Syifa begitu terkejut ketika mendengar pengakuan Dion di depan warga yang siap menikah dengannya.
"Dion, ini menikah sungguhan bukan main-main." gertak Syifa.
"Siapa yang bilang bohongan Bu Syifa?" jawab Dion dengan entengnya.
Syifa pun mengusap wajahnya berkali-kali. Sungguh situasi ini benar-benar pelik. Bagaimana mungkin dia menikah dengan Dion, mahasiswanya sendiri.
"Baiklah sekarang kalian segera hubungi orang tua atau kerabat kalian. Segera kita urus hal ini." ucap Pak RT.
Tanpa pikir panjang Dion pun langsung menghubungi ayahnya. Sementara Syifa yang masih kebingungan juga takut tak berani menghubungi orang tuanya.
Dion menatap Syifa yang tampak sekali gelisah. Dia mengusap tangan Syifa agar lebih tenang. Mencoba untuk meyakinkannya.
Bukan tanpa alasan sebenarnya yang Dion lakukan ini. Saat mereka dibawa dan hampir diadili warga Dion melihat Rangga yang bersembunyi di antara kerumunan orang.
Dia tahu betul ekspresi bahagia Rangga yang melihat Syifa digrebek warga. Sehingga Dion pun menyimpulkan jika sebenarnya ini semua ada kaitannya dengan Rangga.
Jadi Dion langsung memantapkan hatinya jika saja diminta menikahi Syifa. Dengan begitu Dion bisa melindungi Syifa dan juga Bella.
Sementara Rangga yang hanya berniat mempermalukan Syifa kini kelabakan sendiri. Dia tak menyangka jika akhirnya mereka diminta untuk menikah.
Padahal Rangga hanya ingin membuat Dion jadi ketakutan dan meninggalkan Syifa.
Tak berselang lama kedua orang tua Dion pun datang. Dion dan Syifa hanya bisa pasrah jika mereka akan murka dan marah. Terlebih Syifa yang merasa dirinya sudah hilang muka di hadapan Wira, ayah Dion.
"Ada apa ini Dion?" Wira datang tergesa-gesa.
"mereka ini mau berbuat mesum." ujar salah satu warga.
Namun Wira bukanlah orang yang gegabah. Mereka tahu siapa Syifa dan tentunya sudah mengerti sifat Dion.
"Pa, aku bisa jelaskan. Kita bicara berdua ya." ujar Dion.
Kemudian mereka berdua berjalan sedikit menjauh dari kerumunan. Entah apa yang dibicarakan. Mereka terlihat sangat serius.
Sementara Rina, ibu tiri Dion tampak menemani Syifa. Dia berulang kali mengusap lembut bahu Syifa agar gadis itu sedikit tenang.
Tak berselang lama akhirnya Wira dan Dion berjalan menghampiri Syifa.
"Baiklah Papa setuju jika kalian menikah. Ini mungkin yang terbaik." ujar Wira dengan wajah tenangnya. Bahkan cenderung antusias.
Syifa terperangah seketika mendengar keputusan Wira. Dalam keadaan seperti ini bagaimana mungkin dia menikah bahkan dengan mahasiswanya sendiri.
"Tapi om.. A-apa tidak ada jalan lain. Saya_ saya tidak bisa. Bagaimana orang tua saya.." saking terkejutnya sampai Syifa berbicara dengan berantakan. Dia pun semakin terisak.
"Syifa kamu tenang saja ya, om akan bicara dengan orang tuamu. Pasti mereka mengerti, lagi pula kamu tidak mau kan diusir dari rumah kamu sendiri." Wira berbicara sedikit pelan. Mencoba untuk mengambil hati Syifa.
"Iya Syifa, mungkin ini yang terbaik untuk kamu dan Dion. Tapi kami tetap akan memperhatikan kalian, bagaimanapun kami akan pastikan kalian tetap dalam keadaan baik." ujar Rina mencoba menenangkan Rina.
Mau bagaimana lagi kini Syifa tak bisa berbuat banyak. Hanya ini satu-satunya cara untuk Syifa agar tidak diusir dari rumahnya.
Andai saja Syifa memiliki bukti bahwa mereka tidak berbuat macam-macam namun sayangnya saat itu Bi Ida juga sedang tidak ada di rumah.
Akhirnya baik Syifa dan Dion kini harus pasrah melakukan pernikahan. Semua warga pun juga menyetujui keputusan ini.
"Baiklah, besok kalian akan menikah dengan saksi kami semua. Awas saja kalian melanggar aturan ini. Maka mau tidak mau kamu harus angkat kaki dari daerah ini." ujar salah satu warga.
Syifa hanya bisa mengangguk takut. Selanjutnya Syifa diantar oleh keluarga Dion kembali ke kediamannya.
Disana rupanya Bi Ida sedang menunggu dengan menggendong Bella. Bella yang sejak tadi bangun langsung merengek ingin ikut Syifa.
Syifa langsung menggendong dan menciumi Bella. Dia begitu menyayangi putrinya itu. Dengan memeluk Bella setidaknya ada sedikit ketenangan di dalam hatinya.
"Jadi ini putri kamu Syifa? Cantik sekali ya, seperti mamanya." ujar Rina memuji Bella.
Syifa hanya mengangguk dan tersenyum simpul. Sebaik apapun pujian yang diterima saat ini tak membuat hati Syifa terbuai. Sebab hal besar sedang mengusik pikirannya.
"Bella sayang, mau ikut oma?" Rina dengan begitu tenangnya mengulurkan tangan kepada Bella.
Dan seketika Bella langsung menyambut uluran tangan itu. Tak biasanya Bella mau menerima ajakan orang asing. Namun entah kenapa bocah itu terlihat begitu nyaman berada dalam gendongan Rina, bahkan bergantian ikut Wira juga.
"Om, tante. Apa ini sungguh tidak masalah, saya seorang ibu tunggal. Status saya jelas berbeda dengan Dion. Saya hanya takut jika Bella tidak akan diterima." ucap Syifa dengan nada sendu.
"Tidak apa-apa Syifa, kamu tenang saja ya, justru karena ada Bella kami malah sangat senang. Akhirnya cepet punya cucu. Iya kan ma?" jawab Wira tanpa beban.
"Iya Pa, lihat Bella saja cantik dan lucu sekali begini. Siapa coba yang nggak mau sama dia." imbuh Rina.
Melihat begitu antusiasnya kedua orang tua Dion pun membuat Syifa jadi penasaran. Sebenarnya apa yang dikatakan Dion sehingga mereka sama sekali tak marah.
"Dion, bisa bicara sebentar berdua?" ujar Syifa.
Dion pun mengiyakan. Mereka berjalan menuju ruangan lain di rumah Syifa.
"Dion, jelaskan apa yang kamu katakan kepada om Wira. Kenapa mereka tidak marah sama sekali?" ujar Syifa dengan tatapan tajam kepada Dion.
"Aku cuma bicara apa adanya kok. Nggak ditambahi dan dikurangi. Toh Papa juga udah kenal Bu Syifa sejak lama kan? Ya mungkin itu pula alasan Papa menerima pernikahan ini." ujar Dion dengan wajah datarnya.
"Tapi kamu sendiri. Kenapa tadi tiba-tiba mengatakan kalau sanggup menikahiku. Ini pernikahan bukan main-main Dion." Syifa mencoba menekan Dion. Dia tidak ingin pada akhirnya pernikahannya hanya akan menjadi masalah baru.
Dion melangkah lebih dekat kepada Syifa. Dia sedikit membungkukkan badannya hingga wajahnya berada tepat didepan Syifa. Kedua netra itu saling beradu.
Dengan tatapan Dion yang begitu dalam dan tajam begitu saja sudah membuat jantung Syifa berdegup tak karuan. Diam-diam Syifa menelan ludahnya sendiri saat menatap wajah Dion.
"Bu syifa mau diusir dari sini? Bagiku pernikahan ini sungguhan, sama sekali bukan main-main jadi Bu Syifa tak perlu khawatir." perkataan Dion sukses membuat Syifa terpaku.
"B-baiklah, kalau begitu kamu mau menerima saya juga Bella? Saya tidak ingin sampai Bella menjadi korbannya." ujar Syifa.
Tiba-tiba Dion mengangkat tangannya dan menangkup di kedua pipi Syifa. Ditatapnya wajah cantik wanita itu.
"Asyifa Nadira, aku akan menerimamu sebagai istriku dan juga Bella sebagai putriku nantinya." ujar Dion dengan suara tenangnya.
Mendapat perlakuan begini Syifa merasa perasaannya jadi campur aduk.
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Fransiska Widyanti
wih yg mo dapat brondong 😁
2024-02-10
0
sherly
Dion umur Boleh msh muda tp pikiran dah dewasa.. emang Rangga umur dah tua tp kelakuan macam anak SD...
2024-01-08
3
sherly
otak udang kamu Rangga...
2024-01-08
0