BAB 8- Senyuman untuk bayangan Mantan

Beberapa jam duduk berdampingan Fitri tak pernah melihat Keenan tersenyum bahkan tak ada satu kata pun yang keluar dari mulut Keenan.

"Sepertinya Mas Keenan sangat mencintai wanita bernama Sherly itu, apa mungkin wanita yang di hadapan ku ini adalah calon istri Mas Keenan yang sesungguhnya?" tanyanya lagi dalam hati.

Mendengar pertanyaan Keenan, wanita itu menutup rapat mulutnya kembali dan menunduk cukup lama.

"Keenan sadar dia i--" ungkap Erik terpotong oleh ucapan Keenan.

"Sherly, jawab saya! saya yakin kamu pasti berubah pikiran. Belum terlambat untuk kita bersama, lagian ini hanya pernikahan kontrak, saya gak pernah menganggap serius pernikahan ini dan saya gak akan mencintai wanita lain selain kamu Sherly," ungkap Keenan dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

Deg

Kata-kata yang terlontar dari mulut Keenan itu sungguh menyakiti hati Fitri, bukan karena ia mengharapkan cinta Keenan tapi Fitri merasa tak sepatutnya Keenan begitu memandang rendah sebuah pernikahan.

Wanita itu menegakkan wajahnya kembali, menatap ke arah Keenan dan mulai berbicara. "Keenan ini aku," ucapnya.

Mendengar suara wanita itu Keenan merasa kaget sekaligus tak menyangka. "Kak Revi?" tanyanya pelan.

Senyuman manis Keenan kembali hilang matanya menunjukkan kesedihan seperti semula.

"Iya ini aku Revi, aku datang mewakili keluarga terutama Sherly mau meminta maaf secara langsung sama kamu Om Erik dan Tante Juwita, tak seharusnya dia pergi meninggalkan kamu disaat yang tidak tepat seperti ini," ungkap wanita itu yang ternyata adalah Kakak perempuan Sherly.

"Harusnya aku tadi gak nyobain parfum Sherly, aduh! Keenan pasti nyangka aku Sherly karena parfum ini," gumam Revi dalam hati.

"Om ... Tante, saya kira pernikahan Keenan benar-benar akan batal, beruntung gadis cantik ini mau menikah dengan Keenan. Makasih ya!" ungkap Revi lalu melirik ke arah Fitri.

"Udahlah Revi, mungkin kita bisa memahami kondisi Sherly. Lagian Keenan dan Sherly gak seharusnya melalui semua ini kalau gak ada pemabuk yang menabrak anak saya!" sindir Erik pada Jejen.

Merasa Erik membicarakannya, Jejen melotot dan hendak menghampiri Erik.

Namun Fitri dan Lilis menghalangi Jejen yang sedang emosi. "Udah atuh Pak!" ucap Lilis tegas.

Tak merespons percekcokan mereka, Keenan menghembuskan nafasnya berulang-ulang berharap dadanya yang membendung kekecewaan tak sesak lagi.

Melihat ketegangan diantara mereka dan Keenan terlihat kecewa akan kehadirannya, Revi tak mau mengganggu kenyamanan Keenan lagi. "Kalau gitu aku pergi yah Keenan, aku harap kamu bisa memaafkan Sherly!" harapnya.

Sebelum beranjak pergi, Revi menghampiri Fitri dan berbisik, "Semoga aku tak salah menilai tentang kamu, tolong jaga Keenan dan bantu dia untuk melupakan Sherly. Aku cuma khawatir cinta itu hanya akan semakin membuatnya tersiksa."

Fitri menatap mata Revi, ia melihat ketulusan yang terpancar. Fitri menganggukkan kepalanya lalu tersenyum.

"Ya Allah, sejujurnya berat bagi hamba menjalani pernikahan ini. Tapi berilah hamba kekuatan agar bisa menjadi sebaik-baiknya istri Sholehah," gumamnya dalam hati.

Setelah mengetahui sendiri perasaan Keenan yang teramat dalam pada Sherly, Fitri menyadari betul pernikahannya tak akan berjalan mulus. Tapi, ia pun paham secara hukum maupun agama statusnya kini sudah menjadi seorang istri, Fitri sangat mengetahui kewajiban seorang istri yang sesuai syariat itu seperti apa.

Kini waktu menunjukan pukul sembilan malam, semakin kesini keramaian kian mereda, para tamu satu persatu beranjak pergi hingga menyisakan tim Wedding Organizer, ajudan dan kedua keluarga pengantin.

Lilis dan Jejen yang sedari tadi duduk bersama mereka, kini lebih mendekat ke arah Fitri. Mata Lilis terlihat sembab karena air mata yang tak henti-hentinya menetes.

"Neng," ujar Lilis.

Fitri menunjukan senyum lebar seolah tak menyimpan kesedihan sedikitpun.

"Dek Keenan," sapa Lilis yang melirik ke arah Keenan seolah ingin mengatakan sesuatu.

Keenan tak bergeming.

"Bu, Bapak teh dari tadi lapar! mau cari makan dulu," bisik Jejen lamu meninggalkan mereka.

Lilis mengangguk, ia berniat melanjutkan ucapannya yang tak selesai pada Fitri dan Keenan namun tiba-tiba Erik dan Juwita menghampiri Keenan lebih dekat tapi sama sekali tak menyapa Fitri maupun Lilis.

Melihat gelagat Erik dan Juwita seperti itu, Fitri hanya tertunduk tak berani menatap mereka.

"Keenan, kamu belum makan. Mau mamah ambilin makanannya?" tanya Juwita seolah perhatian.

Keenan hanya menggelengkan kepala.

"Pah saya mau pulang!" tegasnya pada Erik.

"Keenan, kebetulan Papah dan Mamah harus pulang ke Jakarta hari ini. Tapi Kondisi kamu belum Fit seratus persen nak beberapa hari ini kamu tinggal di sini dulu ya, Papah hanya bawa dua ajudan, Indra Papah tugasin buat jagain kamu disini," ungkap Erik.

Kepergian Erik dan Juwita ke Jakarta memang tak bisa di tunda lagi, secara tak terduga Ibunda Juwita meninggal dunia.

"Kamu baik-baik disini Keenan, nanti kabarin kami kalau ada apa-apa," saut Juwita.

Tak menjawab Kembali Keenan hanya terdiam membisu.

Erik mengelus pundak putranya dan berkata, " Keenan, kami pergi ya. Berkabar kalau kamu pulang ke Jakarta!"

"Iya Pah," jawab Keenan singkat.

Erik dan Juwita beranjak pergi namun tiba-tiba Erik kembali lalu di susul Juwita. "Satu lagi, saya ingatkan! Fitri, kamu harus sadar diri! pernikahan ini terjadi karena ulah ayah kamu dan saya minta kamu rawat Keenan dengan baik sebagai bentuk pertanggungjawaban dari dosa ayah kamu!" tegas Erik.

"Udah Pah!" saut Juwita lalu tersenyum ke arah Fitri dengan senyuman yang sama saat mereka pertama kali bertemu.

Mendengar perkataan Erik, Fitri tertunduk kembali dan mengangguk seolah ia mengerti.

"Ya Allah, kasian sekali si Neng harus nanggung dosa dan kesalahan si Bapak. Neng gimana kamu ngelewatin hari-hari kedepannya atuh!" teriak Lilis dalam hati.

"Saya bisa saja memenjarakan ayah kamu lagi kalau kalian berani melanggar kontrak itu, jangan pernah berniat lari jika Keenan belum sembuh total tapi kamu juga harus tau diri siapa kamu!" tegas Erik kembali pada Fitri.

Setiap ucapan yang di lontarkan oleh Erik membuat Fitri semakin tertekan, secara tak langsung pernyataan itu layaknya sebuah ancaman bagi gadis lemah seperti Fitri. Padahal tak harus ditekan seperti itu, Fitri menyadari betul tugasnya sebagai seorang istri.

"Udahlah Pah, saya cape! kalau Papah mau pulang silahkan, saya mau istirahat," sahut Keenan.

"Tuh kan kata Mamah juga apa, ayo kita pulang Pah," bisik Juwita.

"Keenan Mamah pulang ya," ucap Juwita kembali.

"Iya," jawabnya singkat.

Entah apa yang di gumamkan Juwita dalam hatinya, namun senyuman itu kembali terlihat di wajahnya. Juwita menggandeng tangan Erik dan berjalan ke luar ruangan.

"Pak," panggil ajudan yang bernama Indra.

"Ayo pergi!" seru Keenan pada Indra

Lilis menoleh ke arah ajudan itu. "Pak sebenar saya mau bicara dulu dengan Dek Keenan," ujar Lilis.

"Dek Keenan, mungkin bagi keluarga kalian suami saya teh adalah orang yang paling kalian benci. Saya mah cuma minta to--" ucap Lilis terpotong karena tangisannya yang tak dapat ditahan lagi.

Melihat Lilis yang terus menangis, air mata Fitri kembali menetes. Ia mendekati Lilis dan merangkulnya sambil mengelus satu lengan Lilis.

"Dek Keenan, tolong perlakuan Neng Fitri dengan baik. Dia teh gak tau apa-apa jangan jadikan dia pelampiasan kebencian Dek Keenan ke bapaknya ya Dek," ungkap Lilis meneruskan.

Ekspresi Keenan memang sulit di tebak, entah apa yang ada dalam benaknya saat ini. Namun sifatnya yang dingin dan cuek sudah mendarah daging, bahkan orang yang lebih tua darinya memohon belas kasih sampai terisak tak di hiraukannya sama sekali ia hanya memasang wajah datar seolah tak mendengar apapun.

Kesedihan Fitri semakin bertambah kala wanita yang di begitu ia mulyakan tak di hargai oleh suaminya sendiri "Bu, gapapa jangan sedih ya. Neng pasti baik-baik aja, kalau ada kesempatan neng nanti coba bicara sama Mas Keenan," bisik Fitri pelan berusaha menenangkan Lilis.

Treleng

Suara handphone model jadul Lilis berbunyi, ia mendapat pesan bahwa anak bungsunya terus menangis meronta-ronta.

Lilis menyeka air mata di pipinya. "Neng si Dede teh nangis mulu katanya dari tadi, Ibu ke si bapak dulu ya. Takutnya nanti Ibu gak sempet pamit dulu ke Neng, Ibu pergi ya Neng ini udah malem juga," ungkap Lilis panik.

Spontans Fitri memeluk erat Lilis, air matanya membasahi jilbab Lilis.

"Ibu hati-hati ya, Neng usahain pamitan dulu ke rumah kalau Nanti Neng harus ikut Mas Keenan ke Jakarta," bisik Fitri lagi.

"Iya Neng, baik-baik ya Neng!" ujar Lilis.

Sejak tadi di telinga Keenan hanya terdengar ucapan Lilis, wajar saja suara Fitri memang lembut dan pelan apalagi saat sedang berbisik.

Sebenarnya Keenan mencoba menguping pembicaraan mereka hanya untuk mendengarkan suara Fitri karena penasaran.

Karena tujuannya tak ia dapatkan, ia memutuskan untuk pergi. "Indra, bantu dorong saya!" ucap Keenan singkat pada ajudan.

Tak mau dirinya dalam masalah, ajudan itu langsung membantu Keenan untuk pergi dari ruangan meskipun beberapa kali kakinya hampir tersandung.

Fitri berdiri seorang diri dengan tatapan bingung.

"Mas Keenan!" ucap Fitri untuk pertama kalinya pada Keenan.

Bersambung...

Episodes
1 BAB 1- Pelampiasan Kepanikan
2 Bab 2- Putri Bahan Negosiasi
3 BAB 3- Goresan Tinta Pembawa Takdir
4 BAB 4- Teriakan Kekecewaan
5 BAB 5- Pandangan Negatif Mereka
6 BAB 6- Terikat Nyata
7 BAB 7- Tradisi Yang Menegangkan Bagi Mereka
8 BAB 8- Senyuman untuk bayangan Mantan
9 BAB 9- Kamar Pengantin
10 BAB 10-Kejutan Memilukan Di Malam Pertama
11 BAB 11- Ternyata Hanya Menutup Mata
12 BAB 12- Hati Yang Tulus Dan Dendam Yang Masih Membara
13 BAB 13- Memilih Ridho Suami
14 BAB 14- Foto Prewedding
15 BAB 15- Paket Misterius
16 BAB 16- Emoticon Love
17 BAB 17- Satu Pergi Tiga lainnya Datang
18 BAB 18- Sambutan Sang Mertua
19 BAB 19- Singgah Ke Firma Hukum
20 BAB 20- Berangsur-angsur menyadari Ketulusan
21 BAB 21- Niat Yang Masih Keliru
22 BAB 22- Pelukan Hangat Keenan
23 BAB 23- Diantara Dua Do'a
24 BAB 24- Tak Bisa Tidur
25 BAB 25- Mengorek Kehidupan Dan Isi Hati Fitri
26 BAB 26- Mulai Menunjukan Taring
27 BAB 27- Kekhawatiran yang terus menghantui
28 BAB 28- Cara Memastikan Sebuah Rasa
29 BAB 29- Seolah Tak Terjadi Apa-apa
30 BAB 30- Kepanikan Keenan
31 BAB 31- Gara-gara Nasi Goreng
32 BAB 32- Salah Sasaran
33 BAB 33- Ucapan Yang Tak Selesai
34 BAB 34- Perhatian Keenan Yang Coba Di Tutupi
35 Bab 35- Mulai Memudar
36 BAB 36- Senyum Itu Ibadah
37 BAB 37- Kenangan Nasi Liwet
38 BAB 38- Bukan Lagi Ke Firma Hukum
39 BAB 39- Kebetulan Yang Tidak Terduga
40 BAB 40- Sulitnya Berbicara
41 BAB 41- Mencoba Untuk Pulang
42 BAB 42- Suara Hati Keenan
Episodes

Updated 42 Episodes

1
BAB 1- Pelampiasan Kepanikan
2
Bab 2- Putri Bahan Negosiasi
3
BAB 3- Goresan Tinta Pembawa Takdir
4
BAB 4- Teriakan Kekecewaan
5
BAB 5- Pandangan Negatif Mereka
6
BAB 6- Terikat Nyata
7
BAB 7- Tradisi Yang Menegangkan Bagi Mereka
8
BAB 8- Senyuman untuk bayangan Mantan
9
BAB 9- Kamar Pengantin
10
BAB 10-Kejutan Memilukan Di Malam Pertama
11
BAB 11- Ternyata Hanya Menutup Mata
12
BAB 12- Hati Yang Tulus Dan Dendam Yang Masih Membara
13
BAB 13- Memilih Ridho Suami
14
BAB 14- Foto Prewedding
15
BAB 15- Paket Misterius
16
BAB 16- Emoticon Love
17
BAB 17- Satu Pergi Tiga lainnya Datang
18
BAB 18- Sambutan Sang Mertua
19
BAB 19- Singgah Ke Firma Hukum
20
BAB 20- Berangsur-angsur menyadari Ketulusan
21
BAB 21- Niat Yang Masih Keliru
22
BAB 22- Pelukan Hangat Keenan
23
BAB 23- Diantara Dua Do'a
24
BAB 24- Tak Bisa Tidur
25
BAB 25- Mengorek Kehidupan Dan Isi Hati Fitri
26
BAB 26- Mulai Menunjukan Taring
27
BAB 27- Kekhawatiran yang terus menghantui
28
BAB 28- Cara Memastikan Sebuah Rasa
29
BAB 29- Seolah Tak Terjadi Apa-apa
30
BAB 30- Kepanikan Keenan
31
BAB 31- Gara-gara Nasi Goreng
32
BAB 32- Salah Sasaran
33
BAB 33- Ucapan Yang Tak Selesai
34
BAB 34- Perhatian Keenan Yang Coba Di Tutupi
35
Bab 35- Mulai Memudar
36
BAB 36- Senyum Itu Ibadah
37
BAB 37- Kenangan Nasi Liwet
38
BAB 38- Bukan Lagi Ke Firma Hukum
39
BAB 39- Kebetulan Yang Tidak Terduga
40
BAB 40- Sulitnya Berbicara
41
BAB 41- Mencoba Untuk Pulang
42
BAB 42- Suara Hati Keenan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!