Sampai di meja makan semua keluarga tengah berkumpul. Kedua orang tua Syifa, Dion juga Syifa sendiri. Sementara Bella kini sedang bersama Bi Ida.
Berbagai macam masakan sudah tertata sedemikian rupa di atas meja. Ini semua adalah masakan Vera, meski jarang namun wanita itu sangat senang memasak. Semua tampak menikmati sarapan mereka.
"Dion makan yang banyak ya sayang, mau tambah lauknya lagi?" Sejak tadi Vera tampak antusias melayani menantunya itu.
"iya Ma, makasih ini masih ada. Masakan mama enak banget." ujar Dion.
Syifa sedikit mengerucutkan bibirnya saat Mamanya yang terus memperhatikan Dion sejak tadi.
"Gini nih, udah dapet anak mantu anak sendiri dilupain" rengek Syifa bak anak kecil.
"Ya iyalah, kan anak mantu harus disayang-sayang biar kerasan." goda Vera.
Mendengar hal itu membuat Syifa jadi makin manyun. Dion pun tampak tertawa melihat ekspresi lucu Syifa.
Dion senang merasakan kehangatan keluarga Syifa. Meski mereka jarang bertemu namun tampak sekali mereka saling menyayangi.
"Dion hari ini jadi berkunjung ke rumah orang tua kamu?" tanya Anjasmara, ayah mertuanya.
"Jadi yah, tapi kalau Bu Syifanya tidak sibuk." ujar Dion sembari menikmati puding buatan Bi Ida.
"loh, kok masih panggil Bu Syifa. Kalian ini sudah menikah, suami istri kok masih panggil Bu." protes Vera.
"iya nih, panggil Syifa saja. Benar kan nak?" Anjasmara pun menimpali.
Sementara Syifa hanya mengangguk dan tersenyum.
"Iya benar, panggil nama saja." ucap Syifa.
Dion sempat tertegun sejenak melihat senyum Syifa. Pagi-pagi disuguhi pemandangan cantik begini membuatnya semakin bersemangat.
"Oh ya Dion, aku ajak Bella nggak apa-apa ya. Kasian dia akhir-akhir ini jarang bersamaku." ujar Syifa.
"Iya, boleh kok. Pasti Papa sama mama seneng ada Bella." balas Dion.
Selesai sarapan mereka pun bersiap. Syifa tak membawa banyak barang. Hanya mempersiapkan keperluan Bella. Perintilan bayi cukuplah banyak sehingga dia harus mengantisipasi.
Mereka pun berpamitan kepada orang tua Syifa. Dion pergi menggunakan mobilnya. Mobil yang sangat jarang dipakai sebab dia lebih suka memakai motor sebenarnya.
Namun karena ada Bella dia tidak ingin membuat bayi itu kepanasan.
"Syifa, maaf. Boleh kan aku panggilnya nama saja. Atau tetap Bu syifa?" Dion kembali bertanya kepada Syifa.
"Nama aja Dion. Kan tadi udah dibilangin panggil nama. Ya kalau di kampus sih terserah." ujar Syifa.
"Yaudah, Syifa kita mampir ke cafe sebentar ya. Mau ngecek persediaan. Nggak apa-apa kan? Papa tadi juga bilqng katanya masih keluar ada urusan sama mama." ucap Dion.
"iya, nggak apa-apa kok. Lama juga nggak mampir cafe kamu." ujar Syifa dengan senyum tipisnya.
Tak lama kemudian mereka sampai di cafe. Dion langsung menggendong Bella karena Syifa sudah sejak tadi memangkunya.
Para karyawan di cafe Dion pun langsung terkejut melihat Dion yang masuk ke dalam cafe membawa bayi.
Dion selama ini dikenal tak pernah membawa perempuan ke cafe. Hanya Syifa yang datang bersamanya untuk bimbingan materi kuliah.
Namun kali ini dia mengajak serta seorang bayi tentu menjadi perhatian mereka.
"Selamat pagi Mas Dion." ucap Alam. Salah satu karyawan Dion.
"Pagi Lam, gimana perkembangan cafe? Aman?" tanya Dion.
"Aman mas, menu minuman baru Mas Dion laris banget. Bahan bakunya mulai menipis mas." ujar Alam.
"Ya sudah nanti gue order lagi. Lainnya gimana?" tanya Dion.
"Aman semua mas. laporan keuangan sudah saya kirim ke email Mas." ujar Alam.
"Ya gue udah cek semua. Bagus kerja lo Lam. Pertahankan," ujar Dion.
"Mas, maaf tanya. Ini bayi anak siapa ya?" tanya Alam lagi. Dia sejak tadi memang penasaran.
"ini, anakku lah. Iya kan Bella sayang." ucap Dion santai sambil menimang Bella.
Brrukk..
Tiba-tiba saja salah satu karyawan Dion yang bernama Winda tak sengaja menabrak meja. Dia sangat terkejut dengan pengakuan Dion.
"M-maaf Mas. Kaget aja. Mas Dion nggak pernah bawa cewek kesini tau-tau bawa anak." celetuk Winda.
Dion dan semua karyawannya memang selalu akrab seperti teman sendiri jadi mereka tidak canggung. Mendengar ucapan Winda pun Dion jadi tertawa.
"Iya, aku menikah kemarin. Dan disana itu istriku." Dion menunjuk Syifa yang tengah duduk di dekat jendela menikmati suasana cafe.
"Loh bukannya dia dosen Mas Dion?" Alam pun terkejut.
"Iya, ceritanya panjang. Nanti kapan-kapan deh gue ceritain." ucap Dion.
"Iya Mas, tapi kalau dilihat-lihat anak Mas Dion lebih mirip Mamanya ya. Nggak kayak Mas Dion." ujar Winda dengan polosnya.
"Ya emang nggak mirip. aku bukan bapak kandungnya Dodol. Ini anak sambungku. Udah ah kerja sana tiluh pelanggan banyak yang datang." ujar Dion meninggalkan area dapur.
Dion pun kembali menghampiri Syifa. Kebetulan cafe baru buka sehingga masih belum terlalu ramai.
Setelah selesai dengan urusannya barulah mereka melanjutkan perjalanan menuju kediaman Orang tua Dion.
Bella yang mulai aktif mengoceh pun menjadi hiburan tersendiri untuk Dion. Sehingga mereka tidak terlalu canggung.
Dion sampai di kediaman orang tuanya. Rumah besar dengan dua lantai tampak mewah.
Bercat dominasi warna putih serta area taman yang cukup luas. Tampak berbagai macam tanaman tertata begitu rapi dan terawat.
Air mancur yang didesain mirip air terjun di sisi taman juga menambah kesan asri. Bisa dibilang kediaman orang tua Dion ini lebih mirip sebuah istana.
Dion langsung disambut kedua orang tuanya. Tampak Wira dan Rina begitu senang apalagi melihat Bella.
Mereka langsung rebutan untuk menggendong Bella.
"Syifa silahkan masuk sayang." sambut Rina dengan senyum lebarnya.
"nanti nginep sini ya?" tanya Rina.
"nggak bisa Ma, besok Syifa harus kembali kerja. Aku juga ada kuliah pagi. Bella juga nggak bawa banyak perlengkapan." tolak Dion seketika.
Tampak senyum Rina langsung pupus ketika mendengar tolakan Dion. Ada rasa kecewa juga sedih di wajah wanita paruh baya itu.
Syifa yang memperhatikan mereka langsung meraih tangan Rina dan mengusapnya lembut.
"Maaf Ya Ma, untuk hari ini mungkin kami belum bisa. Tapi lain waktu kami pasti nginep sini kok. Juga bakal sering-sering berkunjung." ujar Syifa dengan lembut.
Rina pun kembali mengulas senyumnya. Sementara Wira yang sibuk menggendong Bella hanya bisa tersenyum senang. Berharap dengan adanya Syifa di keluarga ini bisa menyatukan Dion dengan istrinya.
"iya sayang, mama ngerti. Maaf ya udah maksa." ujar Rina.
Obrolan pun berlangsung hangat. Hingga tiba-tiba Bella mulai menangis minta susu.
"Sepertinya Bella mengantuk. Sini sayang sama Mama." Syifa mengambil alih Bella dari pangkuan Rina.
Kemudian Dion mengajaknya menuju kamarnya untuk menyusui juga menidurkan Bella.
Mereka menaiki lantai atas. Dimana kamar Dion berada.
Sementara Syifa menyusui Bella, Dion pun kembali menemui Wira. Mereka tampak mengobrol berdua di teras belakang.
Setelah beberapa saat akhirnya Syifa tertidur. Namun dia merasa terganggu dengan suara ponsel Dion yang terus berbunyi di atas nakas.
Mau tak mau Syifa harus mencari Dion dan memberikan ponselnya. Siapa tahu panggilan itu penting.
Dia berjalan menyusuri ruangan di rumah itu mencari keberadaan Dion. Sempat bingung sebab rumah itu begitu luas.
Sampai akhirnya dia menemukan sosok Dion. Saat hendak menghampiri dia pun tertahan. Syifa mendengar Dion sedang berbicara serius dengan Papanya.
"Iya Pa, ini Dion lagi berusaha. Papa tahu kan sudah ada peningkatan nilai Dion." ujar Dion yang duduk di sebuah kursi.
"Setelah ini Papa mau kamu urus perusahaan. Kamu sudah berkeluarga. Tinggalkan duniamu yang tidak penting itu. Nurut sama papa." ujar Wira.
"Pa, aku punya cita-cita dan keinginan sendiri. Tolong beri aku kesempatan untuk aku mandiri Pa. Ini juga lagi berusaha." Dion tampak menghela nafas kesal.
"Tapi apa? Papa tahu kamu punya kesenangan, punya hoby. Tapi istrimu itu butuh nafkah. Anakmu butuh makan. Nggak malu kamu nantinya punya penghasilan yang kalah besar sama istri kamu?" ujar Wira sedikit sewot.
"penghasilan cafe kamu mana cukup. Buat kebutuhanmu saja paling juga masih kurang." Wira kembali mencemooh Dion.
Dion yang sedang kesal pun langsung beranjak dari tempat duduknya meninggalkan Wira sendirian.
Namun saat masuk ke dalam rumah dia terkejut melihat Syifa yang sudah berdiri mematung didepannya.
"Syifa?"
"Dion, M-maaf aku tidak bermaksud untuk menguping kalian." ucap Syifa sedikit gemetar.
Tanpa berkata apapun Dion langsung menyambar Syifa dan menariknya menuju kamar mereka.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
nuraeinieni
dion mandiri
2023-07-05
7