Stifa baru saja menyelesaikan bimbingannya bersama Dion. Setelah itu dia bergegas pulang, namun dia ingat bahwa beberapa kebutuhan Bella sudah menipis.
Dia pun akhirnya mampir sebentar ke salah satu swalayan. Dia berbelanja kebutuhan pokok yang sekiranya mulai habis.
Sejak adanya Bella, Syifa memang lebih sering berbelanja sendiri. Dia tidak ingin terlalu banyak merepotkan Bi Ida. Sebab dia sudah menjaga Bella seharian.
Saat sibuk memilih beberapa barang tak sengaja seseorang menabraknya dari belakang.
"Maaf, saya gak sengaja." ucap wanita itu.
"Iya nggak apa-apa kok. Syifa menunduk untuk mengambilkan barang yang terjatuh.
Saat hendak memberikannya dia sangat terkejut. Rupanya wanita itu adalah Mona. Mantan sahabatnya yang kini telah menikah dengan mantan suaminya.
Dada Syifa terasa sangat bergemuruh melihat wajah wanita itu. Apalagi saat melihat perutnya yang mulai tampak membuncit.
"Syifa.." ucap Mona dengan ekspresi yang tak kalah terkejutnya.
Apalagi saat tak sengaja Mona melirik barang di troli milik Syifa, ada beberapa perlengkapan bayi seperti diapers, sabun bayi, dan bedak.
Tanpa menunggu lama Syifa langsung beranjak pergi. Namun Mona justru meraih lengannya. Dia berusaha menahan Syifa.
"Syifa tunggu, aku mau bicara sebentar." ucap Mona.
Syifa menghela nafas keras. Sungguh dia tak menyangka bahwa hari ini harus bertemu orang yang telah menghancurkan rumah tangganya.
Syifa hanya melirik Mona tanpa menyahut ucapan sama sekali.
"Syifa, aku minta maaf.. Maafkan aku." ucap Mona dengan mata yang berkaca-kaca.
Syifa tersenyum getir. Dia bahkan mulai tertawa.
"Hah? Maaf? Buat apa? Masih punya muka? Setelah menghancurkan hidupku. Sekarang enak banget minta maaf." ucap Syifa dengan nada sarkasnya.
"Syifa, aku.. Aku khilaf. Sungguh maafkan aku." ucap Mona lagi.
"Nggak kok, kamu nggak khilaf, buktinya kamu bahagia, selamat ya atas kehamilannya. Semoga kalian langgeng dan bayimu disayangi papanya." ucap Syifa dengan senyumnya.
"Sayang, kamu disini?" tiba-tiba suara pria yang begitu Syifa kenal muncul dari belakangnya. Dia adalah Rangga.
"S-Syifa.." Rangga sangat terkejut melihat Syifa.
Sementara Mona tampak sudah hampir mengeluarkan air matanya. Cepat-cepat Syifa melepas tangan Mona yang menggenggam lengannya.
Tanpa berkata apapun Syifa langsung pergi meninggalkan mereka berdua. Sungguh, hari ini sangatlah sial bertemu dengan mereka.
Syifa sekuat tenaga berusaha terlihat kuat. Dia tak ingin menunjukkan sisi lemahnya kepada siapapun terutama kepada Mona dan Rangga yang sudah mengkhianatinya.
"Mona, kamu kenapa bersama Syifa?" tanya Rangga saat Syifa sudah pergi.
"Aku.. Aku hanya ingin bicara dan minta maaf kepadanya saja. Aku merasa sangat tidak enak kepadanya." ujar Mona.
"Sudahlah Mona, biar saja. Percuma kita minta maaf kepadanya, toh nggak bakalan juga kita dimaafin." ucap Rangga dengan entengnya.
Akhirnya mereka pun menyelesaikan belanja dan bergegas pulang.
Selama di perjalanan pulang Mona tampak masih menangis. Rangga sebenarnya mulai jengkel melihat Mona yang terus-terusan menangis seperti itu.
"Sayang udah dong, kamu kenapa sih menangis terus? Syifa melukai kamu? Dia ngatain kamu?" tanya Rangga.
"Dia nggak ngatai aku Ngga, justru dia ngasih aku ucapan selamat. Dan itu membuatku merasa semakin bersalah." ujar Mona.
"Ya emang kita salah, mau gimana lagi?" ucap Rangga.
"Kamu nggak pengen apa jengukin anak kamu sama Syifa? Setidaknya sedikit berbuat baik kepadanya Rangga. Aku nggak pernah bisa tenang, kadang aku mulai berpikir apa kamu juga bakal lakuin hal yang sama kepada anakku nanti?" ucapan Mona sepertinya mengundang emosi Rangga. Pria itu memang terkenal temperamental.
"Lo bilang apa Mona? Lo ngraguin gue?" Rangga yang terbakar amarah langsung menghentikan mobilnya.
"Nggak gitu Rangga. Aku cuma pengen memperbaiki keadaan. Aku Pengen tenang, aku cuma pengen kembali berhubungan baik dengan Syifa. Biar bagaimanapun dia adalah sahabatku." bentak Mona.
"Persahabatan lo udah hancur Mona, lo udah lukai dia. Percuma nggak akan pernah kalian akur lagi." Rangga pun ikut membentaknya.
Mona yang semakin terisak langsung membuka pintu mobilnya. Dia hendak keluar.
"Mona, mau kemana? Jangan keluar kamu." ujar Rangga.
Mona tak menjawab, dia yang sudah terlanjur emosi langsung beranjak pergi.
BRRAAKKKK....
"MONA....."
Rangga sangat terkejut saat melihat Mona yang langsung tertabrak mobil yang melintas dari arah belakang.
......................
Hari-hari Syifa masih saja dilanda mood yang buruk. Setelah kemarin bertemu Mona Dan Rangga. Manusia paling dia benci dalam hidupnya.
Tapi Syifa tak boleh membiarkan pikirannya itu mengusik. Dia harus fokus dengan pekerjaannya dan juga bimbingannya dengan Dion.
"Bu Syifa, nanti bimbingannya ke cafe yang waktu itu ya. Bosan di perpus terus." Dion mengiriminya pesan. Dia hendak mengajak Syifa bimbingan di cafe tempat saat Syifa menghampiri dirinya.
Okelah, lagi pula tak ada salahnya juga. Siapa tahu tempat itu bisa merubah suasana hatinya.
Saat waktunya tiba, Syifa bergegas menuju cafe. Kebetulan cafe tersebut sama dengan arahnya pulang. Sehingga itu bisa sedikit menghemat waktunya.
Syifa sampai di cafe tersebut. Saat baru memasuki tempat itu dia sedikit terkejut melihat Dion yang tampak sibuk meracik minuman dengan celemek yang melekat di tubuhnya.
Aura pria itu tampak sangat berbeda apalagi dengan penampilannya yang sibuk meracik minuman. Ketampanannya terpancar berkali-kali lipat.
Mungkin ini juga sebabnya para perempuan banyak sekali yang menggilainya.
Syifa sempat tertegun beberapa saat. Tapi panggilan Dion yang menyapa dirinya seketika membuatnya sadar.
"Bu Syifa, silahkan duduk." ujar Dion.
"Eh, iya. Kamu kerja di sini Dion?" tanya Syifa.
"Memangnya saya kelihatan seperti karyawan ya bu? Jangan salah. Ini cafe punya saya. Menu baru dicoba ya." ujar Dion dengan menyajikan sebuah minuman yang tampak indah dengan kombinasi gradasi warna cokelat. Menarik dan kelihatan segar.
"Oh, maaf Dion. Apa ini?" tanya Syifa.
"Itu resep baru Bu Syifa. Sebenarnya belum di publikasi. Dan bu Syifa orang pertama yang akan mencicipinya. Semoga enak dan bisa bikin mood naik." ujar Dion dengan senyumnya yang begitu menawan.
Syifa pun akhirnya mencicipi minuman itu. Dion tampak begitu penasaran dengan reaksi yang diberikan Syifa.
"Hmm.. Rasanya unik ya. Kombinasi cokelat, almond sama aroma cinnamonnya begitu pas. Enak Dion, sungguh. Bikin good mood banget ini " Syifa memuji minuman buatan Dion. Dia bahkan langsung meminumnya lagi hingga tersisa setengah gelas.
Senyum lebar terpancar dari wajah Dion. Dia begitu bahagia dengan pujian yang diberikan Syifa. Sungguh baru kali ini Dion begitu antusias membuat Syifa tersenyum.
Akhirnya Syifa dan Dion memulai bimbingannya. Dan benar saja, minuman yang dibuat Dion tampaknya mulai mengembalikan moodnya. Entah karena minuman itu atau karena sikap Dion yang selalu ramah padanya membuat Syifa merasa senang.
Mereka mengobrol sebentar usai bimbingan. Bahkan Dion memasakkan kudapan khusus untuk Syifa.
Syifa tampak terkejut saat melihat Dion yang tampak begitu mahir dalam urusan memasak.
"Ternyata kamu hebat juga ya Dion. Pinter bikin masakan, minuman." Ujar Syifa.
"Sebenarnya dari dulu pengen banget kuliah tata boga. Tapi papa nggak pernah ngijinin. Dia maunya aku kuliah bisnis manajemen biar bisa meneruskan usahanya." ujar Dion sedikit murung.
"Dan Cafe ini pun aku diam-diam bikinnya. Ngumpulin uang saku juga kerja sampingan biar bisa buka cafe sesuai keinginanku. Dan ini pula yang bikin aku jadi males kuliah. Udah keasyikan bikin usaha sendiri. Aku juga nggak bisa akur sama Papa." rupanya Dion menceritakan semua alasan tentang dirinya. Syifa pun tampak kagum dengan Dion.
"Kamu bener-bener hebat Dion. Di usia kamu seperti ini udah bisa buat cafe sekeren ini. Aku salut." ujar Syifa.
"Tapi Dion, kamu juga harus tetap mikirin tanggung jawab kamu. Kuliah manajemen bagiku nggak masalah. Toh kamu juga bakal butuh ilmunya juga kan buat mengelola cafe ini. Terlepas dari apa masalah kamu dengan papa kamu." imbuhnya.
Dion tertegun dengan apa yang disampaikan Syifa. Dia bahkan baru kali ini menemui wanita yang begitu mudahnya memberi kesan positif untuknya.
"Bu Syifa, nggak salah pilih aku minta Bu Syifa jadi pembimbingku." ujar Dion.
Dan hal ini semakin membuat hati Dion membuncah. Rasanya bahkan ingin meledak. Sudah tak diragukan lagi. Dion mengakui dalam hatinya bahwa kini dia sudah jatuh cinta dengan sosok Syifa.
Saat asyik mengobrol tiba-tiba ponsel Syifa berdering. Dia melihat Bi Ida yang sedang meneleponnya.
"Halo, ada apa Bi?" syifa berbicara di samping Dion.
"Halo non, Non Syifa dimana? Ini Bella non, Bella demam tinggi." ujar Bi Ida dengan nada paniknya.
"Apa? Bella sakit? Yaudah aku pulang habis ini Bi, tunggu sebentar ya." ekspresi Syifa langsung berubah seketika. Dia tampak begitu panik.
"Bu Syifa ada apa?" tanya Dion.
"Dion, maaf aku harus pulang sekarang. Anakku sedang sakit. Aku harus cepat membawanya ke rumah sakit." Ujar Syifa sembari menyambar tasnya.
"A-Anak?" Dion terperangah saat mendengar ucapan Syifa.
Ha? Syifa rupanya sudah punya anak?
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Fransiska Widyanti
parah si Rangga,,,
2024-02-10
0
sherly
Rangga boleh ngk kalo aku siram kamu pakai air got... laki ngk tau diuntung...
2024-01-08
0
Karate Cat 🐈
hore modyar.. awas kalo kowe nyalahin syifa..
2023-11-28
0