Reina mengambil koper miliknya lalu membukanya. Matanya terkesiap melihat barang-barang yang ada didalam koper itu. “Ma, ini baju-baju lamaku yang sudah tidak terpakai lagi! Mana barang-barangku yang lain?” tanyanya menatap ibunya.
“Kamu itu ya…..harusnya kamu tahu bersyukur! Masih mendingan kakakmu memberikan baju-baju itu. Namanya juga tukar suami ya otomatis bertukar posisi dan hak milik juga! Semua yang kamu miliki saat menikah dengan Bobby sekarang menjadi milik kakakmu.” jawab Indira seenaknya.
Reina tercengang. Apa-apaan ini? Dia tidak terima, mana bisa barang-barang miliknya menjadi milik Elora begitu saja. “Ma, semua tas, sepatu. Perhiasan dan pakaian-pakaianku serta barang lainnya! Ada yang kubeli dengan uangku sendiri!” protes Reina tak terima atas perlakuan yang diterimanya.
Selama ini tidak ada yang tahu jika Reina adalah penulis novel online. Di sela-sela kesibukannya mengurus rumah tangga dan pekerjaan rumah yang tidak ada habisnya, dia masih menyempatkan menulis novel online untuk mendapatkan penghasilan sendiri. Dia tidak pernah menceritakan kepada siapapun tentang pekerjaannya itu. Uang yang dihasilkan setiap bulannya pun terbilang lumayan.
“Cih! Uangmu sendiri katamu? Memangnya selama ini kamu punya uang dari mana? Semua uangmu itu berasal dari Bobby. Otomatis semuanya kini menjadi milik kakakmu! Sudahlah! Kamu jangan banyak protes. Masih syukur aku mau menerima kalian tinggal disini!” lanjutnya seraya menatap Reina dan Varen bergantian.
Reina masih tidak terima, “Tapi Ma! Kalau barang-barang Reina dari Bobby menjadi milik Elora maka seharusnya barang-barang Elora dari Varen pun harus menjadi milikku.” protesnya lagi.
Indira tersenyum sinis menatap Reina dan berkata, “Seharusnya memang begitu tapi sayangnya si Varen ini sangat miskin dan tidak pernah memberlikan apapun untuk kakakmu! Dia bahkan tidak pernah memberinya uang bulanan.”
Indira yang sangat membenci Varen pun menatap menantunya itu dengan mata mendelik dan mencibir sinis. Dia tidak pernah menganggap Varen selama ini karena pria itu tidak jelas pekerjaannya.
“Benar begitu Varen?” tanya Reina menatap suami barunya itu.
“Aku memang tidak memberinya uang belanja karena aku sudah menyerahkan semua warisan uang kepadanya.” jawab Varen mengatakan yang sejujurnya.
“Dasar tidak tahu malu! Uang itu kamu berikan sebagai mahar! Seharusnya kamu masih harus memberinya nafkah setiap bulannya! Dasar!” Indira mendelik dan menghina Varen lagi.
“Kalian yang memintanya untuk dimasukkan sebagai mahar waktu itu. Padahal aku sudah memberikan cincin berlian untuk maharnya. Tapi kalian menginginkan uang tunai itu juga digabungkan jadi mahar. Sekarang malah mengataiku tidak memberinya nafkah! Lalu uang 2 milyar itu bukan nafkah?” ujar Varen tak kalah sengitnya.
Indira langsung terdiam, dia dan Elora memang sengaja meminta uang warisan itu sebagai mahar supaya Varen tidak bisa menggugatnya. Karena didalam surat wasiat jelas disebutkan jika uang yang akan Elora dapatkan harus dibagi dua dengan suaminya. Tapi ibu dan anak itu terlalu serakah menginginkan semua uang itu untuk mereka.
“Kamu itu…..banyak alasan saja. Seharusnya ya kamu berterima kasih karena kami masih membiarkanmu tinggal disini dan memberimu makan! Kamu sudah dengarkan Reina? Varen memang tidak pernah memberikan apapun pada kakakmu kecuali maharnya.”
“Tapi Ma…...”
“Sudah….sudah…..jangan banyak tapi-tapian. Dasar anak pembangkang! Sudah bodoh, pembangkang lagi! Sudah terima saja nasibmu seperti ini! Kalian sama-sama tidak berguna!” potong Indira.
Hati Reina sangat sakit mendengar kata-kata ibunya. Dia tidak bermaksud membangkang, dia hanya ingin memperjuangkan haknya.
Tapi Indira tetap kekeuh tidak mau memberikan barang-barang miliknya. Indira menghampiri Reina dan mengambil satu gaun yang tadi dia selipkan diantara baju-baju Reina lalu berkata,
“Nanti malam kamu pakai ini saja. Gaun ini milik kakakmu. Elora sudah memakainya beberapa kali tapi masih bagus. Lebih bagus dibandingkan dengan baju-baju bututmu itu.” ucapnya.
“Memangnya nanti malam ada acara apalagi Ma?” tanya Reina.
“Tentu saja pesta pernikahan kakakmu dan Bobby. Mereka menggelar pesta meriah di gedung. Banyak orang kaya dan terpandang yang akan datang disana. Bobby memang menantu yang sempurna, dia mampu merayakan pernikahannya. Tidak seperti suamimu ini, dia bahkan tidak bisa memberimu cincin kawin.”
Indira terang-terangan menyindir Varen. Padahal semua ini adalah ulahnya dan suaminya yang tega menghancurkan kehidupan putri bungsunya sendiri. Hati Reina semakin perih, ibunya membanggakan Bobby tanpa memikirkan perasaan Reina yang masih mencintai pria itu.
Ibunya juga menghina Varen yang sekarang menjadi suaminya. Padahal bukan keinginan Reina untuk bercerai dari Bobby dan menikah dengan Varen. Reina menatap suaminya yang hanya diam saja. Wajahnya tetap datar dan tidak terlihat marah ataupun tersinggung dengan perkataan ibu mertuanya.
Reina tidak bisa menebak apa yang ada dipikiran Varen saat ini.
“Pokoknya, nanti malam kalian jangan membuat kami malu dengan penampilan dan sikap kalian! Pakai baju yang bagus dan penampilan rapi.” ucap Indira lalu berbalik dan keluar dari kamar Reina diikuti Bik Upi.
Reina terduduk lemas di pinggir tempat tidurnya dia menatap sedih baju-baju didalam kopernya. Sebagian dari baju-baju itu bahkan sangat kusam karena memang baju lama. Dia ingin menangis sejadi-jadinya tapi airmatanya tidak mau keluar. Dia hanya bisa menepuk-nepuk dadanya yang terasa sangat sakit.
Reina berharap rasa sakit itu bisa berkurang.
“Oh iya, mama lupa. Mana cincin kamu yang dari Bobby? Berikan sini.” pintanya.
Reina langsung menyembunyikan tangannya ke balik punggung. “Kenapa Ma? Hanya ini barang berharga yang aku punya.”
“Ck! Berikan saja! Dengar ya, kamu dan suamimu akan menumpang dirumah ini. Anggap saja cincin ini sebagai uang sewa. Enak saja kalian mau tinggal gratisan! Tidak ada gratis-gratisan! Apapun dirumah ini yang kalian pakai harus kalian bayar!” ucap Indira dengan paksa melepaskan cincin emas dari jari putrinya. Dia meninggalkan kamar itu dengan melengos.
Hati Reina sangat pedih, sakit sekali menerima perlakuan dari ibunya. Dia mulai bertanya-tanya pada dirinya sendiri, “Apa aku ini benar-benar anak kandung mama? Atau jangan-jangan aku hanya anak pungut. Kenapa mama dan papa kejam sekali padaku?”
Menjelang malam hari, Reina bersiap-siap untuk pergi ke acara resepsi pernikahan kakak dan mantan suaminya. Sebenarnya dia tidak mau menghadiri acara itu. Berat baginya melihat Bobby bersanding dengan kakak kandungnya sendiri. Namun kedua orang tuanya memaksa Reina dan Varen untuk hadir.
Bahkan Indira dan Chandra mengancam akan mengusir mereka dari rumah jika mereka tidak hadir di acara tersebut. Bagi Reina, tidak jadi masalah jika dirinya diusir. Justru Reina akan pergi dengan senang hati, buat apa tinggal dirumah itu lagi? Setelah apa yang terjadi dan dilakukan keluarganya padanya? Tapi sayangnya Varen terlalu bergantung pada mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
Soraya
knp Reina gak kabur aja
2024-03-07
2