Syifa begitu muak melihat Rangga di depannya apalagi saat pria itu mengatakan anak.
"Sejak kapan? Sejak kapan dia anakmu? Kemana saja kamu selama ini mas? Baru mengakui sekarang." emosi Syifa sudah di ubun-ubun. Tapi sebisa mungkin dia berusaha tenang.
"Dia darah dagingku Syifa. Aku juga berhak atas anak itu." ujar Rangga dengan meremas pundak Syifa dengan keras.
Syifa merasa kesakitan namun cengkraman Rangga sangat kuat.
"Baiklah, kalau dia anakmu coba katakan siapa namanya? Apa kamu tahu?" tatapan Syifa begitu menghunus.
Rangga terdiam. Begini saja dia sudah celingukan. Sialnya, dia benar-benar tidak tahu nama anaknya bersama Syifa.
Syifa berdecak. Tak habis pikir dengan kenekatan Rangga.
"Kalau mau mengakui dia anakmu. Cari tahu dulu namanya siapa? Nggak tahu namanya mau manggil apa?" ujar Syifa sinis.
Namun Rangga semakin emosi. Dia menatap Syifa dengan nyalang. Tanpa di duga tangan kanannya kini mencengkeram leher Syifa.
"Aku tidak peduli. Siapapun namanya tapi dia anakku." Rangga semakin mengeratkan cengkeramannya di leher Syifa hingga mulai tersengal. Dia begitu kesulitan bernafas.
BRRUKKK...
Pukulan keras mendarat tepat di pelipis Rangga. Pria itu sampai jatuh tersungkur di tanah.
"Jangan pernah lo ganggu dia. Sekali lagi lo sakiti dia bakal berurusan sama gue." Dengan tatapan nyalangnya Dion terus menghajar Rangga.
"Dion.. Dion udah..." Syifa mencoba untuk menghentikan Dion.
Rangga tampak terkulai lemas di tanah sementara Dion menatap Syifa dengan penuh khawatir.
Dia menghampiri Syifa dan memeriksa lehernya. Mengusap pelan air mata yang keluar membasahi wajah Syifa.
"Udah, nggak papa ya." Dion meraih tubuh Syifa dan mendepaknya.
Tak ada perlawanan dari Syifa. Justru dia semakin mengeratkan tubuhnya di dalam pelukan Dion. Tangisnya kembali pecah.
Rangga yang masih tergeletak di tanah begitu jengkel melihat pemandangan di depannya. Dia ingin sekali menghajar Dion namun sayang tenaganya kalah kuat.
"lihat saja. Aku akan membalas kalian." gumam Rangga dalam hati.
Sementara Dion kini mengantar Syifa menuju parkiran mobil. Hari yang semakin petang membuat sekitar parkiran tersebut tampak sepi.
"Bu Syifa saya antar aja ya. Nggak tega nanti kenapa-napa di jalan." ujar Dion penuh khawatir.
"Nggak usah Dion. Terimakasih saya bisa pulang sendiri." tolak Syifa.
"Tapi bu.." Dion mencoba meyakinkan Syifa namun wanita itu tetap bersikeras.
Akhirnya mau tak mau Dion pun menurutinya. Tapi bukan Dion jika tak memastikan Syifa pulang selamat sampai rumah.
Dia tetap mengikuti Syifa menggunakan motornya. Syifa tahu namun melarang Dion tampaknya sia-sia sebab pria itu begitu keras kepala.
Sampai akhirnya Syifa memasuki pekarangan rumahnya barulah Dion langsung pergi.
...****************...
Keesokan harinya Syifa merasakan sakit di lehernya. Rupanya bekas cekikan Rangga menimbulkan bekas kebiruan.
Syifa jadi merinding sendiri. Dia teringat saat masih menjadi istri Rangga sering melakukan kekerasan. Bahkan Syifa pernah tak bisa berjalan selama tiga hari karena Rangga menginjak betisnya hingga bengkak.
"Pria iblis. Kenapa ada pria sejahat itu." decak Syifa sebal.
Saat ini yang dipikirkan Syifa hanyalah Bella. Dia begitu takut jika Rangga sampai mengambil Bella dari sisinya.
Akhirnya Syifa memberitahu Bi Ida dan meminta untuk berhati-hati.
"Bi, kalau ada orang nggak di kenal jangan buka pintunya ya. Aku harus ke kampus." ujar Syifa.
"Iya non, hati-hati ya."
Syifa mengangguk kemudian langsung berangkat kerja.
Sampai di kampus Dion rupanya sedang menunggunya di Parkiran. Dion hanya ingin memastikan bahwa Syifa datang dengan baik-baik saja.
"Dion, jangan gitu dong. Saya nggak apa-apa kok. Nggak enak tuh diliatin yang lain." ujar Syifa yang merasa tidak nyaman dengan tindakan Dion.
Dion pun akhirnya menyadari. Dia akhirnya berpisah tanpa mengatakan apapun. Tapi sebenarnya Dion masih memperhatikan langkah Syifa.
Tanpa disangka Bianca mengamati gerak-gerik mereka. Dia mulai jengkel melihat perhatian Dion terhadap Syifa.
"Dion, nanti bisa anterin aku nggak? Aku mau beli Hp baru cuma bingung mana yang bagus." ujar Bianca menghampiri Dion.
Dion mengernyitkan keningnya. Apalagi saat Bianca memeluk lengan Dion. Dia begitu risih saat Bianca genit seperti itu.
"Sorry gue nggak bisa Bi, gue harus ngerjain tugas." tolak Dion.
"Kamu sebenarnya ada hubungan apa sih sama Bu syifa? Heran deh sekarang bu Syifa terus yang ditemui." ujar bianca sedikit sewot.
"Ya lo tahu sendiri, gue ada bimbingan khusus. Gue harus ngejar nilai-nilai yang tertinggal. Ngerti nggak sih." dengan kesal dion menghempas tangan Bianca dan berjalan menghindarinya.
Kegiatan pembelajaran meeka pun di mulai. Syifa sibuk mengajar sementara Dion sibuk mengerjakan beberapa tugas. Tanpa disadari waktu semakin cepat berlalu.
"Dion hari ini bimbingan di rumah saya jam 18.30 ya. Soalnya sore ini saya ada jadwal kontrol Bella ke rumah sakit." Dion membaca pesan dari Syifa.
Akhirnya Dion mampie ke cafe terlebih dahulu. Dia memang suka menghabiskan waktunya di tempat itu. Sembari mencoba membuat eksperimen minuman atau makanan baru.
Hingga tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 18.15 Dion segera bersiap menuju kediaman Syifa.
Sampai di tengah perjalanan Dion mampir sebentar ke sebuah minimarket untuk membeli sesuatu.
Dia melepas jaket serta helmnya dan meletakkan di atas motornya.
Saat dia sibuk berbelanja diam-diam Rangga yang sejak tadi mengawasi Dion pun mulai melakukan aksinya.
Dia meletakkan beberapa lebah ke dalam jaket Dion. Lalu cepat-cepat dia pergi agar tak diketahui niat buruknya.
Dion pun dengan santainya keluar dari minimarket menenteng beberapa snack didalam kresek.
Dia kembali memakai jaket dan helmnya kemudian menjalankan motornya menuju kediaman Syifa.
Namun saat di jalan Dion merasakan sesuatu di punggungnya. Bahkan rasanya sangat sakit seperti serangga menggigitnya.
Namun jarak rumah Syifa sudah dekat sehingga dia mencoba untuk menahan rasa sakit itu.
Sampai di rumah Syifa dia kelabakan sendiri. Dilepasnya jaket itu dan dilempar ke sembarang tempat.
"Arghh.." Dion mengerang kesakitan.
Syifa yang mengetahui tingkah aneh Dion pun jadi heran.
"Dion, kenapa kamu?" tanya Syifa.
"Nggak tahu Bu, kayaknya ada serangga gigit punggungku deh." keluh Dion.
"Coba saya lihat." tanpa pikir panjang Dion langsung melepas kaosnya hingga dia bertelanjang dada.
"Dion, kenapa punggungmu banyak lebahnya." Syifa terperanjat saat melihat tiga lebah menempel di punggung Dion.
"Akh, Bu Syifa sakit banget." rengek Dion.
Syifa cepat-cepat mematikan lebah tersebut. Kemudian dia mencari salep untuk mengobati Dion.
Namun Syifa tak tahu letaknya sebab Bi Ida sedang keluar membeli ketoprak atas permintaan Syifa.
Akhirnya tanpa pikir panjang Syifa mengambil beberapa es batu dan meletakkannya di kantong kain.
"Dion kesini kamu. Sini saya kompres biar nggak terlalu sakit." ujar Syifa.
Dion pun tengkurap di Sofa ruang tengah kediaman Syifa.
Syifa mulai mengompres punggung Dion yang bengkak karena sengatan lebah tersebut.
Namun tanpa diduga tiba-tiba beberapa orang merangsek masuk kediaman Syifa.
"Kalian.. Berani-beraninya berbuat mesum di dalam rumah." teriak salah seorang tetangga Syifa.
Sifa begitu terkejut. Dia langsung berdiri sementara Dion yang masih bingung pun berusaha bangkit meski punggungnya masih terasa sakit.
"Pak, bu, maaf ini tidak seperti yang kalian lihat. Kami tidak melakukan apapun." elak Syifa.
"Tidak melakukan apapun? Apanya anak muda ini sudah lepas baju begitu. Kalian pasti mau berbuat mesum kan." Orang-orang itu terus memojokkan Syifa dan Dion. Suara gaduh di dalam rumah itu bahkan sampai membangunkan Bella yang sedang tidur.
"Pak, sungguh kami tidak melakukan apapun. Bu Syifa hanya membantu saya.."
"Halah banyak alasan. Sekarang kalian ikut kami." orang-orang itu segera mencekal tangan Syifa dan Dion. Memaksanya berjalan keluar rumah.
Bi Ida yang baru datang pun sangat terkejut melihat kegaduhan di rumah majikannya.
"Non, ada apa ini?" tanya Bi Ida penasaran.
"Bi tolong jagain Bella dulu. Sepertinya dia bangun." teriak Syifa.
Akhirnya Syifa dan Dion pun di bawa warga ke balai RW. Disana sudah ada beberapa warga, Pak RT serta Pak RW.
Syifa dan Dion didudukkan di tengah ruangan itu dengan dikerumuni tatapan orang-orang yang tampak marah.
"Mereka ini sudah berani mengotori lingkungan kita. Ini nggak bisa dibiarkan." ujar warga penuh emosi.
Syifa sudah tampak pucat pasi. Kebingungan serta gugup. Tidak Menyangka bahwa ini semua akan terjadi.
Dion yang menatap Syifa ketakutan merasa begitu sedih sekaligus merasa bersalah. Dia tak berniat membuat masalah justru hal ini malah menimpa mereka.
"Pak kami bisa jelaskan dulu. Sungguh kami tidak pernah melakukan apapun. kami hanya.." Syifa hendak menjelaskan namun sahutan warga terus memotongnya.
"Halah banyak alasan kamu. Mereka harus mempertanggung jawabkan perbuatannya. Kalau tidak kamu akan kami usir dari tempat ini Syifa." ucap Warga.
"Benar Syifa, saya harus tegas dengan kejadian ini. Kalian harus bertanggung jawab dengan perbuatan kalian. Kalian harus menikah atau kami akan mengusir kamu dari sini." ujar Pak RT.
DEG!
"Menikah?" Syifa benar-benar terkejut dengan syarat yang diberikan warga tersebut. Tapi dia juga tidak ingin pergi dari rumah yang sudah ditinggalinya sejak kecil itu.
"Baik, saya akan menikahi dia. Saya akan bertanggung jawab." ujar Dion dengan lantang.
"D-Dion?" Syifa memekik tak percaya dengan keputusan Dion.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Alensa Talakua Telussa Alensa
lnjt kk
2024-01-25
0
sherly
agak aneh menurutku kok tiba2 nyelong org2 plus RT ke rmh Syifa...
2024-01-08
2
Rini Musrini
baguslah rangga karena ulahmu dion sm syifa cepat menikah
2023-12-05
2