Syifa benar-benar tak bisa tidur malam ini. Meski berusaha memejamkan matanya namun pikirannya terus berputar.
Alhasil dia kembali membuka matanya. Dia sedikit melirik ke arah Dion yang sedang tidur dengan pulasnya.
"Ck, enak banget dia tidur tanpa beban begitu." gerutu Syifa.
Kemudian Syifa jadi memikirkan Bella. Setiap hari dia selalu tidur dengan Bella namun kali ini terasa beda.
Akhirnya diam-diam Syifa pergi keluar kamar. Dia ingin menengok Bella apakah bocah itu rewel atau tidak.
"Syifa, kamu ngapain sayang?" suara Mama Vera seketika mengejutkan Syifa.
"Eh, mama. Itu Syifa cuma mau nengok Bella. Rewel nggak ma? Soalnya jam segini biasanya bangun dia." tatapan Syifa tampak khawatir.
"Aman Syifa, ya tadi Bella sempat bangun sebentar minta susu. Nih baru habis sekarang dia tidur lagi." ujar Mama Vera.
"Ma, maafin Syifa ya. Jadi ngrepotin mama."
"It's okay Syifa, no problem. Mama nggak merasa direpotkan sama sekali. Justru Mama senang kan bisa dekat lagi sama cucu. Udah lah kami balik kamar sana. pengantin baru kok keluyuran. Nanti dicariin suami kamu." ujar Vera dengan sedikit menggoda Syifa.
"Ma... Jangan gitu deh." protes Syifa.
Meski Vera tahu diantara Syifa dan Dion masih belum ada perasaan khusus apapun namun dia yakin bahwa Dion adalah pria yang jauh lebih bertanggung jawab daripada Rangga.
Dan Vera bertekad untuk bisa menyatukan perasaan mereka berdua.
Syifa pun dengan langkah pasrahnya kembali ke kamar. Ruangan yang biasanya menjadi tempat paling privasi untuk Syifa kini harus ia bagi dengan orang lain.
Syifa menaiki ranjangnya. Membaringkan tubuhnya dan mulai memejamkan matanya. Berharap kali ini bisa terlelap.
...****************...
"Bu Syifa... Bu Syifa bangun Bu. Sudah subuh. Sholat yuk." lamat-lamat Syifa mendengar sebuah suara memanggilnya.
"Hmmm.. Ngantuk." gumam Syifa tanpa membuka mata.
"Iya nanti tidur lagi. Sekarang bangun dulu ya." suara pria itu terdengar begitu lembut dan merdu di telinga Syifa.
Bahkan belaian lembut di pipinya semakin membuatnya terasa nyaman. Perlahan Syifa mulai membuka matanya. Dengan setengah sadar dia melihat sosok pria yang tengah memakai peci dan wajahnya tampak begitu tampan.
"Cakep.." tanpa sadar Syifa malah bergumam sendiri.
"Bu Syifa, yuk bangun dulu. Kita sembahyang dulu." ujar Dion.
Akhirnya Syifa pun segera tersadar. Dia langsung berjalan menuju kamar mandi meski jalannya masih sedikit sempoyongan.
"Siap?" tanya Dion yang tengah berdiri di depannya.
Syifa hanya mengangguk. Untuk pertama kalinya Dion menjadi imam sholat Syifa.
Setelah menyelesaikan ibadahnya Dion mengulurkan tangan kepada Syifa. Meski awalnya masih ragu namun Syifa meraih tangan itu. Menyalaminya dan mencium punggung tangan Dion.
Melihat Syifa yang begitu cantik sebenarnya membuat Dion ingin sekali mencium keningnya. Namun dia sadar batasan di antara mereka yang masih belum bisa disatukan.
Syifa kembali tidur sebab dia masih sangat mengantuk. Semalam dia tidur hampir jam setengah tiga dini hari.
Dion pun membiarkan Syifa beristirahat. Dia menutup semua tirai dan membiarkan lampu kamar Syifa meredup. Membuat suasana senyaman mungkin meski saat ini matahari sudah mulai memancarkan sinarnya.
Dion yang sudah selesai mandi memutuskan untuk keluar kamar. rupanya di luar Sudah ada kedua orang tua Syifa juga Bella.
"Pa.. Pa.." ucap Bella ketika melihat Dion berjalan mendekatinya. Meski dia sedikit terbata.
"Morning sayangnya Papa." Sapa Dion yang langsung disambut dengan uluran tangan bocah kecil itu.
Dion langsung menggendong Bella sambil menciumi pipi gembul bayi itu. Tampak sekali bagaimana Bella merasa nyaman berada di gendongan Dion.
Kedua orang tua Syifa pun tampak begitu senang melihatnya.
"Syifa nya mana Dion?" tanya Ayah mertuanya.
"Oh, dia masih tidur Pa. Kecapean mungkin." jawab Dion santai.
"Pa, Dion mau ajak Bella main di halaman dulu ya." ujar Dion sembari membawa Bella menuju taman depan.
Vera yang sejak tadi memperhatikan kedekatan antara Dion dan Bella merasa begitu bahagia.
"Mas Dion itu sangat tulus menyayangi non Bella nyonya, juga melindungi Non Syifa. Meski masih muda tapi dia begitu dewasa." ujar Bi Ida yang sedang membantu Vera di dapur.
"Bi boleh minta tolong nggak? Bantuin saya menyatukan perasaan mereka ya." ujar Vera.
"Kalau itu saya pasti mau Nyonya." jawab Bi Ida senang hati.
Tak lama kemudian Syifa pun datang menghampiri mereka.
"Loh, sudah bangun sayang? Kata Dion tadi kamu masih tidur." tanya Mama Vera.
" iya ma, Bella mana?" Syifa mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Bella.
"tuh main didepan sama Dion" ujar Vera.
"Sama Dion?" lagi-lagi Syifa masih belum terbiasa dengan keberadaan Dion di rumahnya.
"Sana samperi, ini masaknya udah selesai kok. Ajak Dion sarapan gih." ujar Vera.
Syifa pun menghampiri Dion. Dia melihat pria itu tengah menggendong Bella sambil mengajaknya bercanda. Tampak keduanya tertawa dengan begitu riang.
Bahkan Bella Kelihatan begitu bahagia. Syifa yang diam-diam memperhatikan keduanya pun merasa senang dan kagum.
Ada rasa terharu juga sebab selama ini Bella tak pernah mendapatkan kasih sayang dari seorang ayah. Apakah mungkin Dion akan menjadi sosok ayah yang menyayangi Bella, Syifa hanya bisa berharap demikian.
"Dion, sarapan dulu yuk." panggil Syifa sembari menghampiri mereka.
"Nah, itu Mama sudah bangun." ujar Dion kepada Bella.
"Morning Bella sayang, ikut Mama tuk." Syifa mengulurkan tangannya hendak menggendong Bella.
Namun bocah itu rak mau. Dia langsung menggeleng dan menampik tangan Syifa.
Melihat penolakan Bella membuat Syifa jadi cemberut. Dia memanyunkan bibirnya beberapa centi kedepan.
Dion yang melihat hal itu hanya bisa menahan senyumnya. Betapa imut sekali jika Syifa merajuk begini.
"Bella, ikut mama ya. Nanti sama Papa lagi." ujar Dion membujuk Bella. Namun bocah itu tetap tidak mau. Tangan mungilnya malah meraih leher Dion dan memeluknya. Seolah Dion hanyalah miliknya.
"Yaudah.. Kalau nggak mau ikut mama. Mama pergi nih." ujar Syifa yang hendak pergi.
Namun saat dia memutar tubuhnya dn mau melangkah tiba-tiba keseimbangannya goyah karena tempat pijakan yang tidak rata membuat Syifa hampir terjatuh.
Dengan reflek Dion langsung menangkap pinggang Syifa. Menahannya agar tidak terjatuh.
Syifa yang terkejut pun sempat memekik. Namun saat dia merasakan sentuhan Dion membuatnya merasa beda.
Ada desiran aneh di dalam dadanya. Bahkan saat berbalik Syifa tak sengaja menatap Dion yang jaraknya begitu dekat dengannya.
Kedua netra itu saling menyambut untuk beberapa detik. Namun secepatnya Syifa mengalihkan pandangannya.
Jantungnya sudah berdebar tidak karuan. Dengan cepat Syifa melepaskan diri dari pelukan Dion.
"M-maaf, aku cuma ingin membantu agar tidak jatuh." ucap Dion dengan suara yang sedikit terbata.
Syifa hanya mengangguk kemudian tersenyum simpul. Tanpa mengucapkan kata-kata Syifa langsung ngibrit masuk ke dalam rumah. Dia memegangi dadanya yang berdebar tidak karuan.
Dion pun mengikuti Syifa dari belakang. Debaran di dalam dadanya tak kalah heboh dengan Syifa. Bahkan dia masih mengingat betul wajah cantik Syifa yang memandangnya dari dekat.
"ah Bella, sepertinya Papa harus banyak-banyak olah raga. Bisa jantungan kalau begini terus." gumam Dion.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Yani
Sabar Dion
2024-04-25
0
Fransiska Widyanti
jangan lama2 Syifa kasihan si Dion mengharapkanmu😁
2024-02-10
0
Alensa Talakua Telussa Alensa
lnjt kk
2024-01-25
0