Syifa sedikit bingung dan terkejut melihat sikap Dion yang tampak berbeda. Wajahnya yang serius serta tatapannya yang tajam membuat Syifa menjadi ciut.
Dion pun langsung mengajak Syifa masuk ke dalam kamarnya. Dimana Bella tengah tertidur pulas di atas ranjangnya. Dion langsung mengunci kamar itu.
"Dion maaf, aku tadi.. Aku cuma mau ini, ada telepon di hp kamu." ujar Syifa sedikit terbata.
Dion pun meraih ponselnya dari tangan Syifa. Dia berjalan menuju balkon kamarnya dan tampak menelepon seseorang.
Syifa yang serba salah kini duduk pasrah di pinggiran ranjang sembari menunggu Dion. Dia jadi merasa tidak enak sendiri kepada Dion.
Sambil menunggu Syifa mengedarkan pandangannya mengamati kamar Dion yang luas. dominasi warna abu-abu dan navy membuat ruangan itu terkesan maskulin.
Saat melihat nakas dia menangkap sebuah foto dimana Dion yang sepertinya masih kecil dipangku oleh seorang perempuan. Tapi perempuan itu bukanlah Rina, ibu mertuanya.
Beberapa saat kemudian Dion tampak berjalan mendekati Syifa. Dia duduk di samping Syifa sambil menunduk.
"Maaf Syifa. Ini pertama kalinya aku membawamu ke rumah ini. Ya beginilah kami. Tidak pernah ada kecocokan. Aku tidak pernah bisa akur dengan Papa. Dia selalu memaksaku melakukan apa yang dia kehendaki. Tak pernah menerima pendapatku." ujar Dion dengan nada sedikit kesal.
"Dan soal mama, maaf aku memang belum bisa akrab dengannya. Dia adalah ibu tiriku. Aku tahu dia baik kepadaku tapi tetap saja dia ibu tiriku dan rasanya canggung saja untuk memulainya." ujar Dion dengan wajahnya yang tertunduk.
Syifa pun akhirnya tahu penyebab Dion yang selama ini tampak tak dekat dengan orang tuanya.
Dion pun juga menceritakan tentang ibu kandungnya yang meninggal saat dia masih berusia tujuh tahun.
Saat ibunya sakit-sakitan Dion sering melihat Wira, papanya membawa Rina pulang ke rumah. Dimana saat itu Rina berstatus sebagai sekretaris Wira di kantor.
Dion yakin bahwa mereka sedang memiliki hubungan spesial. Terbukti setelah seratus hari meninggalnya ibu kandung Dion. Wira dan Rina langsung menikah.
"Dion, aku tahu semua yang kamu lalui itu tidak mudah. Tapi semua yang telah terjadi kita tak bisa mengubahnya. Kita hanya bisa memperbaikinya pelan-pelan. Aku nggak maksa buat kamu harus baikan sama papa atau mama sekarang ini. Tapi aku yakin keadaan akan membaik suatu saat nanti." Syifa mengusap lembut tangan Dion.
Dan terbukti hal itu perlahan membuat Dion merasa nyaman. Pelan-pelan emosinya mulai memudar.
Dion menatap wajah Syifa. manik mata berwarna coklat itu tampak begitu indah. Seolah menarik Dion untuk terus menjelajahinya.
Perlahan Dion mulai mendekatkan wajahnya ke wajah Syifa. Dia tak mampu membendung perasaan membuncah ini.
Sementara Syifa yang sadar pergerakan Dion pun hanya bisa panik dalam hati. Fia bingung bagaimana cara menghindarinya. Syifa belum siap untuk itu.
Namun tiba-tiba suara Bella menangis cukup keras hingga membuat aktivitas Dion terhenti.
"Bella, kamu sudah bangun sayang?" cepat-cepat Syifa menghampiri Bella yang sedang menangis.
Bayi itu menangis sembari meracau. Meski belum terlalu jelas namun Syifa tahu maksudnya.
"Bella mau ***** Mama?" perkataan Syifa sontak langsung membulatkan mata Dion.
Syifa naik ke atas ranjang kemudian tidur miring membelakangi Dion. Dia sudah mengambil posisi yang pas untuk menyusui Bella.
Sementara Dion masih duduk tak bergeming. Dia baru saja hendak menoleh nun langsung saja mendapat ultimatum dari Syifa.
"Dion, nggak boleh ngintip. Tetep hadap sana jangan noleh." ujar Syifa.
Dion pun hanya bisa pasrah dengan permintaan Syifa. Tapi pria itu tiba-tiba merebahkan dirinya di atas ranjang berdampingan dengan Syifa.
Meski posisinya sekarang miring membelakangi Syifa namun pikirannya sedang membayangkan sesuatu dengan Syifa.
Jika saja dia berani ingin sekali saat ini menarik tubuh Syifa agar menghadap dirinya. Namun Dion tahu diri dia tak mungkin kurang ajar menggoda Syifa.
Akhirnya Dion pun memilih memejamkan matanya daripada terus memikirkan hal yang tidak-tidak.
Setelah beberapa saat lamanya akhirnya Bella kembali tertidur, begitu pula dengan Dion yang tampaknya sudah pulas.
Syifa memandangi sejenak wajah tampan Dion yang tengah tertidur. Syifa selalu terpana oleh pesona pria itu. Pantas saja banyak sekali gadis-gadis tergoda oleh Dion di kampus.
Memikirkan hal itu membuat dada Syifa kembali berdebar kencang. Tak ingin dirinya semakin salah tingkah akhirnya Syifa memutuskan untuk keluar daei kamar tersebut.
Syifa berjalan menyusuri setiap ruangan di rumah itu untuk mengusir kebosanan. Dia memperhatikan setiap detail interior kediaman mertuanya yang tampak begitu mewah.
Bisa dibilang hidup Dion begitu berkecukupan. Kekayaan keluarga Dion memang sangat jauh berada diatas keluarga Syifa.
Ayah Dion merupakan pekerja keras maka tak salah mereka bisa menikmati fasilitas sebagus ini. Namun dibalik itu semua Dion tampaknya tak begitu dekat dengan kedua orang tuanya.
Tiba-tiba Syifa mendengar sesuatu gaduh di dapur. Dia pun menghampirinya karena penasaran.
Tampak Rina, ibu mertuanya itu sibuk membuat sesuatu.
"Ma, mama sedang apa?" tanya Syifa.
"Eh Syifa, ini mama lagi eksperimen bikin cheesecake." ujar Rina.
"Boleh Syifa bantu Ma?" Syifa menawarkan diri.
"Jangan nanti ngerepotin kamu sayang, Bella sama Dion kemana?"
"nggak kok Ma, Syifa lagi nyantai aja. Dion sama Bella lagi tidur pules mereka. Jadi Syifa nggak punya teman." ujar Syifa.
"Yaudah, boleh deh sini kalau bantuin Mama." ujar Rina.
Syifa pun tampak antusias sekali membantu ibu mertuanya. Mereka cepat akrab sebab keduanya tampak sama-sama membuka diri. Bahkan Rina begitu senang dengan keberadaan Syifa. Hingga akhirnya kue yang mereka buat pun sudah matang.
"Syifa coba kamu cicipi ini. Hasil kue pertama kita." ujar Rina sembari menyodorkan sepotong kue yang berwarna kuning terang itu.
Syifa pun langsung mencicipinya.
"Ma, enak banget ini lembut sama rasanya begitu pas. Nggak salah sama cheesecake yang dijual-jual di mall." puji Syifa.
Rina pun tampak begitu senang. Melihat antusias Syifa, dia berharap kehadiran Syifa mampu menyatukan dirinya dengan putra sambungnya. Ingin sekali dia meluruskan semuanya agar Dion tak menganggapnya sebelah mata.
Sibuk berkutat di dapur membuat Syifa lupa akan Bella. Dia bergegas menuju kamar Dion untuk memeriksa Bella. Dia takut anaknya itu terbangun dan rewel.
Saat dia membuka pintu kamar Syifa melihat Dion dan Bella sudah bangun.
Dan yang membuat Syifa terkejut adalah keadaan putrinya yang telah berganti pakaian.
"Loh, Bella kok udah ganti baju?" tanya Syifa keheranan.
"iya tadi dia pup. Terus badannya berkeringat jadi aku seka dan gantiin bajunya." ujar Dion.
Syifa yang tak percaya pun langsung memeriksa tubuh Bella. Dia melihat tubuh bayinya itu sudah bersih dan wangi.
"Dion kamu nggak jijik bersihin pupnya Bella?" tanya Syifa tak percaya.
"Kenapa harus jijik? Terus aku biarin dia nangis dengan badannya yang kotor gitu?" ujar Dion santai.
Dia pun memperhatikan kaos yang dikenakan Dion terdapat beberapa sisi yang basah. Sepertinya terkena cipratan saat memandikan Bella.
Syifa pun langsung tersenyum melihat keadaan putrinya yang sudah cantik dan wangi. Tak disangka Dion mau merawat putri kecilnya tanpa ragu.
Bahkan Dion begitu detail memakaikan minyak telon dan lotion ke tubuh Bella. Rambut bayi itu juga tampak sudah disisir rapi.
"Dion, makasih ya. Sudah mau merawat Bella." ujar Syifa dengan tulus.
Dion pun hanya menjawabnya dengan anggukan yang disertai senyuman.
"Bella sayang, anak cantiknya Mama, pinter ya tadi mau dimandiin sama Papa Dion?" ucapan Syifa yang menyebut kata 'papa' untuk Dion nyatanya berhasil membuat Dion semakin membuncah hatinya.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Alensa Talakua Telussa Alensa
semoga aja Dion SMA Syifa langgeng smpe Oma opa dan gk di ganggu SMA si rangga
2024-01-25
0
Elizabeth Zulfa
ini Dion gak punya sodara tiri kah ? maksdnya anak Wira dan rina
2023-10-02
6
nuraeinieni
sabar ya dion,,,,,nanti jg yg kau bayangkan jd kenyataan
2023-07-06
1