Syifa begitu terkejut saat melihat Dion memasuki ruangan itu. Lagi-lagi dia harus berurusan dengan mahasiswa ini lagi.
"Hai, Bu Syifa." sapa Dion dengan wajah tengilnya.
Syifa hanya menyunggingkan sedikit senyumnya.
"Jadi Bu Syifa, Dion. Kami mohon kerja samanya." ujar Rektor tersebut.
"Siap Pak, kali ini saya akan semangat jika Bu Syifa yang mendampingi." ujar Dion dengan entengnya.
Keduanya undur diri dari ruangan rektor. Sebenarnya Syifa masih tidak yakin bisa membimbing Dion. Apalagi melihat gelagat pria ini benar-benar membuatnya semakin enggan.
"Dion, kenapa kamu memilih saya sebagai dosen pendamping?" Syifa ingin memastikan keseriusan Dion.
"Karena bu dosen begitu cantik. Pasti aku akan semangat." Dion mengedipkan salah satu netranya untuk menggoda Syifa. Kemudian pria itu berjalan meninggalkan Syifa begitu saja.
"Tunggu.." namun panggilan Syifa sama sekali tak digubrisnya. Akhirnya Syifa harus berjalan menghampiri Dion dan mencekal lengannya.
Dion langsung menoleh ke arah Syifa. Sejenak kedua netra itu saling beradu. Ada jeda beberapa detik keduanya menatapi masing-masing.
Tanpa diduga ada getaran di dadanya yang entah datang dari mana. Syifa sadar akan kecanggungan itu dan cepat-cepat dia mengalihkan pandangannya.
"Dion, jika kamu mau saya bimbing maka harus serius. Saya tidak suka dengan anak yang main-main." tegur Syifa kemudian.
Sementara Dion hanya menimpali dengan senyuman yang sulit diartikan. Kemudian dia mendekat ke wajah Syifa. Menatapi dosennya itu dengan begitu dalam. Seketika Syifa menjadi tegang. Bahkan saking dekatnya dia bisa merasakan hembusan nafas serta aroma parfum Dion.
"Saya juga tidak suka main-main." bisik Dion.
"Baiklah, temui saya di perpustakaan setelah jam kuliah selesai." ujar Syifa.
"Oke, siap Bu cantik."
Dion menarik lengannya dari cengkraman Syifa. Kemudian pria itu langsung ngacir begitu saja.
Sungguh, apa ini? Syifa berdecak kesal dengan kelakuan bocah tengil itu.
"Dasar nggak sopan." gerutu Syifa.
.
Akhirnya jam terakhir Syifa selesai juga. Dia bergegas mempersiapkan diri untuk membimbing Dion sesuai dengan amanat rektor.
Dia bergegas menuju perpustakaan. Syifa mempersiapkan semua materi yang akan diajarkan kepada Mahasiswa 'spesialnya' itu.
Setelah semua siap kini Syifa tinggal menunggu kedatangan pria itu. Sepuluh menit berlalu Syifa masih santai, mungkin jam pelajaran Dion masih berlangsung. Dia akan menunggunya.
Namun hingga hampir setengah jam dia menunggu tak tampak batang hidung pria itu.
Sementara dirinya sudah mulai merasa tidak nyaman akibat sesak di bagian dadanya. Sudah waktunya dia mengeluarkan ASI untuk bayinya. Namun karena terburu-buru dia lupa tidak membawa breastpump, atau alat pompa ASI.
Syifa sudah mulai jengah. Apalagi dia lupa tidak meminta nomor telepon Dion. Sehingga dia tidak bisa menghubungi pria itu.
Syifa memang orang yang menjunjung tinggi kedisiplinan dan tepat waktu. Dan keterlambatan ini benar-benar membuatnya mulai naik darah.
Akhirnya Syifa memutuskan keluar perpustakaan dan mencari keberadaan Dion.
Dia berjalan menyusuri setiap bangunan kampus berharap bertemu Dion. Bertanya ke setiap mahasiswa yang mengenal Dion.
Dengan langkahnya yang mulai lelah, Syifa hampir saja menyerah. Namun tiba-tiba ada salah satu mahasiswa menghampirinya.
"Maaf, Bu Syifa mencari Dion ya?" tanya mahasiswa itu.
"Iya benar, tahu dimana dia?" tanya Syifa.
"Tadi barusan saya lihat dia sudah pulang bu. Bawa motornya cepet-cepet." ujar mahasiswa tersebut.
"Apa? Pulang?" seketika kepala Syifa dibuat mendidih akan kelakuan Dion.
Dia sudah capek-capek menunggui dan mengorbankan waktunya demi Dion, justru pria itu pulang begitu saja.
Sia-sia sudah. Akhirnya dengan perasaan kesalnya Syifa pergi meninggalkan kampus untuk pulang.
.
Hari pertama Syifa bekerja ini cukup melegakan baginya. Sebab semua berjalan lancar serta rekan-rekan dosen lain juga menyambutnya dengan baik.
Hanya saja dia masih jengkel karena gagal bimbingan khusus untuk Dion, setelah dia melihat rekap nilai mahasiswanya itu dia benar-benar dibuat geleng-geleng kepala. Bagaimana tidak, hampir semua nilai semesternya sangat buruk.
Apalagi saat melihat absen kehadirannya. Satu bulan hanya hadir beberapa hari saja.
Syifa menghela nafas kasar. Sepertinya tantangan dimulai dari sini. Dia harus tetap fokus dan membuat mahasiswanya itu melewati masa kritisnya agar bisa lulus tepat waktu meski agaknya cukup mustahil.
Tak mau memikirkan banyak hal Syifa bergegas pulang untuk menemui putri semata wayangnya yang seharian ini sudah sangat dia rindukan.
Dia menyetir mobilnya dengan pelan Sebab sore hari cukup macet apalagi disaat jam kerja begini.
Dia harus bersabar menunggu lampu merah di depannya. Sejenak dia menyandarkan punggungnya dan mengedarkan pandangannya di sekitar jalanan.
Lalu lalang kendaraan juga orang-orang yang tengah sibuk dengan berbagai macam urusannya di penghujung senja ini.
Langit jingga yang mulai melengkapi suasana sore ini cukup memanjakan mata Syifa. Rehat sejenak dari segala macam rutinitas barunya. Dan sebentar lagi adalah hal yang paling dinantikan untuknya. Yaitu bertemu putri kecilnya, semangat hidupnya.
Padatnya kendaraan membuat mobil Syifa sedikit lebih lama berdiam di tempat itu. Dia kembali mengamati sekitarnya.
Namun saat menoleh ke samping dia dibuat terkejut dengan apa yang telah di tangkap kedua netranya.
Tiba-tiba saja rasa sesak kembali menjalar di dalam hatinya. Begitu menyakitkan saat dia menatap sepasang pria dan wanita tengah bergurau di dalam mobil yang sebagian kacanya terbuka.
"Mas Rangga dan Mona, mereka masih bersama?" puing-puing hatinya yang hancur kini seolah kembali merutuk dalam diri.
Melihat mantan suami dan sahabatnya sendiri memadu kasih dengan tanpa dosa. Seolah lupa dengan perbuatannya yang telah menghancurkan hidup Syifa.
Tanpa sadar air mata kini kembali meleleh di kedua netranya. Tak dipungkiri Syifa masih menahan perasaan sakit itu begitu dalam.
Dua manusia yang sangat disayangi Syifa justru tega mengkhianatinya. Padahal saat itu Mona sudah dianggap Syifa seperti saudaranya sendiri
justru sahabat terdekatnya itu yang tega menusuknya dari belakang.
Sedangkan Rangga yang dengan entengnya meninggalkan Syifa sama sekali tak peduli dengan keadaannya. Dia harus berjuang melahirkan dan merawat putrinya seorang diri.
Tak ada niatan sama sekali untuk Rangga sekedar menjenguk Bella, putrinya.
Hatinya sudah tertutup oleh hasutan nafsu. Hingga mengorbankan keharmonisan keluarganya hancur begitu saja.
TTIINNN..TTIINNN...
Tiba-tiba Suara beberapa klakson mobil di belakangnya langsung menyadarkan Syifa dari lamunannya. Dia menatap jalan di depannya yang sudah tampak lengang.
Rupanya cukup lama dia melamun hingga mendapat protes dari pengendara lain.
"Ya Tuhan, aku harus fokus" Syifa kembali menjalankan mobilnya.
Menghapus sisa air mata yang seharusnya tak layak keluar untuk menangisi dua manusia laknat itu. Namun sialnya justru tak pernah mampu dia bendung.
Saat menyusuri jalan menuju pulang Syifa tak sengaja melihat sosok yang membuatnya jengkel seharian ini.
Tampak Dion sedang asyik bersantai ria di salah satu coffe shop.
Syifa yang masih sebal pun tanpa pikir panjang langsung memarkir mobilnya dan bergegas menghampiri mahasiswa bandelnya itu.
"Dion..!" teriak Syifa dengan jengkelnya.
"Bu Syifa?" Dion yang sedang duduk pun langsung dibuat terkejut.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Fransiska Widyanti
orang terdekat bisa jadi racun untuk kita
2024-02-10
1
Rini Musrini
jewer aja kuping dion bu sida.
2023-12-05
1
💞Amie🍂🍃
like + sub sudah mendarat thor
2023-11-14
0