Fitri terdiam, lalu matanya menoleh ke berbagai arah. Ia melihat ekspresi orang-orang seolah sangat menunggu momen itu tiba, tapi Fitri malah celingukan.
"Sutt ... Neng, cepat atuh ari kamu!" tegas Jejen dengan suara berbisik.
Fitri tak berkutik, bagaimana dia mau mencium tangan suaminya sementara Keenan bahkan memegang rapat tangannya sendiri.
"Ya Allah ... bahkan mengulurkan tangannya seakan berat baginya. Bagaimana kami akan bersama kelak," gumam Fitri dalam hati.
Melihat Keenan yang tak mau di ajak kerja sama, Erik menghampiri kembali. "Keenan, cepat! jangan mempermalukan diri kamu sendiri," bisiknya.
Mau tak mau Keenan mengulurkan tangannya ke arah samping, hampir tepat di depan Fitri.
"Neng ayo atuh!" teriak Jejen lagi.
Melihat tangan Keenan yang sudah berada dekat dengannya, dengan ragu-ragu Fitri meraih tangan itu meski tangannya pun seolah menggigil, ia merasakan tangan Keenan begitu lembut dan hangat. Tak lama setelah itu pelan-pelan sekali Fitri memberanikan diri untuk mencium tangan sang suami.
"Ya Allah, ini pertama kali hamba menyentuh tangan pria," gumamnya dalam hati.
Bagi gadis seperti Fitri, bukan tak ada kemauan dalam hatinya untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis. Tapi ia tau, sebagai seorang wanita jiwa raga bahkan hatinya harus ia jaga sepenuhnya.
Di usianya yang sudah menginjak dua puluh tahun ini, belum satu kali pun Fitri dekat dengan seorang pria. Seluruh waktunya hanya ia persembahkan untuk ketaatan kepada sang Maha Pencipta dan orang tua.
"Ini cewek tangannya kenapa dingin banget jangan-jangan cewek penyakitan lagi!" ujar Keenan dalam hati dengan pikiran negatifnya.
Momen menegangkan bagi Fitri itu tak berlangsung lama, seketika Keenan menarik paksa tangannya yang masih dalam genggaman Fitri.
Hati Fitri semakin tertekan kala Keenan bersikap seolah tak sudi tangan mereka bersentuhan. "Astaghfirullah ..." lirih Fitri pelan.
"Silahkan pengantin pria untuk mencium kening sang istri!" saut MC kembali.
"Nih MC banyak acara banget!" gerutu Keenan dalam hati.
Masih dalam posisi yang sama, Fitri memberanikan diri kembali menatap wajah Keenan yang tampak semakin tampan dari depan, namun sampai saat ini ia belum melihat bagaimana wajah suaminya jika tersenyum manis.
Tak lagi mengingatkan dengan kata-kata Erik menepuk pundak Keenan, dengan sangat terpaksa Keenan mencoba memegang kepala Fitri berniat untuk mencium keningnya.
Menyadari Keenan kesulitan melihat Fitri, Erik mencoba mengarahkan. "Di depan kamu Keenan, lebih kiri lagi," saut Erik pelan.
Tangan Keenan berusaha meraih kepala Fitri kembali dan beruntungnya kali ini berhasil, dua tangannya memegang kepala Fitri namun tiba-tiba Keenan terdiam. "Loh, wanita ini berjilbab?" tanyanya dalam hati merasa begitu kaget.
Tak menghiraukan kebingungannya lagi, Keenan tak mau membuang-buang waktu dengan sangat terpaksa pula ia perlahan mendekat ke arah Fitri.
Hembusan nafas Keenan terasa begitu hangat di wajah Fitri, Fitri semakin tak karuan dan jantung nya semakin berpacu lebih kencang. Refleks Fitri menutup matanya saat Keenan terus mendekat, hingga akhirnya Keenan meluncurkan ciuman tipisnya di dahi Fitri.
"Yeay!" teriakan tamu undangan.
Jeda waktu yang cukup lama mereka habiskan hanya untuk momen mencium tangan dan kening yang selayaknya adalah hal biasa dalam acara pernikahan, sebagian para tamu semakin merasakan keganjilan dalam acara pernikahan putra sulung Erik ini. Namun, sebagian yang lain ada yang merasa terbawa perasaan dan mereka berfikir beruntung sekali menjadi seorang Fitri yang bisa diperistri oleh sosok konglomerat seperti Keenan.
"Pah!" ujar Keenan.
Merasa dirinya di panggil Erik yang sedari tadi berada di dekat Keenan dengan sigap ia menyondongkan badannya ke arah Keenan. "Kenapa Keenan?" tanya Erik.
"Bilang ke MC gak usah banyak drama! langsung aja ke resepsi!" tegas Keenan berbisik.
Takut anaknya tiba-tiba berulah lebih parah Erik melambaikan tangan ke arah MC lalu menyilangkan kedua tangannya seakan memberikan kode untuk menghentikan.
Beruntungnya kedua MC itu dengan mudah memahami perintah Erik. "Oke baik, kita langsung saja ke acara resepsi pernikahannya. Karena kondisi pengantin pria yang sedang tidak sehat maka dari itu kami mohon pengertiannya kepada para tamu undangan untuk tidak bercengkrama terlalu intens dengan pengantin, setelah mengucapkan selamat silahkan langsung saja menyantap makanan yang telah di sediakan sambil menikmati live musik. Kami pamit undur diri, Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh," ucap dua MC itu lalu mereka beranjak turun dari atas panggung.
"Pak Keenan sakit? pantesan dia terlihat tidak senang di acara pernikahannya," gumam salah seorang tamu.
Dua ajudan menghampiri mereka sambil membawa kursi roda, mereka membantu Keenan untuk duduk di atas kursi roda tersebut dan tak menunggu lama lagi mereka mendorong perlahan Keenan ke atas pelaminan bersama Fitri di susul kedua orang tua mereka.
Melihat pemandangan itu, salah satu tamu undangan berdiri lalu di ikuti oleh sebagian tamu yang lainnya untuk memastikan mengapa Keenan duduk di atas kursi roda.
Wajar saja mereka kaget dan bertanya-tanya kejadian yang menimpa Keenan karena memang sengaja tak di sebar luaskan, Erik waspada kalau-kalau ada pihak yang memanfaatkan situasi itu untuk menghancurkan perusahaannya.
"Kenapa Keenan? apa sakitnya separah itu?" tanya salah satu kolega bisnis Keenan pada ajudan pribadinya.
"Saya juga kurang tau Pak," jawabnya.
Perubahan pengantin wanita dan kondisi Keenan yang tiba-tiba seperti itu menjadi tanda tanya besar bagi mereka namun sebagian yang lain memilih untuk diam dan tak mau tau.
Kini Keenan dan Fitri benar-benar bersanding di pelaminan, namun mereka tak bicara satu sama lain, Fitri mencoba mencoba menutupi kesedihan dihatinya dengan senyuman namun justru Keenan bersikap apa adanya sejak di mulainya acara belum ada senyuman yang terukir di wajah Keenan, bibirnya terus tertutup rapat.
"Selamat ya Keenan, cepat dapat momongan!" saut salah satu tamu laki-laki yang juga merupakan teman Erik.
Keenan hanya mengangguk, bukan hal asing bagi mereka yang tau bagaimana karakter Keenan yang begitu dingin. Saat Keenan bisa tersenyum tipis saja itu adalah hal yang langka dan Sangat di tunggu-tunggu semua orang terutama para wanita yang mengaguminya.
Tamu itu menghampiri Fitri, Fitri menyambutnya dengan senyuman ramah.
"Cantik sekali kamu, beruntung Keenan menikah dengan istri seperti kamu," sahutnya lagi pada Fitri.
Fitri hanya membalasnya dengan senyuman, pujian itu terasa berlebihan baginya. Ia tak pernah merasa bangga atas kecantikan yang terpancar dari wajahnya, ia memahami bahwa itu adalah Karunia Tuhan yang patut ia jaga dan syukuri.
"Masa iya? paling dia cuma basa-basi" gumam Keenan dalam hati.
Satu persatu tamu undangan menghampiri mereka, ucapan selamat dan do'a silih berdatangan.
"Do'a baik dari mereka hamba Aamiin kan Ya Allah, sesungguhnya hanya Engkau yang maha mengetahui ..." lirih Fitri dalam hati.
Suasana pernikahan kian ramai dengan obrolan-obrolan ringan para tamu yang saling bersenda gurau sambil menyantap berbagai hidangan belum lagi iringan musik bergenre pop yang semakin menambah kemeriahan acara.
Namun hati dan pikiran mereka berdua seperti melayang entah kemana.
Saat tamu yang menghampiri mereka mulai longsong, berselang beberapa menit datang seorang perempuan mengenakan gaun biru muda selutut dengan rambut panjang terurai sampai punggung, perempuan itu langsung tersenyum lebar ke arah Fitri dan orang tuanya.
Mata Keenan tak bisa melihat namun penciumannya masih sangat tajam, bau parfum tamu wanita itu begitu familiar baginya.
"Sherly ..." lirih Keenan.
"Apa itu kamu sayang? kamu kembali?" tanyanya dengan mata berbinar dan senyum bahagia tepat dihadapan Fitri.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments