Syifa begitu jengkel saat melihat Dion yang tampak asyik nongkrong dengan teman-temannya di sebuah cafe. Sementara dirinya sudah membuang-buang waktu menunggunya di kampus. Jika saja tahu Dion tak datang maka dia bisa segera pulang dan menemui Bella, putrinya.
Syifa langsung saja menghampiri Dion dengan wajah marahnya.
"Dion..!" teriak Syifa.
Dion yang semula tampak mengobrol santai dengan teman-temannya pun langsung terkejut.
Dia segera berdiri dan menghampiri Syifa. Dion tahu betul dengan ekspresi Syifa yang tampaknya sedang marah begitu.
Tiba-tiba saja Syifa langsung mengangkat tangannya dan menengadah di depan Dion.
"Mana HP kamu?" tanya Syifa ketus.
"Ha?" Dion tampak bingung dengan ucapan yang dimaksud Syifa.
"HP kamu mana? Saya pinjam" ujar Syifa lagi. Kali ini tatapannya yang melotot sudah jelas dia dilanda emosi.
Akhirnya dengan sedikit ragu Dion mengeluarkan ponselnya. Namun belum sampai mengulurkan kepada Syifa malah gadis itu meraihnya lebih dulu.
Saat hendak membukanya Syifa kembali meraih jemari Dion dengan paksa untuk memindai sidik jarinya.
Dion hanya bisa keheranan menatap perbuatan aneh Syifa. Dia tampak sibuk mengetikkan sesuatu kemudian ponsel milik Syifa yang berada di tasnya berbunyi.
"Nih, lain kali kalau nggak mau bimbingan kamu bisa hubungi saya. Jangan kayak gini, buang-buang waktu tau." ujar Syifa dengan wajahnya yang sedikit cemberut.
Dion kembali menatapi Syifa dan sialnya wajah itu tampak semakin imut saat marah begini.
"Kamu niat bimbingan nggak sih?" cerca Syifa.
"Baiklah, besok kita mulai bimbingannya." ujar Dion dengan sorot matanya yang entah kenapa membuat Syifa sedikit salah tingkah.
"Jangan telat, awas" Syifa menunjuk wajah Dion kemudian gadis itu pergi berlalu begitu saja.
Dion masih berada di tempatnya sembari menatapi dosen cantiknya berjalan meninggalkan dirinya. Bahkan sudut bibir Dion sedikit terangkat tatkala mengingat wajah cantiknya dari dekat.
"Wah.. Gila lo Dion. Gebetan lo cewek kantoran? Cantik bener." celetuk Bima, salah satu teman Dion.
"Eh Di, bukannya itu tadi Bu Syifa dosen baru kita?" Nico yang sejatinya teman satu kampus bahkan satu kelas dengan Dion langsung menyadarinya.
"Hmm. Betul." ucap Dion dengan santainya.
Sementara teman-temannya yang lain langsung heboh sendiri. Mereka mengira bahwa Dion memiliki hubungan khusus dengan Syifa.
................
Syifa cepat-cepat mandi dan membersihkan dirinya setelah itu langsung menemui putri kecilnya yang sudah sangat dia rindukan seharian ini.
Bella adalah penyemangat untuk Syifa, rasa lelah seharian ini seketika sirna saat melihat tingkah menggemaskan bayinya itu.
"Jangan cepat gede dong sayang, mama masih seneng Bella lucu gemesin gini." Syifa tak berhenti menciumi pipi chubby Bella.
Tampak sekali bagaimana Syifa begitu menyayangi Bella, sementara Bi Ida yang setiap hari membantu Syifa kadang merasa terenyuh melihat ibu dan anak tersebut.
Bi Ida yang bekerja pada keluarga Syifa sudah puluhan tahun tahu betul bagaimana sosok Syifa. Syifa bahkan menyayangi Bi Ida seperti orang tuanya sendiri, dan sebaliknya.
Apalagi saat gadis malang itu mendapatkan perlakuan buruk dari Rangga, mantan suaminya. Bi Ida merasa sangat sedih.
"Non gimana kerjaannya? Lancar?" tanya Bi Ida.
"Lancar Bi, syukurlah disana orangnya baik-baik Bi," balas Syifa.
"Bibi ikut seneng Non, semoga betah ya." ujar Bi Ida.
"Iya Bi, makasih ya. Udah jagain Bella juga." ujar Syifa.
"Sudah tugas saya Non." Bi Ida tersenyum melihat ketulusan Syifa.
Setelah selesai menidurkan Bella, Syifa bersantai sejenak. Dia membuka sosial media di ponselnya. Tak sengaja muncul sebuah foto pasangan yang sungguh, ini bukanlah Syifa inginkan sama sekali.
"Rupanya dah hamil." gumam Syifa memandangi potret tersebut.
Dimana mantan suaminya, Rangga tengah berfoto mesra memamerkan perut buncit istrinya, Mona. Yang tak lain mantan sahabat Syifa.
Rasa sesak kembali menyeruak di dalam dadanya. Sedih, jelas sedih. Hingga sekarang Syifa masih menyimpan sendiri perasaan itu.
Apalagi Rangga yang hingga saat ini belum pernah sekalipun punya niatan menjenguk Bella. Dia benar-benar tak pernah menganggap adanya Bella.
Aur mata itu kembali mengalir, membasahi wajahnya yang entah sampai kapan akan terus begitu. Syifa terisak sendirian. Benar-benar remuk redam perasaannya. Namun dia harus kuat, demi sang putri tercinta.
................
Entah bagaimana semalam, tak sadar Syifa yang ketiduran setelah lelah menangis. Kini pagi telah menyambut, artinya hari baru ini harus kembali Syifa hadapi meski apapun yang terjadi nanti.
Setelah mengurusi Bella dia langsung bersiap menuju kampus.
Saat baru sampai di parkiran kampus dia mendengar ponselnya berbunyi. Ada pesan masuk.
Syifa membuka pesan itu yang ternyata berasal dari Dion.
"Bu Syifa, nanti saya mau bimbingan. ☺️. Dion"
Syifa mengernyitkan keningnya, namun sudut bibirnya mulai terangkat. Entah kenapa ada perasaan senang saja saat Dion mau menerima bimbingannya.
"Baiklah, tunggu di perpustakaan nanti selesai jam mapel." balas Syifa.
Dia pun memulai pekerjaannya. Memasuki ruang kelas dan mulai menyampaikan materi.
.
Tak terasa waktu cepat berlalu. Dia pun menyelesaikan materi hari ini dengan lancar. Sehingga tugasnya tinggal membimbing Dion.
Sebelum ke perpustakaan Syifa ke toilet terlebih dahulu. Dia harus mengeluarkan ASI nya sebab dadanya sudah terasa begah.
Dia mengeluarkan alat breastpumpnya dan mulai melakukan di dalam bilik toilet. Masih ada beberapa menit sembari menunggu Dion.
Setelah selesai dia keluar dari bilik toilet menuju wastafel. Dia merapikan peralatannya dan tak lupa meletakkan ASI di tempat penyimpanan khusus yang dia bawa. Kebetulan saat ini toilet sedang sepi.
Namun tak lama kemudian datanglah salah seorang mahasiswi yang sedang membasuh muka di wastafel. Dia memperhatikan Syifa dengan seksama.
"Maaf, Bu Syifa kenapa membawa alat pompa ASI?" tanya mahasiswi itu.
"Iya, ini untuk saya. Sayang jika dibuang, disimpan saja nanti bisa diberikan ke anak saya setelah pulang." ujar Syifa dengan santainya.
"Loh, Bu Syifa sudah punya anak?" mahasiswi itu kaget.
"Iya, anak saya masih bayi. Jadi lagi butuh ASI." ucap Syifa.
"M-maaf Bu, saya kira Bu Syifa masih single. Ternyata sudah menikah ya." ujar mahasiswi itu lagi.
Syifa hanya bisa tersenyum. Dia enggan mengatakan statusnya sebenarnya. Bercerai padahal anaknya masih bayi. Rasanya tak pantas mengumbar kehidupan pribadinya.
Ponselnya kembali berbunyi. Rupanya Dion mengirim pesan jika dia sudah berada di perpustakaan.
Syifa bergegas menuju perpustakaan. Dan benar saja saat baru memasuki ruangan itu tampak Dion duduk di salah satu sudut perpustakaan.
"Maaf Dion, sudah menunggu lama ya?" tanya Syifa.
Dion tak langsung menjawab. Sejenak pandangan mereka saling bertemu. Syifa yang tak sengaja menatap manik mata Dion yang berwarna hitam kecoklatan itu menjadikan dia tertegun untuk sejenak.
Cepat-cepat Syifa mengalihkan pandangannya. Sementara Dion yang sempat terbuai dengan kecantikan Syifa cepat-cepat sadar. 'Hah' perasaan apa ini? Kenapa hatinya begitu berdebar saat menatap wajah dosennya itu.
"Baiklah kita mulai materinya." Syifa mulai membuka beberapa buku berisi materi yang akan diajarkan kepada Dion.
Sementara Syifa sibuk menyampaikan materi Dion justru malah fokus memperhatikan Syifa. Dia benar-benar terpesona dengan dosennya itu.
Ah, aku bisa gila jika terus bersama Bu Syifa. Kenapa dia cantik sekali, bahkan aku tak pernah merasa sebegini deg-degannya ketika bertemu gadis lain. Mungkinkah aku jatuh cinta kepadanya?
Dion jadi senyum-senyum sendiri. Namun seketika langsung ditegur oleh Syifa.
"Dion, fokus" tegur Syifa.
"Gimana mau fokus kalau dosennya cantik begini" celetuk Dion.
"DION.." Benar-benar mahasiswa satu ini.
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Fransiska Widyanti
duh Dion nih brondong meresahkan
2024-02-10
1
NUR FARHANAH
sangat straight forward ⏩
2024-01-25
1
Alensa Talakua Telussa Alensa
lnjt kk...kaks mau nx dong ceritax menikah SMA calon adik ipar ada gk klnjutnx....soal saya cri2 gk ada lgi tpi saya lupa nama pnulisx
2024-01-25
0