BAB 7- Tradisi Yang Menegangkan Bagi Mereka

Fitri terdiam, lalu matanya menoleh ke berbagai arah. Ia melihat ekspresi orang-orang seolah sangat menunggu momen itu tiba, tapi Fitri malah celingukan.

"Sutt ... Neng, cepat atuh ari kamu!" tegas Jejen dengan suara berbisik.

Fitri tak berkutik, bagaimana dia mau mencium tangan suaminya sementara Keenan bahkan memegang rapat tangannya sendiri.

"Ya Allah ... bahkan mengulurkan tangannya seakan berat baginya. Bagaimana kami akan bersama kelak," gumam Fitri dalam hati.

Melihat Keenan yang tak mau di ajak kerja sama, Erik menghampiri kembali. "Keenan, cepat! jangan mempermalukan diri kamu sendiri," bisiknya.

Mau tak mau Keenan mengulurkan tangannya ke arah samping, hampir tepat di depan Fitri.

"Neng ayo atuh!" teriak Jejen lagi.

Melihat tangan Keenan yang sudah berada dekat dengannya, dengan ragu-ragu Fitri meraih tangan itu meski tangannya pun seolah menggigil, ia merasakan tangan Keenan begitu lembut dan hangat. Tak lama setelah itu pelan-pelan sekali Fitri memberanikan diri untuk mencium tangan sang suami.

"Ya Allah, ini pertama kali hamba menyentuh tangan pria," gumamnya dalam hati.

Bagi gadis seperti Fitri, bukan tak ada kemauan dalam hatinya untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis. Tapi ia tau, sebagai seorang wanita jiwa raga bahkan hatinya harus ia jaga sepenuhnya.

Di usianya yang sudah menginjak dua puluh tahun ini, belum satu kali pun Fitri dekat dengan seorang pria. Seluruh waktunya hanya ia persembahkan untuk ketaatan kepada sang Maha Pencipta dan orang tua.

"Ini cewek tangannya kenapa dingin banget jangan-jangan cewek penyakitan lagi!" ujar Keenan dalam hati dengan pikiran negatifnya.

Momen menegangkan bagi Fitri itu tak berlangsung lama, seketika Keenan menarik paksa tangannya yang masih dalam genggaman Fitri.

Hati Fitri semakin tertekan kala Keenan bersikap seolah tak sudi tangan mereka bersentuhan. "Astaghfirullah ..." lirih Fitri pelan.

"Silahkan pengantin pria untuk mencium kening sang istri!" saut MC kembali.

"Nih MC banyak acara banget!" gerutu Keenan dalam hati.

Masih dalam posisi yang sama, Fitri memberanikan diri kembali menatap wajah Keenan yang tampak semakin tampan dari depan, namun sampai saat ini ia belum melihat bagaimana wajah suaminya jika tersenyum manis.

Tak lagi mengingatkan dengan kata-kata Erik menepuk pundak Keenan, dengan sangat terpaksa Keenan mencoba memegang kepala Fitri berniat untuk mencium keningnya.

Menyadari Keenan kesulitan melihat Fitri, Erik mencoba mengarahkan. "Di depan kamu Keenan, lebih kiri lagi," saut Erik pelan.

Tangan Keenan berusaha meraih kepala Fitri kembali dan beruntungnya kali ini berhasil, dua tangannya memegang kepala Fitri namun tiba-tiba Keenan terdiam. "Loh, wanita ini berjilbab?" tanyanya dalam hati merasa begitu kaget.

Tak menghiraukan kebingungannya lagi, Keenan tak mau membuang-buang waktu dengan sangat terpaksa pula ia perlahan mendekat ke arah Fitri.

Hembusan nafas Keenan terasa begitu hangat di wajah Fitri, Fitri semakin tak karuan dan jantung nya semakin berpacu lebih kencang. Refleks Fitri menutup matanya saat Keenan terus mendekat, hingga akhirnya Keenan meluncurkan ciuman tipisnya di dahi Fitri.

"Yeay!" teriakan tamu undangan.

Jeda waktu yang cukup lama mereka habiskan hanya untuk momen mencium tangan dan kening yang selayaknya adalah hal biasa dalam acara pernikahan, sebagian para tamu semakin merasakan keganjilan dalam acara pernikahan putra sulung Erik ini. Namun, sebagian yang lain ada yang merasa terbawa perasaan dan mereka berfikir beruntung sekali menjadi seorang Fitri yang bisa diperistri oleh sosok konglomerat seperti Keenan.

"Pah!" ujar Keenan.

Merasa dirinya di panggil Erik yang sedari tadi berada di dekat Keenan dengan sigap ia menyondongkan badannya ke arah Keenan. "Kenapa Keenan?" tanya Erik.

"Bilang ke MC gak usah banyak drama! langsung aja ke resepsi!" tegas Keenan berbisik.

Takut anaknya tiba-tiba berulah lebih parah Erik melambaikan tangan ke arah MC lalu menyilangkan kedua tangannya seakan memberikan kode untuk menghentikan.

Beruntungnya kedua MC itu dengan mudah memahami perintah Erik. "Oke baik, kita langsung saja ke acara resepsi pernikahannya. Karena kondisi pengantin pria yang sedang tidak sehat maka dari itu kami mohon pengertiannya kepada para tamu undangan untuk tidak bercengkrama terlalu intens dengan pengantin, setelah mengucapkan selamat silahkan langsung saja menyantap makanan yang telah di sediakan sambil menikmati live musik. Kami pamit undur diri, Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh," ucap dua MC itu lalu mereka beranjak turun dari atas panggung.

"Pak Keenan sakit? pantesan dia terlihat tidak senang di acara pernikahannya," gumam salah seorang tamu.

Dua ajudan menghampiri mereka sambil membawa kursi roda, mereka membantu Keenan untuk duduk di atas kursi roda tersebut dan tak menunggu lama lagi mereka mendorong perlahan Keenan ke atas pelaminan bersama Fitri di susul kedua orang tua mereka.

Melihat pemandangan itu, salah satu tamu undangan berdiri lalu di ikuti oleh sebagian tamu yang lainnya untuk memastikan mengapa Keenan duduk di atas kursi roda.

Wajar saja mereka kaget dan bertanya-tanya kejadian yang menimpa Keenan karena memang sengaja tak di sebar luaskan, Erik waspada kalau-kalau ada pihak yang memanfaatkan situasi itu untuk menghancurkan perusahaannya.

"Kenapa Keenan? apa sakitnya separah itu?" tanya salah satu kolega bisnis Keenan pada ajudan pribadinya.

"Saya juga kurang tau Pak," jawabnya.

Perubahan pengantin wanita dan kondisi Keenan yang tiba-tiba seperti itu menjadi tanda tanya besar bagi mereka namun sebagian yang lain memilih untuk diam dan tak mau tau.

Kini Keenan dan Fitri benar-benar bersanding di pelaminan, namun mereka tak bicara satu sama lain, Fitri mencoba mencoba menutupi kesedihan dihatinya dengan senyuman namun justru Keenan bersikap apa adanya sejak di mulainya acara belum ada senyuman yang terukir di wajah Keenan, bibirnya terus tertutup rapat.

"Selamat ya Keenan, cepat dapat momongan!" saut salah satu tamu laki-laki yang juga merupakan teman Erik.

Keenan hanya mengangguk, bukan hal asing bagi mereka yang tau bagaimana karakter Keenan yang begitu dingin. Saat Keenan bisa tersenyum tipis saja itu adalah hal yang langka dan Sangat di tunggu-tunggu semua orang terutama para wanita yang mengaguminya.

Tamu itu menghampiri Fitri, Fitri menyambutnya dengan senyuman ramah.

"Cantik sekali kamu, beruntung Keenan menikah dengan istri seperti kamu," sahutnya lagi pada Fitri.

Fitri hanya membalasnya dengan senyuman, pujian itu terasa berlebihan baginya. Ia tak pernah merasa bangga atas kecantikan yang terpancar dari wajahnya, ia memahami bahwa itu adalah Karunia Tuhan yang patut ia jaga dan syukuri.

"Masa iya? paling dia cuma basa-basi" gumam Keenan dalam hati.

Satu persatu tamu undangan menghampiri mereka, ucapan selamat dan do'a silih berdatangan.

"Do'a baik dari mereka hamba Aamiin kan Ya Allah, sesungguhnya hanya Engkau yang maha mengetahui ..." lirih Fitri dalam hati.

Suasana pernikahan kian ramai dengan obrolan-obrolan ringan para tamu yang saling bersenda gurau sambil menyantap berbagai hidangan belum lagi iringan musik bergenre pop yang semakin menambah kemeriahan acara.

Namun hati dan pikiran mereka berdua seperti melayang entah kemana.

Saat tamu yang menghampiri mereka mulai longsong, berselang beberapa menit datang seorang perempuan mengenakan gaun biru muda selutut dengan rambut panjang terurai sampai punggung, perempuan itu langsung tersenyum lebar ke arah Fitri dan orang tuanya.

Mata Keenan tak bisa melihat namun penciumannya masih sangat tajam, bau parfum tamu wanita itu begitu familiar baginya.

"Sherly ..." lirih Keenan.

"Apa itu kamu sayang? kamu kembali?" tanyanya dengan mata berbinar dan senyum bahagia tepat dihadapan Fitri.

Bersambung....

Episodes
1 BAB 1- Pelampiasan Kepanikan
2 Bab 2- Putri Bahan Negosiasi
3 BAB 3- Goresan Tinta Pembawa Takdir
4 BAB 4- Teriakan Kekecewaan
5 BAB 5- Pandangan Negatif Mereka
6 BAB 6- Terikat Nyata
7 BAB 7- Tradisi Yang Menegangkan Bagi Mereka
8 BAB 8- Senyuman untuk bayangan Mantan
9 BAB 9- Kamar Pengantin
10 BAB 10-Kejutan Memilukan Di Malam Pertama
11 BAB 11- Ternyata Hanya Menutup Mata
12 BAB 12- Hati Yang Tulus Dan Dendam Yang Masih Membara
13 BAB 13- Memilih Ridho Suami
14 BAB 14- Foto Prewedding
15 BAB 15- Paket Misterius
16 BAB 16- Emoticon Love
17 BAB 17- Satu Pergi Tiga lainnya Datang
18 BAB 18- Sambutan Sang Mertua
19 BAB 19- Singgah Ke Firma Hukum
20 BAB 20- Berangsur-angsur menyadari Ketulusan
21 BAB 21- Niat Yang Masih Keliru
22 BAB 22- Pelukan Hangat Keenan
23 BAB 23- Diantara Dua Do'a
24 BAB 24- Tak Bisa Tidur
25 BAB 25- Mengorek Kehidupan Dan Isi Hati Fitri
26 BAB 26- Mulai Menunjukan Taring
27 BAB 27- Kekhawatiran yang terus menghantui
28 BAB 28- Cara Memastikan Sebuah Rasa
29 BAB 29- Seolah Tak Terjadi Apa-apa
30 BAB 30- Kepanikan Keenan
31 BAB 31- Gara-gara Nasi Goreng
32 BAB 32- Salah Sasaran
33 BAB 33- Ucapan Yang Tak Selesai
34 BAB 34- Perhatian Keenan Yang Coba Di Tutupi
35 Bab 35- Mulai Memudar
36 BAB 36- Senyum Itu Ibadah
37 BAB 37- Kenangan Nasi Liwet
38 BAB 38- Bukan Lagi Ke Firma Hukum
39 BAB 39- Kebetulan Yang Tidak Terduga
40 BAB 40- Sulitnya Berbicara
41 BAB 41- Mencoba Untuk Pulang
42 BAB 42- Suara Hati Keenan
Episodes

Updated 42 Episodes

1
BAB 1- Pelampiasan Kepanikan
2
Bab 2- Putri Bahan Negosiasi
3
BAB 3- Goresan Tinta Pembawa Takdir
4
BAB 4- Teriakan Kekecewaan
5
BAB 5- Pandangan Negatif Mereka
6
BAB 6- Terikat Nyata
7
BAB 7- Tradisi Yang Menegangkan Bagi Mereka
8
BAB 8- Senyuman untuk bayangan Mantan
9
BAB 9- Kamar Pengantin
10
BAB 10-Kejutan Memilukan Di Malam Pertama
11
BAB 11- Ternyata Hanya Menutup Mata
12
BAB 12- Hati Yang Tulus Dan Dendam Yang Masih Membara
13
BAB 13- Memilih Ridho Suami
14
BAB 14- Foto Prewedding
15
BAB 15- Paket Misterius
16
BAB 16- Emoticon Love
17
BAB 17- Satu Pergi Tiga lainnya Datang
18
BAB 18- Sambutan Sang Mertua
19
BAB 19- Singgah Ke Firma Hukum
20
BAB 20- Berangsur-angsur menyadari Ketulusan
21
BAB 21- Niat Yang Masih Keliru
22
BAB 22- Pelukan Hangat Keenan
23
BAB 23- Diantara Dua Do'a
24
BAB 24- Tak Bisa Tidur
25
BAB 25- Mengorek Kehidupan Dan Isi Hati Fitri
26
BAB 26- Mulai Menunjukan Taring
27
BAB 27- Kekhawatiran yang terus menghantui
28
BAB 28- Cara Memastikan Sebuah Rasa
29
BAB 29- Seolah Tak Terjadi Apa-apa
30
BAB 30- Kepanikan Keenan
31
BAB 31- Gara-gara Nasi Goreng
32
BAB 32- Salah Sasaran
33
BAB 33- Ucapan Yang Tak Selesai
34
BAB 34- Perhatian Keenan Yang Coba Di Tutupi
35
Bab 35- Mulai Memudar
36
BAB 36- Senyum Itu Ibadah
37
BAB 37- Kenangan Nasi Liwet
38
BAB 38- Bukan Lagi Ke Firma Hukum
39
BAB 39- Kebetulan Yang Tidak Terduga
40
BAB 40- Sulitnya Berbicara
41
BAB 41- Mencoba Untuk Pulang
42
BAB 42- Suara Hati Keenan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!