Dia hidup dari belas kasihan mertuanya. Varen mengandalkan pemberian mertuanya hanya untuk sekedar makan. Hal itu sering Reina dengar dari pembicaraan kakak dan ibunya. Reina mematut dirinya didepan cermin, dia menatap gaun bekas Elora yang ibunya berikan terlihat pas di badannya yang semampai.
Penampilan Reina terlihat cantik dan elegan namun sayang kecantirankannya berkug karena raut wajahnya yang terlihat muram. Tiba-tiba terdengar suara pintu yang dibuka.
Reina melirik suaminya yang baru saja keluar dari kamar mandi, rambut Varen terlihat basah dan tercium aroma sabun mandi segar dari tubuhnya. Varen mengambil dasi dari kopernya lalu berdiri didepan cermin.
Dia berdiri dibelakang Reina dan berusaha mengikatkan dasi kelehernya. Reina memperhatikan setiap gerakan Varen, sambil menghela napas saat dia melihat Varen yang gagal saat menjalin ikatan dasinya. Reina pun berbalik lalu menghampiri suaminya dan berkata,
“Berikan sini padaku. Biar aku bantu pasangkan.”
Bukannya memberikan dasinya, Varen malah menatap Reina sambil mengerutkan kedua alisnya. Dia terlihat seperti berpikir namun tak lama raut wajahnya kembali datar seperti semula.
“Kita akan terlambat jika kamu terlalu lama memakai dasinya.” ucap Reina seraya meraih dasi dari leher Varen lalu membenarkan posisi dasinya dan mengikatnya dengan cekatan.
“Kamu memang tidak bisa pakai dasi ya?”
“Bukan tidak bisa, hanya kurang ahli saja. Darimana kamu belajar ini?” tanya Varen menyentuh dasi yang sudah selesai ditautkan Reina untuknya.
“Aku sering memasangkan dasi untuk Bobby. Sudah terbiasa juga.” jawab Reina.
Bayangan kebersamaannya dengan Bobby hadir dalam benaknya. Bayangan saat Bobby pergi ke kantor lalu meminta Reina menyuapinya makan, mengikatkan dasinya bahkan memakaikan sepatunya.
Semua Reina lakukan dengan ikhlas karena rasa cinta dan sayangnya yang tulus pada mantan suaminya itu. Tapi nyatanya Bobby sedikitpun tidak menghargai semua pengorbanannya.
“Apa kita bisa berangkat sekarang?” suara bariton Varen membuyarkan lamunan Reina. Dia berusaha menguatkan dirinya untuk menghadiri pesta pernikahan mantan suaminya dengan kakak kandungnya. Kisahnya dengan Bobby sudah usai dan sekarang kisahnya dengan Varen baru dimulai.
Reina pun mengangguk sambil tersenyum, “Ayo!”
Reina dan Varen keluar dari rumah dan menaiki taksi yang sudah dipesannya. Sepanjang perjalanan tidak ada satupun yang berbicara. Hanya keheningan saja yang tercipta. Mereka berdua sama-sama bungkam dan tenggelam dalam pikiran masing-masing. Reina melirik suaminya yang tengah sibuk memainkan ponsenya dengan wajah serius.
Reina mengalihkan tatapan matanya ke jarinya, bekas cincin di jari manisnya mengingatkan pada kenangan yang ingin dia lupakan. Dia menggosok-gosokkan ibu jarinya ke atas jari manisnya berusaha menghilangkan bekas cincin ditangannya. Dia berharap dengan menghilangnya bekas cincin itu, cinta dan kenangannya tentang Bobby pun akan ikut lenyap.
Namun apa yang Reina lakukan hanya sia-sia saja, bekas cincin itu bukannya hilang yang ada kulitnya yang malah terkelupas. Dia hanya diam menatap jarinya dengan perasaan yang kacau balau.
“Ayo turun. Kita sudah sampai.” ucap Varen keluar dari taksi lalu mengulurkan tangannya untuk membantu Reina keluar.
Wanita itu hanya tersenyum tipis menyambut uluran tangan Varen. Dia pun melangkah turun dari taksi. Begitu dia turun dari taksi, dia tertegun menatap poster Elora dan Bobby yang terpampang jelas didepan matanya.
Hatinya kembali berdenyut nyeri menatapnya. Dulu dia menikah dengan Bobby tanpa pesta mewah seperti ini karena kondisi keuangan Bobby yang pas-pasan.
“Apa kita harus pulang kerumah sekarang? Jangan paksakan dirimu kalau kamu tidak sanggup.”
Reina terperanjat dengan pertanyaan suaminya. Wajah Varen terlihat datar namun sinar matanya menyiratkan kekhawatiran. Reina segera menggelengkan kepalanya. “Tidak perlu. Kita masuk saja.”
Reina menggandeng lengan Varen kemudian melangkah masuk ke gedung. Saat memasuki ruangan resepsi, Reina tertegun melihat dekorasi mewah yang terpampang didepannya. Hatinya kembali sakit saat melihat Elora berdampingan dengan Bobby dengan senyum bahagia diwajah mereka.
“Akhirnya kalian datang juga.” ucap Indira yang tiba-tiba muncul dibelakang. “Bagaimana? Meriahkan pestanya? Mama bahagia sekali putriku bisa memiliki pesta pernikahan mewah seperti ini.”
“Ya, ini sangat mewah.” jawab Reina seadanya.
“Ya pasti mewahlah. Kami sudah menyiapkan pesta ini jauh-jauh hari sebelumnya.” jawab Elora yang muncul dibelakang ibunya.
“Apa maksudmu?” Reina mengeryitkan keningnya merasa bingung.
“Sebenarnya aku dan Bobby sudah lama berhubungan. Dan kami sudah mempersiapkan pernikahan kami ini sejak tiga minggu yang lalu. Iyakan sayang?” tegas Elora menatap Bobby yang mengiyakan pernyataan Elora.
Reina tersenyum getir, kenyataan pahit lainnya yang harus diterimanya bahwa selama ini suaminya itu berselingkuh dengan kakak kandungnya sendiri. Mereka sudah menikung Reina dari belakang dan kedua orang tuanya mengetahui ini bahkan mendukung berbuatan hina kakak dan mantan suaminya itu.
“Jadi selama ini kalian sudah berselingkuh dibelakangku? Wah luar biasa sekali kalian ya.” ucap Reina menahan rasa perih dihatinya. Dia tidak mau menangis lagi, dia harus tegar dan tidak akan membiarkan orang-orang ini menertawakan penderitaannya.
Dia menatap ibu, kakak kandungnya dan mantan suaminya bergantian seolah ingin mengingat wajah-wajah kejam dan munafik didepannya itu.
Dengan geram Elora menjawab, “Jaga mulutmu Reina! Kami tidak berselingkuh! Kami hanya merancang masa dengan sempurna! Tidak salah bukan? Aku mendukung karir Bobby di perusahaan sehingga dia bisa mendapatkan kedudukannya sebagai direktur. Dan dia juga mencintaiku! Memangnya kamu? Tahunya cuma masak, mencuci, beres-beres rumah seperti pembantu saja!”
“Apapun alasannya, merencanakan pernikahan diatas pernikahan adalah selingkuh! Hebat sekali kalian semua ya! Ternyata begini wajah-wajah asli orang-orang yang selama ini kusayangi, ku korbankan semua hidupku untuk mengurusi dan melayani kalian! Tapi seperti ini balasannya? Heh?”
“Diam Reina! Kamu tidak pantas bicara kasar pada mereka.” ucap Indira mengangkat tangannya tapi Reima langsung mencengkeram tangan ibunya.
Reina hanya menatap ibunya, dia yakin orang tuanya pun sudah tahu sejak lama perselingkuhan kedua manusia itu dan mendiamkan saja bahkan mendukung mereka.
“Kenapa ma? Apa salahku? Mereka sudah berselingkuh selama ini dan kalian orang tuaku pun melindungi dan menyembunyikan perselingkuhan mereka? Hebat sekali keluarga ini!”
Indira kembali mengangkat tangannya hendak memukul Reina tetapi langsung dihentikan Elora dengan mencekal tangan ibunya. “Ma, jangan buat keributan disini. Semua tamu memperhatikan kita.”
Elora menatap nyalang adiknya, “Bersikap sopanlah sebagai tamu! Jangan sampai kamu mempermalukan kami dengan mulut bodohmu itu! Kalau kamu tidak suka, kamu bisa pergi dari sini!”
“Heh, aku tidak yakin kalian masih punya malu!” sahut Reina dengan cepat.
Indira semakin geram, dia kembali mencengkeram lengan putrinya dengan kuat.
“Pergi kalian dari sini! Kamu memang tidak pantas menjadi bagian dari keluarga kami. Kamu taunya hanya mempermalukan kami saja! Mama menyesal melahirkan anak tidak berguna sepertimu!”
“Mama sadar apa yang mama katakan?” Reina menatap tajam ibunya. Dia berharap kalau dia salah dengar, mana ada seorang ibu menyesal sudah melahirkan anaknya sendiri?
Namun sayangnya Indira memang serius dengan ucapannya. “Iya! Aku sangat menyesal sudah melahirkan kamu ke dunia ini! Seharusnya aku menggugurkan kamu sejak masih dalam kandunganku! Kamu itu hanya----”
“Cukup Ma! Aku mengerti sekarang. Reina akan pergi dari kehidupan kalian semua!” tukas Reina.
Lalu dia menatap mantan suaminya, “Selamat atas pernikahanmu Bobby! Aku harap kamu tidak menyesal. Kita lihat saja nanti berapa lama kamu bisa bertahan dengan istri barumu itu!”
Reina berbalik meninggalkannya keluarganya. Dia sudah tidak mau lagi terlibat dengan mereka, dia tidak mau disakiti lagi oleh keluarganya. Dia juga berhak bahagia dan menjalani hidupnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
Soraya
bagus Reina lbh baik kmu pergi dri rumah orang tuamu
2024-03-07
1