Syifa termenung memandangi cincin yang melingkar di jari manisnya. Dia masih tidak menyangka bahwa kini statusnya sudah berubah.
Namun entah kenapa hal ini justru menjadi beban tersendiri untuk Syifa. Jika dibilang belum siap jelas sebenarnya Syifa belum siap untuk menikah lagi.
Rasa trauma pada pernikahannya yang dulu membuatnya masih sulit membuka hati. Apalagi pernikahannya yang sekarang begitu mendadak tanpa persiapan apapun.
Sementara Dion baginya hanyalah seorang mahasiswa. Anak didiknya di kampus. Bahkan usia mereka terpaut cukup jauh.
Syifa harus bagaimana bersikap dengan Dion? Biasanya dia bisa santai kepada Dion namun kali ini dengan status sebagai istrinya membuat Syifa semakin canggung.
Bocah tengil yang tak jarang membuat Syifa jengkel dengan tingkah konyolnya kini akan hidup bersamanya setiap hari.
"Syifa, kamu didalam sayang? Ini Bella nangis mencari kamu." suara Mama Vera seketika membuyarkan lamunan Syifa.
"Iya Ma," Cepat-cepat Syifa membuka pintu kamarnya.
Namun Syifa sempat terkejut saat melihat yang datang bukan hanya Mama Vera namun ada Dion yang tengah menggendong Bella. Berusaha menenangkan bayi itu.
Syifa segera mengulurkan tangannya kepada Bella tanpa menatap wajah Dion. Entah kenapa dia begitu canggung melihat pria itu.
"Bella sayang, kamu haus ya nak. Mau ***** Mama?" mendengar ucapan Syifa tentu saja membuat Dion sedikit membulatkan matanya.
Dia pria normal dan mendengar itu membuat pikiran Dion jadi traveling kemana-mana.
Namun tanpa disangka Syifa justru kembali kedalam kamarnya dan menutup pintu ruangan itu. Dion hanya bisa diam mematung di depan pintu.
Sejak ijab qabul sore tadi Syifa benar-benar seperti menghindari Dion. Dia sama sekali tak berbicara kepada Dion bahkan hanya sekedar memandangnya pun tidak.
Padahal Dion ingin sekali mengobrol dengan Syifa. Ingin memandang istrinya. Namun sepertinya Syifa masih enggan menerima Dion menjadi suaminya. Dan hal itu pun masih bisa dimaklumi nya.
Syifa yang sejak tadi masih memakai kebaya pun memutuskan untuk menggantinya dengan gaun berwarna soft pink. Selain gerah dia juga butuh banyak ruang gerak jika mengurus Bella.
Namun riasan serta tatanan rambutnya masih tetap sama sebab masih ada beberapa kerabat berkumpul di kediamannya.
Dion yang sibuk mengobrol dengan ayah mertuanya pun sempat terpana melihat Syifa yang tampak cantik menggendong Bella.
Namun tatapannya langsung beralih saat Anjasmara, ayah Syifa memperhatikannya. Baik Dion maupun Syifa masih canggung dan malu-malu.
Jika saja situasinya tidak begini mungkin Dion akan memuji Syifa secara langsung. Tapi melihat sikap Syifa membuatnya urung.
"Dion, Syifa itu anak yang mandiri sejak kecil. Ayah sangat sibuk jadi dia sering ditinggal di rumah sendiri. Hanya Bi Ida yang menemaninya selama ini. Jadi ayah harap kamu mau menerima segala sifatnya ya." ujar Anjasmara, ayah Syifa.
"Tentu ayah, Bu Syifa, em maaf maksud saya Syifa akan selalu saya perhatikan juga Bella." ujar Dion.
Anjasmara melihat Dion tampak berbeda. Meski usianya masih sangat muda tapi dia percaya bahwa menantunya itu akan membawa kebahagiaan untuk putri dan cucunya.
Jika saja sejak awal Syifa tidak bersama Rangga mungkin keadaannya tak akan serumit ini.
Namun inilah jalan takdir Tuhan. Semua orang tak bisa melawannya. Hanya menjalani sepenuh hati.
Malam semakin larut, Bella yang sejak tadi terjaga kini kembali tertidur. Sementara kerabat Syifa dan Dion sudah pulang menyisakan kedua orang tua Syifa saja.
Dion yang sejak tadi hanya memandangi Syifa dari kejauhan pun mau tak mau harus segera menegurnya.
"Syifa, Dion kalian istirahat saja dulu. Itu kopernya Dion kenapa masih di luar? Ayo bawa masuk saja ke kamar kalian." ujar Mama Vera.
Syifa dan Dion pun hanya bisa meneguk salifa saat mendengar kata 'kamar kalian'. Sudah jelas malam ini mereka akan tidur berdua dalam satu ruangan.
Syifa hendak mengambil Bella dari gendongan Vera namun secepatnya ditolak.
"Kamu mau ngapain? Malam ini Bella akan tidur sama mama. Sudah sana kalian masuk." tegur Vera.
Mau tidak mau Syifa dan Dion harus masuk ke dalam kamar.
Di dalam kamar keduanya masih tampak kikuk.
"Silahkan Dion." ucap Syifa singkat.
Namun begini saja Dion sudah senang. Pertama kalinya Syifa menegur dirinya setelah pernikahan ini.
Dion hanya mengangguk sembari meletakkan kopernya di walk in closet kamar Syifa.
Kemudian Dion dan Syifa duduk bersebelahan di sofa kamar Syifa. Mereka hanya diam pandangannya menatap lurus tanpa sekalipun menoleh.
"Dion. Maaf aku masih merasa canggung setelah peristiwa ini. Maksudku pernikahan ini." ujar Syifa lirih.
"Aku mengerti. Ini juga salahku Bu Syifa. Aku terlalu memaksakan diri padahal aku tahu Bu Syifa tidak siap. Tapi Bu Syifa jangan khawatir. Aku tidak akan mengganggu Bu Syifa juga anggap saja diantara kita masih seperti kemarin." ujar Dion dengan senyuman paksanya.
Syifa pun langsung menoleh menatap Dion dengan sorot mata yang sulit diartikan.
"Dion, boleh saya minta satu hal?" ucap Syifa sedikit ragu.
"Iya, apa Bu Syifa?"
"Tolong rahasiakan pernikahan ini dulu ya. Terutama di kampus. Saya tidak ingin karena kejadian ini akan berpengaruh pada kita." ujar Syifa.
Dion pun mengangguk. Dia menyanggupinya. Meski entah kenapa permintaan Syifa itu terasa sedikit membuatnya sedih.
Setelah obrolan singkat itu Syifa beranjak ke kamar mandi. Dion menyadari Syifa masih menutup dirinya dari Dion.
Sementara di dalam toilet Syifa dibuat panik sendiri. Membayangkan dirinya tidur satu ranjang dengan Dion. Betapa situasi menjadi rumit begini.
Bahkan Syifa yang akan membuka pintu toilet pun sangat berat. Tapi tidak mungkin juga dia selamanya didalam tempat itu.
Akhirnya setelah beberapa saat Syifa pun membuka pintu toilet secara perlahan. Dia sedikit mengintip keberadaan Dion.
Namun saat dia mengetahui Dion sudah terlelap di sofa membuat Syifa menjadi sungkan sendiri.
Tubuh jangkungnya yang tertidur di sofa kecil itu pasti tidaklah nyaman. Namun Syifa tak berani membangunkan Dion.
Ditatapnya wajah pria itu. Dion tampak tidur dengan begitu tenang. Dan diam-diam Syifa mulai memperhatikan suaminya itu. Alis tebal, hidung mancung serta bibirnya yang tak tebal juga tak tipis menjadi perpaduan sempurna. Syifa pun mulai mengakui bahwa Dion memanglah sangat tampan. Tanpa sadar Syifa mengusap lembut pipi Dion yang terlelap.
"Kenapa kamu tidur saja se menggemaskan begini? Maafkan aku Dion. Aku tahu situasi telah menyeret mu ke dalam masalah hidupku." ucap Syifa lirih.
Kemudian Syifa beranjak dan mengambil selimut serta bantal untuk Dion. Pelan-pelan dia mengangkat kepala Dion dan menyelipkan bantal untuknya serta menyelimuti tubuh Dion.
Selesai dengan itu Syifa mulai merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Menatap langit-langit kamarnya sembari menerawang jauh menyelami pikirannya.
"Aku harus sadar, aku harus menerima ini semua. Aku yakin semuanya akan baik-baik saja." Syifa merapalkan kata-kata penguat dirinya sebelum memejamkan mata.
Tanpa Syifa ketahui sebenarnya Dion masih terjaga sejak tadi. Bahkan dia mendengar dan merasakan semua perhatian yang Syifa berikan.
"Aku yakin lambat laun Bu Syifa akan membuka hati untukku. Dan semoga aku bisa memantapkan hatiku hanya untuk Bu Syifa." gumam Dion dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Yani
Harus Dion hatimu hanya untuk Syifa
2024-04-25
0
Fransiska Widyanti
nti kalo si Bianca deket2 Dion jangan cemburu ya
2024-02-10
0
Rini Musrini
gk perlu d rahasiakan x nanti cewek ya suka sm dion makin ngejar dion dan bisa² mencelakai syifa.
2023-12-05
0