Kisah Pernikahan.

Agar rileks, aku memberinya air minum dan langsung di teguk oleh mak Sinta hingga habis, kemudian meletakkan gelas itu dengan cara membantingnya, untung aja gelas itu gelas berbahan melamin dan tidak mudah untuk pecah.

"Memang aku pengganguran dan berniat untuk membuka warung di depan rumah mertua.

sekedar mencari tambahan, dikala pak Sinta tidak punya pemasukan nantinya.

tapi ibu mertuaku melarangnya, karena takut rumah nya jorok dan meninggalkan bekas yang terkesan kumuh di rumah itu.

rumah full beton dan keramik, jadi sangat tidak estetik jika dibangun kedai di depan rumah.

aku ngak mintak modal darinya, hanya memerlukan ijin aja untuk merenovasi bagian depan bangunan.

Tidak di izinkan dan akhirnya aku nganggur, kebetulan di belakang rumah masih ada lahan kosong.

lalu aku minta izin untuk menanam cabe atau apapun itu yang bisa menghasilkan uang nantinya.

sebenarnya sih ingin memelihara babi ya, tapi itu ngak mungkin karena pasti di larang.

jangan ternak babi dibelakang rumah, hanya untuk lahan cabe atau tanaman apapun yang bisa menghasilkan uang ngak di izinkan.

alasannya di luar nalar, masa tanaman cabe bisa membuat polusi dan akan mengotori udara segar.

ngak habis pikir aku mak Lasma, benar-benar bingung dibuatnya. kalau aku masak, dikatain pemborosan, kalau ngak masak dikatain menantu pemalas.

hanya karena aku ngak suka tanaman bunga, aku omongin juga. aku ngak suka tanaman bunga, karena menurutku ngak ada gunanya.

lebih baik menanam cabe, sayur-sayuran lainnya yang gampang tumbuh dan perawatan.

berhubung semua serba beli, dan tanaman sayuran itu bisa membantu, tapi pikiran kami ngak sejalan, itu karena aku bukan seorang pegawai negeri sipil dan berpendidikan tinggi.

lantas anaknya gimana? toh juga hanya sebagai kernek atau kuli bangunan yang hanya tamatan SMP.

ngak sadar diri gitulah, dan aku selalu salah matanya.

Dulu pak Bima memenangkan tender proyek jalan kabupaten dan pak Sinta sebagai tukang bangunannya atau pekerjaannya dan harus ikut dan mereka akan menginap di tenda-tenda di pinggir jalan sampai proyek selesai.

saat itu usia pernikahan kami baru tiga bulan, dan pak Sinta harus meninggalkan ku di rumah bersama kedua orangtuanya.

Sakit sungguh sakit mak Lasma, semua serba salah.bangun pagi, aku di bilang sok rajin, bangun kesiangan di katai menantu yang tidak tau diri.

sudah miskin, pengangguran dan sebagainya. itulah yang selalu di ucapkan oleh ibu mertua, yang membuat hancur hatiku mak Lasma.

Dua minggu kemudian aku mual-mual dan baru ingat terakhir menstruasi, yaitu pas di pernikahan kami. Itulah hari terakhir aku haid, dan segera aku pergi ke bidan.

Segala puji syukur aku panjatkan, karena sudah hamil tiga bulan, dan tau sakit apa mak Lasma?

Saya di tuduh mertuaku selingkuh dan hamil anak pria lain, karena ngak mungkin aja usia pernikahan kami yang masih tiga bulan dan langsung hamil tiga bulan.

Aneh menurut ibu mertua, tapi tidak tidak dengan penjelasan ibu bidan yang sudah puluhan tahun sebagai bidan desa.

Anak rantau ke luar negeri, apalagi ke Malaysia. ntah itu anak Bangladesh yang hitam dekil itu. pastilah itu anak selingkuhan mu sama orang-orang Bangladesh itu.

itulah kata ibu mertuaku dan saat itu juga aku menelpon pak Sinta.

lalu bertanya sama pak Sinta, apakah aku perawan ketika di malam pertama kami dan pak Sinta menjawab kalau perawan saat dirinya menggauli di malam pertama pengantin kami.

Ibu mertuaku terdiam dan kemudian suasana agak tenang sedikit. tapi batin ku tersiksa dan aku stres berat, hal itu membuat aku keguguran.

Bidan desa menolong ku dan lagi-lagi ibu mertua menuduhku sengaja menggugurkan kandungan ku.

Aku ngak tahan lagi, lalu kabur ke rumah mamak dan menangis di pangkuannya. proyek jalan lebih cepat selesai, karena cuaca yang bagus dan pak Sinta pulang lebih awal.

karena pak Sinta masih mencintai ku, akhirnya dia membawa keluarganya untuk menjemput ku ke rumah mamak.

Saat itu aku mengajukan syarat, kalau memang pak Sinta masih menginginkan aku sebagai istrinya, maka kami berdua harus hidup mandiri.

Aku sudah mengincar rumah kami itu, rumah yang ideal untuk jualan.

Aku meminta agar aku dan pak Sinta untuk membeli rumah yang kami tempati sekarang, karena aku ngak bisa serumah bersama ibu mertuaku.

Lalu pak Sinta berkata kalau tidak mempunyai uang yang cukup untuk membeli rumah itu, dan seketika itu juga aku membongkar emas tabungan ku dan juga tabungan ku yang lainnya.

Saat itu pak Bima ikut bersama kami, dan berjanji akan membantu kami untuk membeli rumah jika uang ku tidak cukup.

Nantinya akan di cicil dengan potong gaji, dan pak Bima juga menjamin akan merehab bagian depan rumah agar bisa jualan.

Tuhan memberikan kami rejeki yang melimpah, emas dan tabunganku cukup untuk membeli rumah serta membangun kedai nya.

Lalu tabungan pak Sinta selama masih lajang, sebagai modal jualan dan membeli peralatan rumah tangga lainnya.

Sampai sekarang aku merasa damai dan bisa melahirkan tiga anak yang sehat tanpa kekurangan apapun.

Satu perempuan dan dua anak laki-laki, pak Sinta yang menguatkan aku dan kami sama-sama berjuang.

Sampai sekarang ini mak Lasma, aku tidak pernah bicara dengan ibu mertuaku.

Bahkan cucunya saat lahir sampai kelas dua SD seperti ini, tidak pernah tuh di jenguk olehnya.

Aku adalah menantu terburuk baginya, sumpah serapah dari semua adik-adiknya pak Sinta mengarah kepadaKu.

Bulan depan acara adat ke tulang, yaitu pak Sinta dari adik-adik perempuan.

Aku ngak tau nanti akan terjadi apa dan harus bagiamana.

Hanya mencoba memberikan yang terbaik, walaupun aku selalu yang terburuk bagi mereka.

Mereka hanya bicara kepada pak Sinta dan tidak pernah bicara kepadaKu.

Awalnya pak Sinta tidak setuju, dan menolak semua acara adat itu, karena mereka tidak menghargai istrinya yang telah menemaninya dan melahirkan anaknya. tapi karena ini adalah adat, dan aku mencoba untuk membangun hubungan keluarga yang baik, maka aku membujuk pak Sinta agar menyetujuinya.

Tapi ibu mertuaku berkata, gara-gara aku yang mempengaruhi pak Sinta dan hampir batal acara adat ini.

Demikian juga dengan adik-adiknya pak Sinta, yang turut serta menyalahkan aku.

Pak Sinta berkata, hanya karena mereka punya uang banyak, lantas sesuka hati mereka mengatai ku yang nggak-nggak.

Perempuan yang sudah menjadi istrinya dan telah melahirkan anak baginya. tidak dibiarkan oleh pak Sinta siapapun yang menghina ku.

Bagi pak Sinta, aku dan anak-anak adalah hartanya yang sangat mahal. kalau bukan karena Sinta yang mencintai ku, sudah dari dulu aku ingin lari.

Tapi cintaku dan cintanya pak Sinta yang masih terikat kuat dan menyatukan kami dalam cinta kasih keluarga yang utuh."

Aku memeluk mak Sinta, dan air matanya yang mengalir dan hal itu juga membuat air mataku mengalir begitu deras.

Mak Sinta masih memiliki suami yang mengerti keadaan dan mencintainya, sehingga mak Sinta mampu bertahan karena cinta sejati itu.

Lalu bagaimana dengan ku?

Suami ku hanya tau membela keluarganya, dan selalu menyalahkan ku.

Apakah aku sanggup menghadapi semuanya ini?

Sampai kapan aku mampu bertahan?.

Episodes
1 Kejutan.
2 Menikah
3 Suami Yang Kecewa.
4 Keluarga Suami yang Mengenalkan.
5 Harus Dengan Kekerasan.
6 Kisah Pernikahan.
7 Mertua Yang Aneh.
8 Pak Lasma.
9 Keinginan Untuk Bercerai.
10 Mulai Bertindak.
11 Kesepakatan Untuk Bercerai.
12 Mantap Untuk Bercerai.
13 Tiopan Membawa Keluarganya.
14 Minta Rujuk.
15 Ada Yang Aneh.
16 Bercerai di Dalam Diri.
17 Jalan Terbaik.
18 Acara Adat Mak Sinta.
19 Tagihan Kartu Kredit.
20 Urusan Kartu Kredit Belum Selesai.
21 Masalah Utang Di Koperasi.
22 Pertikaian Lagi.
23 Utang Ke Rentenir.
24 Perkara Selesai.
25 Merasa Kehilangan.
26 Nasihat.
27 Serangan Balik.
28 Bermasalah.
29 Tangan Yang Ditebas.
30 Ingin Berdamai.
31 Mamaknya Tiopan Murka.
32 Mencoba Ikhlas.
33 Tiopan Menikah Lagi.
34 Bimbang.
35 Nasihat Berujung Pertikaian.
36 Nasihat Yang Terabaikan.
37 Pilihan Yang Sulit.
38 Rencana Balas Dendam.
39 Anak Yang Tamtrum.
40 Tiba di Kampung.
41 Bertemu Dengan Bapak.
42 Kisah dari Renhat.
43 Pernyataan Cinta.
44 Penyesalan Yang Menyakitkan.
45 Bapak Meninggal.
46 Menahan Emosi.
47 Berkumpul Bersama.
48 Adat Sari Matua.
49 Begini Rasanya Bahagia.
50 Perbedaan Pola Pikir.
51 Terjadilah Drama
52 Biarkan Dia Memilih.
53 Lasma Tetap Memilih Bapaknya.
54 Kabar Bahagia.
55 Cerita Tentang Lasma.
56 Wisuda dan Rencana Pernikahan.
57 Tunangan.
58 Bertemu Dengan Donna.
59 Hati yang Tidak bisa Di Bohongi.
60 Bisa Berubah.
61 Pemberkatan.
Episodes

Updated 61 Episodes

1
Kejutan.
2
Menikah
3
Suami Yang Kecewa.
4
Keluarga Suami yang Mengenalkan.
5
Harus Dengan Kekerasan.
6
Kisah Pernikahan.
7
Mertua Yang Aneh.
8
Pak Lasma.
9
Keinginan Untuk Bercerai.
10
Mulai Bertindak.
11
Kesepakatan Untuk Bercerai.
12
Mantap Untuk Bercerai.
13
Tiopan Membawa Keluarganya.
14
Minta Rujuk.
15
Ada Yang Aneh.
16
Bercerai di Dalam Diri.
17
Jalan Terbaik.
18
Acara Adat Mak Sinta.
19
Tagihan Kartu Kredit.
20
Urusan Kartu Kredit Belum Selesai.
21
Masalah Utang Di Koperasi.
22
Pertikaian Lagi.
23
Utang Ke Rentenir.
24
Perkara Selesai.
25
Merasa Kehilangan.
26
Nasihat.
27
Serangan Balik.
28
Bermasalah.
29
Tangan Yang Ditebas.
30
Ingin Berdamai.
31
Mamaknya Tiopan Murka.
32
Mencoba Ikhlas.
33
Tiopan Menikah Lagi.
34
Bimbang.
35
Nasihat Berujung Pertikaian.
36
Nasihat Yang Terabaikan.
37
Pilihan Yang Sulit.
38
Rencana Balas Dendam.
39
Anak Yang Tamtrum.
40
Tiba di Kampung.
41
Bertemu Dengan Bapak.
42
Kisah dari Renhat.
43
Pernyataan Cinta.
44
Penyesalan Yang Menyakitkan.
45
Bapak Meninggal.
46
Menahan Emosi.
47
Berkumpul Bersama.
48
Adat Sari Matua.
49
Begini Rasanya Bahagia.
50
Perbedaan Pola Pikir.
51
Terjadilah Drama
52
Biarkan Dia Memilih.
53
Lasma Tetap Memilih Bapaknya.
54
Kabar Bahagia.
55
Cerita Tentang Lasma.
56
Wisuda dan Rencana Pernikahan.
57
Tunangan.
58
Bertemu Dengan Donna.
59
Hati yang Tidak bisa Di Bohongi.
60
Bisa Berubah.
61
Pemberkatan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!