Reina tersenyum seraya mendekati Varen. Tiba-tiba rasa takut menyusup kedalam hatinya. Kalau pria berwajah pas-pasan seperti Bobby saja menikung dirinya dan berselingkuh dibelakangnya selama ini, apalagi Varen yang berwajah tampan. Sudah pasti banyak wanita yang tergila-gila padanya.
“Aku berjanji akan berusaha menjadi istri yang baik untukmu! Meskipun bayang-bayang Bobby masih menghantuiku, aku akan berusaha untuk merelakan dan melupakannya. Tapi, apa yang bisa kamu berikan padaku?” tanya Reina yang membuat Varen tertegun.
Dia terlihat kebingungan harus menjawab apa tapi tak lama kemudian diwajahnya tersungging senyum. “Aku tidak bisa menjanjikan cinta padamu karena aku belum memilikinya. Aku juga tidak bisa menjanjikan harta karena aku belum mendapatkannya. Aku hanya bisa menjanjikan kesetiaan, hanya itu saja yang kupunya saat ini!” jawab Varen dengan mantap.
Reina tersenyum lebar, dia merasa senang mendengar perkataan Varen. Tidak masalah jika tidak ada cinta karena cinta bisa tumbuh dengan sendirinya. Dia juga tidak mempermasalahkan tentang harta, karena harta bisa dicari.
Tapi janji kesetiaan yang Varen ucapkan terasa begitu indah dan menenangkan hatinya. Reina memang bukan tipe wanita yang gila harta dan materialistis karena baginya kesetiaan itu lebih penting dari yang lainnya.
“Berjanjilah untuk selalu setia. Aku tidak akan mengampunimu jika kamu berani berselingkuh dibelakangku.” ucap Reina seraya mengacungkan jari keingkingnya. Varen pun menautkan kelingkingnya tanpa ragu.
“Pria sejati akan selalu menepati janjinya. Aku berjanji akan selalu setia padamu, Reina!”
Reina langsung tertawa, hatinya pun merasa lega sekarang. Meskipun dia kehilangan keluarganya tapi ada Varen yang akan menemaninya. Dia tidak peduli sesulit apapun hidupnya nanti, selama Varen tetap bersamanya maka tidak ada apapun yang Reina takutkan. Varen memberikan kekuatan pada Reina karena dia tahu semua kesulitan yang dijalani wanita itu selama ini.
Varen mengangkat Reina dari keterpurukannya, Reina sadar jika Varen tidak bisa memberikan banyak kepadanya. Tapi dengan kehadiran dan kesetiaan Varen sudah lebih dari cukup untuk menguatkan tekad Reina dalam menjalani hidup dan hari-harinya kedepan nanti.
“Varen, aku juga tidak bisa menjanjikan cinta, aku juga tidak bisa menjanjikan harta tapi aku bisa menjanjikan kesetiaanku padamu. Aku berjanji akan selalu setia mendampingimu dalam suka maupun duka. Dalam keadaan sehat maupun sakit.” ucap Reina yang disambut dengan senyuman hangat dari Varen.
“Ayo kita pergi. Itu taksinya sudah datang.” ucap Varen bertepatan sebuah taksi berhenti tepat didepan mereka. Varen memasukkan koper Reina ke bagasi lalu dia menyusul naik kedalam taksi. Setelah Varen memberitahukan alamat tujuan mereka, taksi melaju meninggalkan rumah orang tua Reina.
Reina menoleh kearah rumah orang tuanya yang sudah dia tinggali bertahun-tahun. ‘Selamat tinggal masa lalu! Mulai hari ini tidak ada lagi kalian didalam kehidupanku selamanya! Aku akan membangun kehidupanku yang baru bersama suami baruku. Aku takkan pernah melihat ke belakang lagi.’ gumamnya didalam hati yang kini sudah mulai tenang,
Senyum muncul diwajahnya, tekadnya sudah bulat untuk menjalani kehidupan barunya bersama Varen. Dia akan berusaha untuk menata hidupnya perlahan, dimulai dengan mencari pekerjaan secepatnya.
Reina menatap rumah tua yang berdiri tegak dihadapannya dengan raut wajah ketakutan. Setelah dia dan Varen meninggalkan rumah keluarga Haseena, Varen mengajaknya tinggal di rumah tua yang dibangun diatas tanah warisan yang akan Varen dapatkan.
Awalnya, pengacara tidak mengijinkan mereka untuk menggunakan rumah tua itu. Karena sesuai wasiat kakeknya, tanah itu akan jatuh ke tangan Varen setelah usia pernikahannya menginjak tiga bulan. Namun Varen mendesak pengacara itu untuk mengijinkannya menempati rumah itu sekarang.
Dengan sedikit pemaksaan akhirnya pengacara pun mengijinkan mereka tinggal disana. Varen menyadari tatapan mata Reina yang ketakutan.
“Rumah ini memang sedikit mengerikan karena ini bangunan tua. Tapi rumah ini kokoh dan aman. Lebih nyaman tinggal disini daripada harus mencari rumah kontrakan.” ucap Varen.
Reina pun memahami maksud Varen, dia tahu baik dirinya ataupun Varen saat ini sama-sama tidak memiliki uang untuk membayar sewa rumah. Reina pun menguatkan hatinya untuk tinggal dirumah tua itu.
Toh, hanya untuk sementara waktu sampai mereka sudah punya pekerjaan dan punya cukup uang untuk menyewa rumah yang lebih bagus.
“Mungkin kita bisa memperbaiki lampu depan supaya tidak terlalu gelap.” ucap Reina. “Lampu belakang juga, dan lampu ruang tengah diganti dengan yang lebih besar. Aku takut gelap.”
“Besok aku akan membeli lampu baru. Kamu diam disini dulu, aku mau mengecek keadaan kamar.” ucap Varen kemudian dia berjalan memasuki ruangan berpintu kayu yang juga terlihat menyeramkan.
Bulu kuduk Reina merinding setelah kepergian Varen. Dia merasa ketakutan sendirian disana tapi Reina mencoba menghilangkan rasa takutnya karena rumah ini akan menjadi rumahnya dan dia harus betah dan membiasakan diri tinggal disana.
Reina menyusuri ruang tengah tempanya berada saat ini. Terdapat beberapa foto yang tergantun di dinding rumah. Foto itu terlihat buram entah karena pencahayaan yang kurang atau karena mata Reina yang mulai mengantuk. Reina melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul sebelas lewat dua puluh menit malam.
BRRUUUUKK!
Terdengar suara benda jatuh yang cukup keras. Reina pun segera berlari kedalam kamar. Dia melihat Varen yang tengah meringkuk dilantai sambil meringis kesakitan. Reina menghampiri suaminya dan berkata, “Kenapa kamu bisa sampai jatuh begini?”
Varen menunjukkan tangga yang tergeletak disampingnya, “Tangganya oleng.”
Reina meringis melihat tangga dan tubuh suaminya. Pasti sakit sekali jatuh dari tangga setinggi tujuh meter. Perhatian Reina pun beralih pada cangkang lampu diatas nakas dan bekas lampu kecil yang Varen pegang ditangannya.
“Kenapa kamu mengganti lampu malam-malam? Kan bisa menunggu besok pagi saja? Lagian ini sudah hampir tengah malam, loh!” ujar Reina seraya membantu suaminya itu berdiri.
Dia melihat ada luka memar di sikut tangan suaminya. Kaki Varen pun terlihat cidera karena cara berjalan Varen yang sedikit pincang.
“Kamu bilang kalau kamu itu takut gelap! Jadi aku mengganti lampunya. Bisakah kamu bantu membawa tangga ini keluar?” Varen mengangkat tangga lipat yang tadi dia gunakan.
Reina pun segera membantu Varen dengan mengangkat sisi lain tangga. Mereka berdua mengeluarkan tangga tersebut melewati pintu kamar yang terhubung langsung ke halaman.
Setelah tangga diletakkan diluar, mereka kembali masuk kedalam kamar lalu mengunci pintu dari dalam. “Kamu istirahat saja dulu. Biar aku bawa masuk barang-barang.” ucap Varen seraya keluar dari kamar. Reina tersenyum menatap punggung Varen yang hilang dibalik pintu.
Ternyata sikap Varen tidak sedingin kelihatannya. Meskipun sikapnya terlihat acuh. Tapi pada kenyataannya dia orang yang cukup peka dan perhatian. Tak berselang lama, Varen kembali memasuki kamar sambil menenteng dua koper ditangannya.
“Kenapa belum tidur juga?” tanyanya.
“Aku bingung mau tidur dimana. Maksudku...kita memang sudah menikah. Tapi….aku ragu apakah pernikahan kita ini sah atau tidak.” jawab Reina yang membuat Varen menautkan alisnya.
“Apa maksudmu?” tanya Varen.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
hmmm kenala
Padahal Varen itu orang kaya yah. Dia hanya menyamar, hehe
2023-07-12
3