dan bapaknya tidak pernah melihatnya.

Hampir tiga bulan dan bapaknya entah kemana, sampai sekarang belum pernah melihat wajah putrinya ini.

"Sere..... Sere......."

Bang Tiopan berteriak dari depan pintu, jam sembilan malam seperti ini dan berteriak-teriak di depan pintu memanggil namaku.

Mamak yang sedang menggendong putriku, kaget dan hampir menjatuhkan Lasma.

Betapa kagetnya ketika melihat bang Tiopan yang datang bersama kedua kakak perempuannya dan juga mamaknya, serta empat orang keponakannya.

Mereka langsung masuk tanpa aku persilahkan, kemudian duduk di ruang tengah dengan barang-barang bawaannya yang sangat banyak.

"Apa-apaan ini? kenapa kalian semua ke sini?"

Tidak satupun diantara mereka yang menanggapi ku, sebagian ke dapur dan sebagainya lagi ke kamar mandi.

"Bang Tiopan..."

Aku menarik tangan bang Tiopan ke kamar, setelah masuk ke kamar dan langsung mengunci pintu kamar.

"Apa maksudnya ini bang? kenapa mamak mu dan kedua kakak mu itu datang kemari dengan membawa koper-koper mereka?"

"Kami mau tinggal disini untuk sementara waktu."

serrrrr......

Darah terasa mengalir di sekujur tubuhku, dan mendidih mendengar ucapan suamiku ini.

"Sawah, kebun dan rumah. di gadaikan oleh kedua suaminya mereka. tergadaikan ke rentenir, dan rentenir itu mengusir kami dari rumah.

besok abang mengadaikan SK PNS, untuk membeli rumah di depan itu."

"Terserah kau lah bang, dan jangan harap aku mau masak untuk mereka.

Aku, mamak dan Lasma anak kita. akan pindah ke belakang, disana ada gudang yang bisa kami tempati."

"Apa salahnya kalau kita satu rumah dengan mamak?"

"Takutnya nanti ku potong leher mamak kau, aku masuk penjara dan Lasma anak kita ngak ada yang ngurus.

besok kami pagi kami akan beres-beres rumah, dan mamak serta kakak-kakak mu, suruh aja tidur di kamar sebelah.

biar mamak ku aja yang di ruang tamu, dan jangan pernah ganggu mamak ku, karena mamak ku adalah karyawan Ku."

Setelah mengatakan demikian dan langsung aku tinggalkan bang Tiopan di kamar.

Di ruang tamu ini, aku bicara sama mamak mengenai rencana pindah ke dekat kandang babi.

Aku ngak mau satu rumah dengan mertua serta anak-anak perempuan, lebih baik aku tinggal sama babi daripada tinggal sama mereka.

"Kau ngak masak Sere? kedua kakak ipar mu dan juga anak-anaknya lapar.

kalau ngak masak kau sekarang, ngak ada otak mu sebagai istri."

Ucapan mertuaku ini, benar-benar menusuk sampai ke ulu hati dan bahkan sampai ke ginjal dan berakhir di jantung.

Tiba-tiba saja aku sesak napas dan hanya bisa menatapnya.

"Apa anak mu itu memberikan uang belanja samaku? ngak ada ya. semua gajinya kau ambil."

"Betul-betul keterlaluan kau Sere, kau punya ternak yang sudah menghasilkan.

pakai perasaan mu Sere, kau ngak lihat kakak-kakak ipar mu ini serta adik suami mu yang sedang kelaparan?"

Tarik napas dalam-dalam, hembuskan, tarik lagi dan hembuskan.

Terasa lega untuk sementara, dan hanya perlu bersabar untuk sementara waktu.

"Inang...

Dalam kulkas ada daging ayam, sayur dan bumbu dapur. aku capek inang, suruh aja dulu mereka berdua masak.

kalau masak bersama, cepat itu masak nanti. semua lengkap kok di dapur."

(inang adalah panggilan ibu mertua, dalam adat istiadat batak toba).

"kaulah yang masak, seharusnya kau melayani keluarga suami mu."

kakak perempuan Tiopan yang paling besar, namanya Donna dan ucapannya seolah-olah dia adalah ratu yang harus di hormati.

"Aku capek kerja dan juga mengasuh anak ku, begini aja ya. didepan rumah ini, ada warung yang menjual makanan dan minuman yang enak. ini uang nya dan pergilah belanja ke sana."

"kami baru sampai di sini, dan kami keluarga suami mu. kau menyuruh kami untuk makan di warung itu, karena kau ngak masak.

dimana rasa hormat kepada keluarga suami mu, suami yang menafkahi mu."

Emosi ku sudah memuncak dan Lasma yang minum ASI langsung menolaknya dan menangis karena mendengar ucapan kakak si Tiopan ini.

Aku memberikan Lasma putriku dan meminta mamak untuk pergi ke rumah pak Bima, aku berikan ke mamak dan aku berjalan ke arah dapur lalu mengambil parang.

Ku raih leher ibu mertuaku dan menodongkan parang ke lehernya.

"Tiopan....."

Ibu mertuaku berteriak memanggil anaknya, karena di lehernya sudah ada parang yang tajam.

"Tolong..."

Kedua putrinya berteriak minta tolong, dan pada akhirnya tetangga kami berdatangan dan aku merasa ada darah yang mengalir dari leher mertua ini.

"Mak Lasma.....

hentikan Itok ku, hentikan. ayo kita bicara baik-baik, tolong letakkan parang mu itu ya."

Pak Bima membujukku, sementara Tiopan hanya bisa terduduk lemas melihat darah yang mengalir dari leher mamaknya.

Parang yang ada di leher mertuaku, diambil oleh mak Sinta, lalu diberikannya kepada pak Bima dan kemudian memelukku.

Lalu mak Sinta menuntunku untuk duduk, dan akhirnya kami semua duduk.

"Kamu kenapa mak Lasma? kenapa sampai mau menggorok mertua mu?"

Aku menoleh mak Sinta, dan kemudian menatap ibu mertuaku. dimana darah itu masih mengalir dari lehernya.

"Aku sadar kok melakukannya, tapi emosi ku sulit ku kontrol. Ibu mertuaku ini dan juga kedua putrinya datang jam segini kemari.

Jam sembilan malam seperti ini, mereka akan tinggal disini karena rumah mereka disita rentenir akibat ulah suami dari kedua putrinya itu.

lalu menyuruh ku masak, aku dah capek satu harian kerja dan mengurus anak. sementara gaji bapaknya Lasma, dipegang oleh mamaknya.

kalau tadi seluruh gaji semua ada padaku, pasti aku layani dengan sebaik mungkin.

Aku kerja karena ngak ada nafkah dari suami dan mertuaku serta kedua putrinya menyuruhku seperti pembantu di rumah ku sendiri."

"Kau memang menantu yang tidak tau diri Sere."

Ibu mertuaku berhenti bicara setelah aku meraih parang dari samping pak Bima, terlihat wajah itu sangat merah dan sangat-sangat ketakutan melihat Ku.

Lalu pak Bima mengambil parang itu lagi dan memberikan parang itu ke salah warga yang duduk dibelakang nya.

Terpopuler

Comments

Riaaimutt

Riaaimutt

jangan mau di tindas. 1x lemah selamanya akan jd budak

2023-06-23

0

lihat semua
Episodes
1 Kejutan.
2 Menikah
3 Suami Yang Kecewa.
4 Keluarga Suami yang Mengenalkan.
5 Harus Dengan Kekerasan.
6 Kisah Pernikahan.
7 Mertua Yang Aneh.
8 Pak Lasma.
9 Keinginan Untuk Bercerai.
10 Mulai Bertindak.
11 Kesepakatan Untuk Bercerai.
12 Mantap Untuk Bercerai.
13 Tiopan Membawa Keluarganya.
14 Minta Rujuk.
15 Ada Yang Aneh.
16 Bercerai di Dalam Diri.
17 Jalan Terbaik.
18 Acara Adat Mak Sinta.
19 Tagihan Kartu Kredit.
20 Urusan Kartu Kredit Belum Selesai.
21 Masalah Utang Di Koperasi.
22 Pertikaian Lagi.
23 Utang Ke Rentenir.
24 Perkara Selesai.
25 Merasa Kehilangan.
26 Nasihat.
27 Serangan Balik.
28 Bermasalah.
29 Tangan Yang Ditebas.
30 Ingin Berdamai.
31 Mamaknya Tiopan Murka.
32 Mencoba Ikhlas.
33 Tiopan Menikah Lagi.
34 Bimbang.
35 Nasihat Berujung Pertikaian.
36 Nasihat Yang Terabaikan.
37 Pilihan Yang Sulit.
38 Rencana Balas Dendam.
39 Anak Yang Tamtrum.
40 Tiba di Kampung.
41 Bertemu Dengan Bapak.
42 Kisah dari Renhat.
43 Pernyataan Cinta.
44 Penyesalan Yang Menyakitkan.
45 Bapak Meninggal.
46 Menahan Emosi.
47 Berkumpul Bersama.
48 Adat Sari Matua.
49 Begini Rasanya Bahagia.
50 Perbedaan Pola Pikir.
51 Terjadilah Drama
52 Biarkan Dia Memilih.
53 Lasma Tetap Memilih Bapaknya.
54 Kabar Bahagia.
55 Cerita Tentang Lasma.
56 Wisuda dan Rencana Pernikahan.
57 Tunangan.
58 Bertemu Dengan Donna.
59 Hati yang Tidak bisa Di Bohongi.
60 Bisa Berubah.
61 Pemberkatan.
Episodes

Updated 61 Episodes

1
Kejutan.
2
Menikah
3
Suami Yang Kecewa.
4
Keluarga Suami yang Mengenalkan.
5
Harus Dengan Kekerasan.
6
Kisah Pernikahan.
7
Mertua Yang Aneh.
8
Pak Lasma.
9
Keinginan Untuk Bercerai.
10
Mulai Bertindak.
11
Kesepakatan Untuk Bercerai.
12
Mantap Untuk Bercerai.
13
Tiopan Membawa Keluarganya.
14
Minta Rujuk.
15
Ada Yang Aneh.
16
Bercerai di Dalam Diri.
17
Jalan Terbaik.
18
Acara Adat Mak Sinta.
19
Tagihan Kartu Kredit.
20
Urusan Kartu Kredit Belum Selesai.
21
Masalah Utang Di Koperasi.
22
Pertikaian Lagi.
23
Utang Ke Rentenir.
24
Perkara Selesai.
25
Merasa Kehilangan.
26
Nasihat.
27
Serangan Balik.
28
Bermasalah.
29
Tangan Yang Ditebas.
30
Ingin Berdamai.
31
Mamaknya Tiopan Murka.
32
Mencoba Ikhlas.
33
Tiopan Menikah Lagi.
34
Bimbang.
35
Nasihat Berujung Pertikaian.
36
Nasihat Yang Terabaikan.
37
Pilihan Yang Sulit.
38
Rencana Balas Dendam.
39
Anak Yang Tamtrum.
40
Tiba di Kampung.
41
Bertemu Dengan Bapak.
42
Kisah dari Renhat.
43
Pernyataan Cinta.
44
Penyesalan Yang Menyakitkan.
45
Bapak Meninggal.
46
Menahan Emosi.
47
Berkumpul Bersama.
48
Adat Sari Matua.
49
Begini Rasanya Bahagia.
50
Perbedaan Pola Pikir.
51
Terjadilah Drama
52
Biarkan Dia Memilih.
53
Lasma Tetap Memilih Bapaknya.
54
Kabar Bahagia.
55
Cerita Tentang Lasma.
56
Wisuda dan Rencana Pernikahan.
57
Tunangan.
58
Bertemu Dengan Donna.
59
Hati yang Tidak bisa Di Bohongi.
60
Bisa Berubah.
61
Pemberkatan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!