Dari kisah mak Sinta, aku mengambil pelajaran yang berharga. yaitu mencoba untuk bertahan, berharap ada mujizat yang turun dalam keluarga kecil ku.
Berhubung telur ayam ku sangat banyak dan aku berniat ingin memberikan telur ayam kepada ibu mertua.
Tok....tok....tok.....
Aku mengetuk pintu rumah ibu mertua, dan berusaha tersenyum semanis mungkin.
"Mau ngapain kau? mau menghina keadaan rumah ini? dah merasa hebat kau iya?"
Aku tersenyum kepada ibu mertuaku untuk membalas pertanyaan yang membingungkan. darinya.
"Ngak inang, aku hanya ingin berbagi telur ayam ini."
"Kau ingin meracuni kami dengan telur ayam itu iya? dasar perempuan sialan."
Suaranya yang kuat dan melengking tinggi, membuat para tetangga lainnya keluar dan melihat kami yang sedang berseteru.
"Ngak sudi aku makan telur kamu itu, telur yang penuh racun."
Begitulah ucapannya dan salah satu ibu-ibu yang merupakan tetangga kami juga langsung mengambil telur ayam dari tanganku.
"Tadi di kedai mak Sinta kehabisan telur ayam kampung, sini sama ku aja.
anak-anak ku butuh gizi, daripada di buang mertua mu, lebih baik sama ku."
Telur ayam dalam plastik kresek yang berjumlah tiga puluh butir, dan harga per butir nya dua ribu rupiah lalu memberikan uang enam puluh ribu rupiah ke tanganku.
Mak Irma panggilannya, dan langsung pergi setelah memberikan uang kepadaku.
"Hebat kau ya, bisa-bisanya kau memberikan telur ayam itu pada orang lain, hanya karena orang itu punya uang.
kau benar-benar keterlaluan, dasar menantu ngak tau diri, pelit dan aku do'akan kuburan sempit nantinya."
Iya Tuhanku...
Dia yang menolak tapi mengatai ku sedemikian, dalam hati berjanji, tidak akan memberikan apapun kepadanya lagi.
"Agak lain memang kau ya, jelas-jelas kau menolak telur pemberian menantu mu, tapi kenapa tiba-tiba berkata gitu?"
prak.....
Ibu mertuaku mengunci pintu dengan cara membantingnya, hanya karena di tegur oleh tetangga.
"Sudahlah mak Lasma, memang niat mu baik, tapi jangan kau lukai hati mu.
Ngak semua orang pantas kita beri sesuatu, dan memang ada orang yang benar-benar pantas menerima pemberian kita."
Nasihat yang bagus dan patut untuk diteladani dan dilaksanakan, demi hidup yang damai.**
Jam delapan malam dan terdengar pintu di ketuk, suara bang Tiopan begitu nyaring dari balik pintu itu.
"Abang pinjam uang lah dek, sudah bingung besok mau makan apa? sementara bere kita masih kecil-kecil dan butuh makan."
Bere yang artinya keponakan, anak-anak dari kakak perempuannya.
Tiopan hendak meminjam uangku dan tidak masuk ke dalam rumah dan hanya sebatas pintu saja.
"Terus abang ngak memikirkan Lasma? apa abang pernah memikirkan Lasma putri kita? kenapa harus bere mu itu?
butuh berapa?"
"Satu juta aja ya."
Aku ngak mau berdebat dengannya, dan langsung aku berikan dua ribu rupiah dan sorot matanya begitu tajam ke arahku.
"Kok cuman dua ratus ribu?"
"Hanya itu yang ada, karena saya dan Lasma putri kita butuh biaya."
Bang Tiopan langsung pergi dengan raut wajahnya yang marah, dan aku ngak perduli sama sekali.
Berselang beberapa menit kemudian, dia datang lagi dan kali ini hendak meminta jatah urusan arus bawah nya.
"Ada uang baru saya layani, pelacur aja harus dibayar baru mau melayani tamunya.
kau apa Tiopan? tak satu rupiah pun kau berikan nafkah untukku."
"Berapa sekali tidur?"
"Satu juta aja, dan itu sudah termasuk biaya Lasma putri mu. serta biaya makan mu disini jika mamak mu ngak masak di rumahnya."
Terlihat dia begitu lemas dan raut wajahnya dipenuhi dengan amarahnya.
"Apa aku salah menafkahi mamak ku dan juga kakak perempuan ku? mereka jauh lebih butuh nafkah, karena kau masih bisa cari nafkah mak Lasma."
"Kau tiduri aja mamak dan kakak kau itu, kan kau yang menafkahi mereka."
"Kau jangan egois mak Lasma..."
Tiopan berteriak karena nafsunya yang tidak tersalurkan dan seketika itu juga pak Bima dan istrinya serta tetangga lain pada keluar rumah dan menghampiri kami.
"Kenapa pak Lasma teriak-teriak malam-malam seperti ini?"
Wajah Tiopan yang hitam kelam, kini nampak merah karena menahan amarahnya yang bercampur rasa malu.
Pak Lasma hanya terdiam dan tidak menjawab pertanyaan dari pak Bima.
"Pak Lasma mintak jatah urusan arus bawahnya ito, tentunya saya juga mintak uang belanja.
seluruh gajinya sebagai PNS, diberikannya kepada mamak dan juga kedua kakak perempuannya.
Kalau begitu ceritanya, biarkan ajalah pak Lasma dilayani oleh mamak dan kakak perempuannya.
betul ngak bapak ibu?
Ya jelas betul, minimal setengah penghasilannya diberikan jugalah kepadaku, kan aku istrinya dan sudah memiliki putri."
huuuuuuu.......
Para tetangga menyoraki pak Lasma, dan wajahnya semakin merah ngak karuan.
"Kau benar-benar istri yang tidak tau di untung ya, ngak tau diri kau itu.
dimana otak mu, menyuruh anakku sendiri untuk tidur dengan mamak kandung dan kakak nya.
betul-betul ngak ada otak kau Sere, kau benar-benar wanita jahanam."
"Ibu mertuaku yang tersayang, makanya jangan rakus. Lasma juga cucu mu dan butuh biaya hidup, dan saya istri anak mu.
kau yang menikmati seluruh gajinya, lantas aku harus melayani nafsu anak mu?
Pelac*r saja di bayar baru mau melayani tamunya, lantas saya sebagai istri anak mu dan hanya melayani nya tanpa nafkah.
kau ngak yang ngak punya otak orang tua, pakai sedikit akal sehat mu."
Perempuan itu terdiam, dan sangat kebetulan ada parang di dekat pintu, karena tadi sore di pinjam tetangga dan diletakkan di dekat pintu.
"pa....
Mau ngomong apa lagi kau?"
Setelah melihat parang yang ada di tangan ku, lalu dia mengajak anaknya untuk pulang ke rumahnya.
Keributan telah berakhir, dengan mengumbar aib di hadapan para warga di malam hari seperti ini.
Aku langsung ke kamar mandi, dan aku menumpahkan seluruh air mataku.
Dikamar mandi ini, aku menumpahkan air mataku agar tidak di lihat oleh mamak.**
Jam lima pagi dan biasanya aku sudah bangun, lalu aku mendengar ketukan pintu yang bersamaan dengan suara yang pelan dari pak Lasma.
Suamiku yang bernama Tiopan dan terlalu memihak mamak dan kedua kakaknya.
Tiopan yaitu bapak dari putriku yaitu Lasma, memberikan uang dua juta rupiah kepadaku.
"Aku sangat mencintaimu Sere, jangan gantung abang seperti ini."
Tiopan langsung menuntunku masuk kamar dan kemudian melampiaskan hasratnya yang sudah tak tertahankan.
Sebagai seorang istri dan aku harus melayani suami Ku.
Walaupun dirinya tidak berlaku adil terhadap ku dan terlalu memihak kepada keluarganya.
Tiopan bahkan memintak jatah dua ronde, karena sudah lama tidak menyalurkan arus bawahnya.
Dirinya terlihat puas setalah menggagahi ku hingga dua ronde, dan jujur aku merasa mencapai puncak kenikmatan bahkan untuk kedua kalinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Riaaimutt
sedia parang sebelum hujan 😄😄
2023-06-23
0