BAB 15- Paket Misterius

Euis tak menyangka sama sekali, berulang kali ia bertanya untuk memastikan namun jawaban Indra tetap sama. Euis merasa tak enak hati karena berbicara seperti itu pada Fitri, ia takut Fitri dendam dan mempengaruhi Keenan untuk memecatnya. "Aduh gimana ini, aduh Euis! Euis! harusnya mikir dulu sebelum ngomong."

Di saat kepanikan melanda jiwanya, Euis yang menjadi salah satu saksi bagaimana kisah cinta Keenan dan Sherly, merasa heran apa yang terjadi di antara mereka bertiga.

Makanan yang di masaknya sudah siap saji, tak seperti biasanya kali ini Euis berniat mengantarkan makanan itu ke kamar Keenan. Sebenarnya, semua karyawan termasuk Euis tak berani menaiki Lift pribadi Keenan. Dengan hati-hati ia membawa senampan makanan menyusuri anak tangga ke lantai tiga.

Euis tak bisa langsung masuk ke area ruangan pribadi Keenan, karena selalu di kunci dari dalam.

Teng teng teng

Suara pintu bel bergema begitu kencang hingga terdengar oleh Fitri yang sedang merapihkan pakaian Keenan. "Mas Keenan, apa itu?" tanyanya bingung.

"Gitu aja gak tau! pintu bunyi cepet buka aja, palingan bi Euis!" jawabnya dengan ketus.

Langkah Fitri terhenti kala Keenan memanggil kembali. "Sandinya dua belas dua belas lima belas," lanjut Keenan lagi.

Fitri mengangguk mengerti, jari telunjuk mungilnya menekan satu persatu tombol kunci pintu yang ia dengar dari Keenan dan akhirnya terbuka.

"Bi," sapa Fitri sopan sembari sedikit membungkukkan badannya.

Euis memasang wajah melas, ia menaruh nampan putih bermotif batik itu di atas lemari khusus benda-benda antik milik Keenan, tak terduga Euis tiba-tiba bersimpuh di hadapan Fitri.

Tentu saja Fitri kaget melihat Euis melakukan hal itu. "Astaghfirullah, Bibi kenapa gini? bangun, Bi!" Tangan mungilnya meraih kedua lengan atas Euis yang gempal.

"Maafin saya, Non. Maafin kata-kata saya tadi ... saya kira Non pembantu baru, ternyata Non istrinya tuan Keenan," lirih Euis ketakutan.

Fitri tersenyum lebar mendengar pernyataan Euis. "Ya Allah ... saya kira apa, jangan di pikirin gapapa saya gak masukin ke hati kok, Bi."

"Bener Non?" tanya Euis memastikan lagi.

Fitri melebarkan senyuman di bibinya ia mengangguk pelan. "Iya, Bi. Itu makanan buat Mas Keenan?" tanya Fitri sambil menunjuk ke arah nampak putih yang di bawa Euis.

"Iya Non, Non sekali lagi maafin Bibi ya ... nanti kalau Non butuh apa-apa kasih tau aja Bibi!" seru Euis.

"Makasih banyak ya, Bi!"

"Non biar Bibi bantuin, beresin baju-baju tuan Keenan sama baju-baju Non juga!"

"Gausah, Bi. Barang mas Keenan lagi saya beresin hampir selesai, saya gak bawa baju juga Kok," jawab Fitri.

Euis heran, bisa-bisanya Fitri menikah pindah ke rumah suami tapi tak membawa satu setel pakaian pun. Euis penasaran lalu ia bertanya, "Non, Bibi beneran penasaran. Non ini teh siapa? kenapa bisa nikah sama tuan? kemana non Sherly?"

Fitri kebingungan menjawab deretan pertanyaan dari Euis. "Bi, terlepas dari apapun tujuan kita menikah ... saya hanya percaya mungkin ini sudah takdir yang Maha Kuasa, Bibi orang yang lebih lama tinggal di sini tolong bimbing saya untuk mengurus semua keperluan Mas Keenan," jawab Fitri bijak.

Euis semakin tak mengerti. "Bibi gak ngerti apa yang Non omongin, Non liat Foto yang terpajang di depan? itu Foto tuan Keenan sama non Sherly. Non gak sakit hati liatnya? biar Bibi copot ya lagian tuan Keenan juga gak akan tau."

"Astaghfirullah ... jangan, Bi. Biarin aja kalau Mas Keenan gak nyuruh jangan ya!" seru Fitri.

Kini Euis semakin heran apa sebenarnya yang terjadi, namun ia senang setelah mengetahui respons Fitri. Tak belama-lama lagi Euis turun kembali ia akhirnya bisa bernafas lega. Seketika saja Euis menjadi kagum akan kemurahan hati Fitri.

Sementara itu, Fitri membawa nampan tadi ke kamar Keenan. "Mas, ini makanan kamu. Makan dulu ya, kamu kan harus minum obat."

"Boleh," jawab Keenan singkat.

Dengan lembut Fitri menyuapi Keenan, sesuap demi sesuap sup yang masih panas itu ia tiup perlahan. Minuman dan obat telah masuk ke dalam perut Keenan, kini Fitri lebih tenang.

"Coba liat di koper ada dompet saya gak? bawa kesini!" perintah Keenan tiba-tiba.

"I ... iya Mas."

Fitri memeriksa koper Keenan ia mencari perlahan barang yang Keenan mau, akhirnya di temukan dompet lipat hitam berbahan kulit.

Fitri menyodorkan dompet itu kehadapan Keenan. "Ini Mas dompetnya!"

"Yaudah buka! kamu kan tau saya gak bisa liat!" seru Keenan.

Fitri di buat tak mengerti. "Bu ... buka?" tanyanya.

"Jangan banyak tanya, cepet!" bentak Keenan.

Fitri membuka dompet lipat itu, hal yang pertama ia liat adalah Foto Sherly yang nampak cantik dengan rambut panjang berurai. "Ya Allah, apa Mas Keenan sengaja? ia mau menunjukan begitu dalam cintanya pada dia? lagian gak harus dia bicara aku pun sudah sangat tau," lirih Fitri dalam hati.

"Kamu liat ada kartu hitam saya kan di situ? ambil satu yang mana aja, beli baju sesuka kamu yang paling mahal sana! jangan cuma baju, beli semua keperluan kamu. Minta anter bi Euis!" seru Keenan dengan nada seolah marah.

Fitri bengong mendengar ucapan Keenan dan ia bertanya lagi "Apa Mas? a ... aku gak salah denger?"

"Ck ... udah lah jangan banyak tanya, cepet!"

"Jangan kepedean ya, lagian saya gak mau kamu malu-maluin kalau ada temen atau keluarga saya," lanjut Keenan.

Tanpa Fitri sadari ia tersenyum lebar, "Astaghfirullah Mas, maaf aku sempat su'udzan sama kamu. Makasih ya Mas Keenan."

Tiba-tiba ia menjadi heran, alis tebalnya saling bertautan. "Tapi Mas, kamu tau dari mana aku gak bawa pakaian? ka ... kamu denger obrolan aku sama bi Euis?" tanya Fitri penasaran.

"Eng ... engga lah, bodoh banget sih kamu! udah tau jarak pintu ke sini tuh jauh masa iya saya denger!"

Ruangan pribadi Keenan sebenarnya memang kedap suara, wajar saja jika obrolan mereka memantul hingga terdengar olehnya. Namun ia berpura-pura tak mendengar padahal perbincangan itu begitu jelas terdengar. "Sebenernya Saya dengar pembicaraan kamu dan bi Euis, Jujur aja saya semakin penasaran wanita seperti kamu," gumamnya dalam hati.

Sepertinya rasa simpati mulai tumbuh di hati Keenan namun sayang seketika ingatan itu terlintas kembali, kebenciannya seolah bangkit. "Keenan ... Keenan ngapain juga saya peduliin dia, inget Keenan dia anak orang yang menghancurkan hidup lo!"

Mood Keenan buruk kembali ia tiba-tiba mengusir Fitri. "Pergi kamu dari sini, cepet!" bentaknya yang sangat mengagetkan Fitri.

"Mas Keenan kenapa lagi? gapapa Fit, sabar ..." lirihnya dalam hati.

Fitri berjalan keluar menuruni satu persatu anak tangga, ia mencari Euis di rumah yang amat luas itu.

Bugh

Tak sengaja Fitri bertabrakan dengan Euis.

"Astaghfirullah!" teriak Fitri kaget.

"Aduh Non, maafin Bibi gak liat!" ucap Euis panik.

"Gapapa Bi, kebetulan saya lagi cari Bibi," ungkap Fitri lembut.

"Kebetulan juga Bibi cari Non," saut Euis.

Fitri penasaran. "Kenapa, Bi?" tanyanya.

Euis memberikan sebuah kotak kecil dalam paper bag berwarna merah pada Fitri. "Ini non ada paket buat Non gak tau dari siapa, Bibi dapet dari Pak satpam."

"Satu lagi, harus di buka pas Non sendiri aja katanya!" seru Euis lagi.

Fitri semakin di buat tak mengerti dengan ragu ia mengambil paper bag itu. Saking penasarannya Fitri pamit pada Euis menuju taman, ia duduk di atas bangku di bawah pepohonan yang rindang.

Tanpa berpikir panjang lagi, Fitri membuka kotak merah sekilas tak ada yang spesial dalam kotak itu ia hanya menemukan secarik kertas putih yang berisi tulisan dengan tinta merah pula.

Fitri membaca pelan satu persatu kata yang tertulis di kertas. "Halo nyonya Keenan, bagaimana pernikahan kalian? tidak bahagia bukan? sudah saya duga sejak awal. Karakter Keenan memang sulit dihadapi apalagi status kamu yang merupakan anak dari si penabrak tak bisa di tutupi lagi. Tapi nona sepertinya kita berada di pihak yang sama, mari bekerja sama untuk membuat Keenan semakin hancur kalau perlu kita habisi dia!"

Tangan Fitri gemetar hebat saat membaca pesan misterius itu. "Astaghfirullah ... apa ini?" lirih Fitri ketakutan.

Bersambung....

Episodes
1 BAB 1- Pelampiasan Kepanikan
2 Bab 2- Putri Bahan Negosiasi
3 BAB 3- Goresan Tinta Pembawa Takdir
4 BAB 4- Teriakan Kekecewaan
5 BAB 5- Pandangan Negatif Mereka
6 BAB 6- Terikat Nyata
7 BAB 7- Tradisi Yang Menegangkan Bagi Mereka
8 BAB 8- Senyuman untuk bayangan Mantan
9 BAB 9- Kamar Pengantin
10 BAB 10-Kejutan Memilukan Di Malam Pertama
11 BAB 11- Ternyata Hanya Menutup Mata
12 BAB 12- Hati Yang Tulus Dan Dendam Yang Masih Membara
13 BAB 13- Memilih Ridho Suami
14 BAB 14- Foto Prewedding
15 BAB 15- Paket Misterius
16 BAB 16- Emoticon Love
17 BAB 17- Satu Pergi Tiga lainnya Datang
18 BAB 18- Sambutan Sang Mertua
19 BAB 19- Singgah Ke Firma Hukum
20 BAB 20- Berangsur-angsur menyadari Ketulusan
21 BAB 21- Niat Yang Masih Keliru
22 BAB 22- Pelukan Hangat Keenan
23 BAB 23- Diantara Dua Do'a
24 BAB 24- Tak Bisa Tidur
25 BAB 25- Mengorek Kehidupan Dan Isi Hati Fitri
26 BAB 26- Mulai Menunjukan Taring
27 BAB 27- Kekhawatiran yang terus menghantui
28 BAB 28- Cara Memastikan Sebuah Rasa
29 BAB 29- Seolah Tak Terjadi Apa-apa
30 BAB 30- Kepanikan Keenan
31 BAB 31- Gara-gara Nasi Goreng
32 BAB 32- Salah Sasaran
33 BAB 33- Ucapan Yang Tak Selesai
34 BAB 34- Perhatian Keenan Yang Coba Di Tutupi
35 Bab 35- Mulai Memudar
36 BAB 36- Senyum Itu Ibadah
37 BAB 37- Kenangan Nasi Liwet
38 BAB 38- Bukan Lagi Ke Firma Hukum
39 BAB 39- Kebetulan Yang Tidak Terduga
40 BAB 40- Sulitnya Berbicara
41 BAB 41- Mencoba Untuk Pulang
42 BAB 42- Suara Hati Keenan
Episodes

Updated 42 Episodes

1
BAB 1- Pelampiasan Kepanikan
2
Bab 2- Putri Bahan Negosiasi
3
BAB 3- Goresan Tinta Pembawa Takdir
4
BAB 4- Teriakan Kekecewaan
5
BAB 5- Pandangan Negatif Mereka
6
BAB 6- Terikat Nyata
7
BAB 7- Tradisi Yang Menegangkan Bagi Mereka
8
BAB 8- Senyuman untuk bayangan Mantan
9
BAB 9- Kamar Pengantin
10
BAB 10-Kejutan Memilukan Di Malam Pertama
11
BAB 11- Ternyata Hanya Menutup Mata
12
BAB 12- Hati Yang Tulus Dan Dendam Yang Masih Membara
13
BAB 13- Memilih Ridho Suami
14
BAB 14- Foto Prewedding
15
BAB 15- Paket Misterius
16
BAB 16- Emoticon Love
17
BAB 17- Satu Pergi Tiga lainnya Datang
18
BAB 18- Sambutan Sang Mertua
19
BAB 19- Singgah Ke Firma Hukum
20
BAB 20- Berangsur-angsur menyadari Ketulusan
21
BAB 21- Niat Yang Masih Keliru
22
BAB 22- Pelukan Hangat Keenan
23
BAB 23- Diantara Dua Do'a
24
BAB 24- Tak Bisa Tidur
25
BAB 25- Mengorek Kehidupan Dan Isi Hati Fitri
26
BAB 26- Mulai Menunjukan Taring
27
BAB 27- Kekhawatiran yang terus menghantui
28
BAB 28- Cara Memastikan Sebuah Rasa
29
BAB 29- Seolah Tak Terjadi Apa-apa
30
BAB 30- Kepanikan Keenan
31
BAB 31- Gara-gara Nasi Goreng
32
BAB 32- Salah Sasaran
33
BAB 33- Ucapan Yang Tak Selesai
34
BAB 34- Perhatian Keenan Yang Coba Di Tutupi
35
Bab 35- Mulai Memudar
36
BAB 36- Senyum Itu Ibadah
37
BAB 37- Kenangan Nasi Liwet
38
BAB 38- Bukan Lagi Ke Firma Hukum
39
BAB 39- Kebetulan Yang Tidak Terduga
40
BAB 40- Sulitnya Berbicara
41
BAB 41- Mencoba Untuk Pulang
42
BAB 42- Suara Hati Keenan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!