Semua mahasiswa di kelas Syifa kini sudah penuh. Sebuah rekor baru untuk kelas itu karena tak ada satupun mahasiswa yang absen.
Bahkan ada beberapa mahasiswa lain yang diam-diam menyusup ikut di kelas Syifa. Semata-mata hanya ingin melihat dosen cantiknya dari dekat.
puluhan pasang mata mahasiswa pria itu tak pernah lepas pandangan kepada Syifa. Bahkan beberapa ada yang berbisik memuji kecantikan sang dosen.
Dion sejak tadi benar-benar diuji emosinya. Ingin sekali dia mencongkel mata para pria yang menatap istrinya.
Namun saat dia sibuk memperhatikan mata pria yang menatap Syifa tiba-tiba Bianca datang merangsek ke bangku sebelah Dion. Dia bahkan mengusir Nico yang sejak tadi duduk di sebelah Dion.
Gadis itu langsung mendekatkan kursinya dan meraih lengan Dion.
"Hai Dion, seneng deh akhirnya kamu kuliah lagi." sapa Bianca dengan genitnya.
Dion hanya memutar bola matanya sebal. Gadis otu selalu menempel pada Dion tanpa malu. Padahal sudah berulang kali Dion menolaknya namun Bianca yang sudah terobsesi kepada Dion pantang untuk mundur.
Tak berselang lama tiba-tiba ada gadis lagi yang mendekati Dion. Dia adalah Molly, salah satu mahasiswi yang juga menggilai Dion. Bedanya dulu Dion sempat berpacaran sebentar dengannya.
Bisa dibilang Molly ini saingan besar dengan Bianca. Dia tak terima diputuskan oleh Dion meski kejadian itu sudah dua tahun lalu.
Dion kurang suka sifatnya yang kekanakan serta suka pamer. Namun Molly pantang menyerah dan ingin kembali bersama Dion.
Syifa yang sibuk menyampaikan materi pun dibuat geram dengan ulah dua gadis itu.
Mereka sibuk menggoda dan memperebutkan Dion hingga membuat mahasiswa sekitarnya mulai terganggu.
Sebenarnya bukan hanya itu alasannya hati Syifa meradang saat melihat gadis lain mendekati Dion.
Meski status pernikahannya bisa dikatakan masih sangat hambar tapi tak menutup kemungkinan bahwa Syifa sebenarnya mulai tertarik kepada Dion.
Syifa tampak menatap Dion dengan tajam. Sementara Dion yang masih kesal dengan sikap Syifa terhadap Alan membuatnya ikut sinis.
Tapi Bianca dan Molly justru berani memegang-megang tangan Dion. Syifa yang sudah dilanda amarah langsung menulis sebuah soal di papan tulis.
"Bianca, Molly, tolong kalian maju ke depan." ujar Syifa.
Baik Bianca maupun Molly pun sangat terkejut. Mereka tak menyangka akan dipanggil ke depan oleh dosen.
Namun keduanya yang memang sedang bersaing mencari perhatian Dion langsung maju ke depan.
"Kalian kerjakan soal ini masing-masing." ujar Syifa seraya menyerahkan masing-masing spidol kepada mereka.
Bianca dan Molly langsung terperangah melihat soal yang bagi mereka cukup sulit. Namun mau tak mau mereka harus menjawabnya.
Beberapa saat mereka tetap terpaku memandangi papan itu tanpa sedikit jawaban pun.
"Mau kalian ini apa? Lalu susah payah saya mengajari kalian ini hasilnya?" ujar Syifa dengan geram.
"M-maaf Bu, kita tadi tidak fokus." ujar Molly.
Syifa menghela nafas kasar. Raut wajahnya bahkan sudah terlihat adanya amarah. Meski begitu tetap saja tak mengurangi kecantikannya.
"Kalian keluar dari kelas saya." ucap Syifa datar.
"Tapi bu.. Kami..."
"SAYA BILANG KELUAR!" tangan Syifa menunjuk pintu keluar.
Akhirnya dengan wajah sebal kedua gadis itu berjalan menghentakkan kaki keluar dari ruang kelan diiringi dengan seruan para mahasiswa lain.
"Untuk kalian semua yang tak berniat mengikuti kelas sata silahkan keluar. Saya tidak menerima orang yang hanya main-main kerjaannya." ujar Syifa tegas.
Dion pun hanya bisa diam terpaku melihat istrinya yang benar-benar berbeda.
Baru kali ini Dion melihat kemarahan Syifa. Padahal sebelum-sebelumnya dia tak pernah semarah ini. Meskipun tak jarang dia dulu suka menggoda Syifa saat bimbingan dengannya.
Syifa sendiri tak mengerti dengan dirinya yang tiba-tiba bisa semarah itu. Biasanya dia akan mencoba menahan amarahnya sebisa mungkin.
Namun kali ini melihat dua cecunguk itu menggoda Dion serta mereka yang tidak bisa mengerjakan soal membuatnya semakin meradang.
Semua mahasiswa yang menyaksikan Syifa pun hanya bisa diam mematung. Tak berani banyak tingkah sebab mereka baru tahu kalau Syifa tergolong dosen killer.
"Gue bener-bener nggak nyangka Bu Syifa setega itu sama kita." ujar Molly kesal.
Namun Bianca sejak tadi hanya diam. Tampaknya dia sedang merencanakan sesuatu untuk Syifa.
"Bi, lo diem terus aih dari tadi. Seneng ya direndahkan sama dosen sialan itu?" gerutu Molly.
"Diem lo. Ngapain ngomong sama gue." Bianca pergi begitu saja tanpa mempedulikan Molly.
Molly hanya mengerang geram. Gadis itu benar-benar tak bisa diajaknya berinteraksi dengan baik.
Sementara di dalam kelas Syifa langsung hening sejak kejadian itu. Semua mahasiswa langsung mengikuti pembelajaran dalam keadaan sangat kondusif. Tak ada seorangpun yang berani iseng-iseng.
Hanya sesekali Nico berbisik kepada Dion.
"Calon istri gue ternyata killer juga bro. Wah, biasanya yang kek gini jago banget kalau di ranjang." ucapan vulgar Nico tentu saja langsung menyulut emosi Dion.
Seketika Dion langsung menendang betis Nico dengan keras. Nico memekik tertahan sebab dia takut dimarahi Syifa.
Alhasil dia hanya bisa menggerutu dalam hati.
Sampai akhirnya pelajaran usai mereka pun berangsur meninggalkan ruang kelas.
Nico berjalan dengan pincang sementara Dion yang wajahnya masih ditekuk langsung berjalan lebih cepat menghindari pria itu.
Ditambah lagi Syifa yang sebenarnya masih kesal dengan Dion. Mereka pun tak saling tegur sapa. Padahal biasanya Dion tak pernah absen mengobrol dengan Syifa setelah usai pelajaran. Menanyakan hal-hal yang kirang dia pahami.
"Dion, lo kenapa sih sewot banget sama gue. Sakit nih." gerutu Nico yang menghampiri Dion.
Dion yang awalnya cuek langsung berbalik menatapnya dengan tajam.
"Sekali lagi lo ngomong macem-macem tentang Bu Syifa, habis lo. Dan satu lagi berhenti panggil Bu Syifa calon istri lo. Karena sampai kapanpun Bu Syifa nggak akan pernah jadi istri lo." Dion memperingati Nico dengan tatapan nyalang.
Nico yang dasarnya sudah berteman dengan Dion sejak lama pun hanya bisa terperangah melihat ekspresi temannya yang sama sekali tak pernah disangkanya.
Namun perlahan Nico mulai menyadari bahwa diantara Dion dan Syifa pasti ada sesuatu.
.
Setelah menyelesaikan semua pekerjaannya Syifa pun beranjak untuk pulang. Dia tak langsung pulang melainkan menghampiri Dion yang sudah menunggunya di cafe.
Sampai di cafe milik Dion dia langsung menghempas tubuhnya di salah satu sofa. Entah kenapa hari ini emosinya seolah terus bergejolak.
Dion menghampiri Syifa dengan wajah tak kalah kusutnya. Mereka duduk berdampingan namun sama sekali tak saling bicara.
Ingin memulai namun sayangnya mereka terlalu gengsi. Syifa merasa belum siap untuk membuka hati kepada orang lain karena trauma di masa lalunya. Sedangkan Dion sebenarnya masih merasa minder karena status sosialnya yang mana Syifa begitu cerdas dan berpendidikan tinggi.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
WwW
dmana mana ada sulaiman
2025-03-29
0
Sulaiman Efendy
KNP MINDER,, JUSTRU LO HRS TUNJUKKIN KLO LO LAYAK MNJADI SUAMI SYIFA .
2023-11-08
3
Sulaiman Efendy
SEHARUSNYA DION HRS TEGAS KE BIANCA & MOLLY KLO MMG TK MNYUKAI KDUA GADIS TRSEBUT.
2023-11-08
1