“Mau ke lantai berapa?” tanya pria yang berdiri disebelah Reina.
“Lantai empat.” jawab Reina.
Lalu pria itu menekan tombol angka empat dan lift bergerak naik. Bulu kuduk Reina merinding, dia merasa diperhatikan oleh kedua pria yang sedang bersamanya itu. Reina pun memberanikan diri untuk mengintip dari bayangan yang terpantul dari pintu lift.
Dan benar saja, kedua pria itu memang tengah memperhatikannya. Reina segera menundukkan kembali kepalanya dalam-dalam.
“Perkenalkan nama saya Felix. Apa kamu karyawan baru diperusahaan ini?” tanya pria disebelah Reina seraya mengulurkan tangannya.
Reina ragu untuk menerima uluran tangan pria itu, tapi dia juga merasa tidak enak hati jika membiarkan tangan itu terus tergantung.
“Saya Reina Kayona.” ucap Reina sambil menjabat singkat tangan pria itu. Terdengar tawa singkat Felix saat Reina menyentuh tangannya dengan cepat.
“Kamu bekerja dibagian mana?” tanya Felix lagi.
“Saya baru mau melamar disini.” jawab Reina melirik Feliz.
Tidak ada tanggapan dari kedua pria itu, Reina pun kembali menunduk seraya mencuri pandang pada bayangan pria dibelakangnya. Pria itu berdiri seperti patung, dia tidak bicara ataupun bergerak bahkan suara napasnya pun tidak terdengar.
“Oh, baru mau melamar. Kamu mau melamar di bagian mana?” tanya Felix lagi.
“Saya belum tahu tapi kata resepsionis tadi sedang dibuka lowongan untuk sekretaris dan OB. Mungkin saya akan melamar sebagai OB saja.” jawab Reina.
“Kenapa tidak melamar sebagai sekretaris saja?”
Reina mengutuki Felix yang terlalu banyak bertanya padanya.
“Kalau perusahaan ini menerima lulusan D3, saya mau melamar. Tapi saya ragu akan diterima…..saya belum pernah punya pengalaman kerja.” jawab Reina gamang.
Reina memang sudah menyelesaikan kuliahnya. Tapi karena Bobby tidak mengijinkannya bekerja, dia pun tidak pernah menggunakan ijazahnya untuk mencari pekerjaan.
“Pengalaman kerja bukan masalah. Asal kamu bisa bertahan saja sudah cukup.” gumam Felix hampir tidak terdengar.
Reina mengeryitkan dahinya tidak mengerti apa maksud perkataan felix barusan. Dia ingin bertanya tapi lift itu sudah berhenti dilantai empat. Reina pun segera melangkah keluar.
“Terima kasih.” ucapnya pada kedua pria didepannya. Saat pintu lift tertutup, Reina hendak pergi namun pintu lift itu kembali terbuka dan suara Felix menghentikan langkahnya.
“Kamu sungguh berniat menjadi sekretaris?”
“Maksud bapak?” Reina berbalik lalu bertanya.
“Aku tidak mempermasalahkan pengalaman kerja ada atau tidak. Aku hanya butuh orang yang siap bekerja dan mampu bertahan. Kalau kamu siap bertahan, aku akan menerima kamu sebagai sekretaris.” jawab Felix.
“Hah?” Reina tercengan. Kejutan atau mujizat apa yang didapatnya hari ini? Belum sempat Reina tersadar dari terkejutannya, Felix kembali berkata.
“Kamu temui saja Kaifan di bagian HRD. Katakan padanya Felix yang memintamu untuk menemuinya. Sampai jumpa besok!”
Felix tersenyum lalu pintu lift itu tertutup dan kedua pria itupun menghilang dari pandangannya. “Kaifan bagian HRD?” gumam Reina.
Seulas senyum muncul diwajah cantik Reina. Harapan pun memenuhi hatinya, meskipun dia tidak tahu siapa Felix tapi kalau Reina benar-benar diterima bekerja di perusahaan ini dia akan sangat berterima kasih sekali padanya.
Setelah bertanya kepada salah seorang karyawan yang dijumpainya. Reina akhirnya sampai diruangan Kaifan. Ternyata Kaifan Pradipa adalah HR manajer di perusahaan itu.
“Jadi kamu diminta Pak Felix untuk menemui saya?” tanya Kaifan menegaskan.
“Iya pak!” Reina mengangguk.
“Baiklah! Saya mengerti. Kebetulan Pak Felix juga sudah menelepon saya dan memberitahu tentang kamu. Tapi, apa kamu yakin akan mengambil tawaran dari Pak felix? Tidak mudah untuk menjadi sekretaris CEO kami.” ujar Kaifan.
Reina tertegun “Sekretaris CEO?” tanyanya tak percaya.
“Iya, kamu akan bekerja di lantai lima puluh! Sebagai sekretaris CEO nama beliau Pak Verdi Bimantya Kenzie. Atau biasa dipanggil Pak Verdi.” jawab Kaifan.
Dengan cepat Reina mencubit lengannya, dia ingin memastikan apakah yang dialaminya sekarang ini nyata atau tidak. Dia meringis kesakitan saat kulit lengannya yang dicubit memerah.
Pria muda dihadapannya tertawa. “Tenang saja. Kamu sedang tidak bermimpi kok! Mungkin Pak Felix sudah lelah mencari sekretaris untuk Pak Verdi. Sudah banyak orang yang mengundurkan diri. Dalam bulan ini saja sudah ada tiga orang yang kelaur. Mereka hanya mampu bertahan selama satu minggu.”
Reina membulatkan bibirnya. Pantas saja tadi Felix bilang kalau dia mencari orang yang siap bekerja dan mampu bertahan. Mungkin alasannya karena itu, apakah CEO perusahaan ini galak? Atau kejam dan semena-mena pada karyawannya sehingga tidak ada satupun sekretarisnya yang betah bekerja?
“Bagaimana? Kamu masih mau menerima pekerjaan ini?” tanya Kaifan lagi.
“Mau Pak!” Reina mengangguk cepat dan menjawab tanpa ragu sedikitpun. Reina tidak peduli orang seperti apa yang akan dihadapinya nanti. Yang penting, dia bekerja dan bisa menghasilkan uang.
“Oh iya pak. Kalau misalnya saya berhenti ditengah jalan seperti yang lainnya. Apakah saya masih mendapatkan gaji?” tanya Reina ragu-ragu.
Ini adalah hal yang harus dia pastikan dulu karena dia tidak mau sudah menghabiskan waktunya bekerja dan akhirnya berhenti tanpa mendapatkan apapun.
Kaifan tergelak, “Kamu tenang saja. Kami memberi gaji harian untuk orang yang tidak mampu bertahan. Itu adalah kebijakan khusus untuk para sekretaris CEO.” jawab Kaifan.
Akhirnya Reina pun menghembuskan napas lega. Setidaknya dia masih bisa mendapatkan sejumlah uang kalau seandainya saja dirinya tidak bisa bertahan.
“Kamu sudah bisa mulai bekerja besok. Silahkan baca buku panduan ini untuk mempelajari pekerjaan apa yang akan kamu kerjakan dan juga semua keperluan Pak Verdi yang harus kamu siapkan. Oh iya sebaiknya besok kamu memakai pakaian yang lebih rapi. Karena bagi seorang sekretaris, penampilan adalah hal yang paling utama.” ujarnya tanpa bermaksud menyinggung sedikitpun.
Reina tersenyum miris, “Baik Pak. Saya mengerti. Kalau begitu saya permisi dulu.” Reina pun keluar dari ruangan Kaifan lalu memasuki lift dan menekan tombol satu.
Reina senang sekali karena akhirnya dia bisa mendapatkan pekerjaan. Dia tidak menyangka akan diterima bekerja di perusahaan sebesar itu.
Apalagi posisinya sebagai sekretaris CEO adalag sebuah posisi yang bagus dan menjadi incaran banyak orang. Tapi Reina malah mendapatkan posisi itu dengan begitu mudahnya.
“Varen pasti akan senang kalau dia tahu aku sudah mendapatkan pekerjaan.” gumam Reina yang teringat pada suaminya.
Saat lift berhenti, Reina segera keluar dari lift dan melangkah keluar dari perusaaan tempatnya akan mulai bekerja. Reina sudah tidak sabar untuk sampai dirumah dan segera bertemu dengan
Varen untuk membagikan kabar gembira ini. Setelah sekian lama dia hanya sebagai ibu rumah tangga akhirnya Reina bisa punya pekerjaan bagus.
Setelah berjalan hampir setengah jam akhirnya Reina pun sampai didepan rumah. Untuk menghemat pengeluaran dia pulang menggunakan angkot dan turun dipersimpangan jalan.
Lalu Reina berjalan kaki dari persimpangan sampai ke rumahnya. Reina membuka pagar dengan tangan yang menenteng bungkusan plastik.
Begitu Reina membuka pintu, terlihat Varen tengah berdiri dibelakang pintu dengan pakaiannya yang rapi. “Kamu mau pergi ya?”
“Akhirnya kamu pulang juga.” ucap Varen tanpa menjawab pertanyaan istrinya.
“Kamu mau pergi mencariku?” Reina bertanya sambil mengeryitkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments