Karena sesuai perjanjian mereka sebelumnya bahwa mereka akan tetap tidur satu kamar namun ditempat yang berbeda. Saat merasakan pelukan Varen mulai mengendur, dia menggeser kaki Varen perlahan-lahan dan meringsut keluar dari kungkungannya. Dia juga memindahkan tangan Varen yang bertengger dipinggangnya.
Akhirnya Reina bisa bernapas lega saat dia berhasil keluar dari pelukan Varen/ dia duduk dipinggir tempat tidur sambil menatap lekat wajah datar Varen yang masih terlelap. Seulas senyum mengembang saat Reina ingat kejadian tadi malam.
Walau Varen tidak banyak bicara untuk menenangkannya tapi pelukan Varen membuat Reina merasa aman.Tanpa sadar reina mengulurkan tangannya menyentuh wajah suaminya.
Dia menyusuri lekukan wajahnya, Reina menyentuh alis Varen yang menukik, bulu matanya yang tebal, hidungnya yang mancung dan bibirnya yang merah. Perlahan Reina menyentuh bibir Varen dengan ibu jarinya.
Jantung Reina semakin berdebar kencang saat merasakan kelembutan bibir suaminya.
“Tanganmu mengganggu tidurku.”
Deg!
Refleks Reina menarik tangannya lalu meringsut keujung tempat tidur, menjauhkan diri dari Varen yang tengah menatapnya tajam.
“Maaf! A---anu...tadi ada nyamuk di pipimu.” jelas Reina terbata.
Varen mengeryit, “Pipi disini, bukan disini.” ucapnya seraya menunjuk pipi lalu bibirnya.
“Nyamuknya pindah dari pipi ke bibir. Sudahlah! Aku mau mandi dan siap-siap.” ucap Reina dengan cepat menghindari percakapan yang konyol itu.
Reina berdiri lalu berjalan cepat menuju ke kamar mandi. Wajahnya merona merah dan jantungnya berdetak semakin cepat. Reina malu karena Varen menangkap basah dirinya yang tengah menyentuhnya. Sebelum masuk ke kamar mandi, Reina berbalik melirik suaminya.
“Bukankah seharusnya kita tidur ditempat terpisah? Kenapa kamu malah tidur disebelahku? Dasar mesum!”
Reina langsung membuka pintu dan menghilang dibalik pintu yang tertutup rapat itu. Dia membasuh wajahnya berharap rasa panas dikulitnya akan segera menghilang.
”Aku harus mandi untuk menjernihkan pikiranku.” gumamnya. Lalu dia melepaskan pakaiannya dan berjalan menuju bak mandi. Siraman air dingin yang menerpa kulitnya membuat Reina merasa segar.
Sementara itu didalam kamar, Varen tertegun menatap pintu kamar mandi yang tertutup. “Kenapa dia marah? Bukankah dia sendiri yang memintaku tidur disampingnya?” Varen menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Semalam saat Varen akan tidur di sofa, Reina menangis dan memintanya tidur disebelahnya.
Karena tidak tega, Varen pun mengikuti keinginannya. Tatapan Varen malah beralih menatap bagian bawah tubuhnya yang menggembung.
“Ck! Pantas saja dia mengatai aku mesum! Aku bukannya mesum! Dia hanya terlalu sensitif setiap kali kamu menyentuhku.” ucapnya meringis.
Begitu selesai membersihkan diri, Reina keluar dari kamar mandi. Sambil mengeryitkan dahinya melihat Varen yang sudah tidak ada didalam kamar. Hanya ada secarik kertas yang diletakkan diatas nakas.
“Aku pergi berolahraga. Hanya sebentar. Tidak perlu memasak nanti aku beli sarapan.”
Reina tersenyum lebar, dia memang sedang malas masak juga jadi dia menghempaskan diri keatas kasur sambil menggeliatkan tangan dan pinggangnya. Setelah mandi, badannya terasa segar dan tanpa sengaja mata Reina menangkap sekumpulan paperbag yang diletakkan didekat pintu.
Reina bergegas turun dari tempat tidur dan berjalan mendekati kumpulan paperbag yang jumlahnya ada sekitar dua puluh. Dia membukanya satu persatu, Dia terpekik saat melihat semua pakaian yang semalam Varen pilihkan ada disana.
Bukan hanya pakaian, ada juga dua pasang sepatu pantopel dan sebuah satchel bag yang cantik juga sebuah tas laptop cantik. Reina lebih memilih sepatu pantopel karena dia merasa tidak nyaman memakai sepatu high heels.
Tas itu bisa dia pakai karena ukurannya agak besar bisa memuat dokumen-dokumen didalamnya. “Aku harus bersiap untuk pergi bekerja. Ini hari pertamaku, aku tidak boleh terlambat.” ucapnya bersemangat.
Dia senang dengan semua barang-barang yang diberikan suaminya. Bukan karena semua barang itu mahal tapi karena Varen sendiri yang memilihkan untuknya.
Selama berumah tangga dengan Bobby, walau pria itu tidak membatasi Reina untuk menggunakan uang, tapi Bobby tidak pernah membelikan barang-barang untuknya. Reina sendiri yang harus membelinya, Bobby bahkan tidak pernah menemaninya pergi berbelanja dengan banyak alasan.
Walau uang yang dipakai belanja tetap berasal dari suami, tetap ada perbedaan saat membeli barang sendiri atau dibelikan suami.
Ada kebahagiaan tersendiri ketika mendapatkan barang yang dibelikan suami. Rasanya seperti mendapat hadiah pada saat ulang tahun, menyenangkan dan membahagiakan. Itulah yang Reina rasakan sekarang.
Reina memilih setelan rok selutut berwarna biru dongker polos dipadukan dengan kemeja motif perpaduan biru dan putih dipadukan dengan blazer berwarna senada dengan rok-nya.
Reina mengikat rambutnya dan menghias dengan ikat rambut berwarna biru. Polesan riasan berwarna natural membuat penampilan Reina terlihat segar.
Dia memoles bibirnya dengan warna merah muda nude sehingga nampak natural. Dia terlihat berbeda dengan penampilannya, semuanya terlihat sempurna.
Dandanannya yang tidak norak dan terkesan natural, Reina memandang pantulan dirinya didepan cermin. Sudah lama sekali sejak terakhir kali dia merias diri seperti ini.
Kemarin Varen juga membelikannya seperangkat make-up dan juga beberapa aksesoris. Merasa penampilannya sudah sempurna, Reina mengambil tas yang akan dia pakai hari ini.
Tepat ketika Reina keluar kamar, Varen datang dengan badan bermandi peluh. Dia benar-benar berolahraga, dia nampak tertegun melihat penampilan istrinya yang terlihat sangat berbeda.
Reina memakai setelan yang membuatnya fashionable dan segar. Penampilannya semakin sempurna dengan rambut yang diikat ekor kuda dan polesan make-up warna natural diwajahnya. Varen menatapnya tak berkedip, seakan tak percaya jika wanita didepannya ini adalah orang yang sama.
“Cantik.” ucapnya tanpa suara.
Reina mengeryit melihat Varen yang diam memandanginya. “Apa aku terlihat aneh ya? Aku bingung harus memakai baju yang mana. Semuanya bagus-bagus jadi aku memilih yang ini saja.”
Sebenarnya Reina berencana memakai celana panjang di hari pertamanya bekerja tapi dia merasa ragu. Dia takut akan dikomplain karena posisinya sebagai sekretaris, bukankah biasanya sekretaris berpakaian seperti ini?
Varen melatakan bungkusan plastik yang dibawanya diatas meja. Lalu berjalan mendekati istrinya. Reina menahan napas saat tangan Varen memegang tali pita dilehernya secara tiba-tiba.
Jantungnya semakin berdetak kencang ketika dia merasakan gerakan tangan Varen yang mengikat tali pitanya. Tubuh Reina pun ikut menegang, saat kulit tangan Varen bersentuhan dengan kulit dibawah lehernya.
“Tali akan menyulitkanmu jika kamu tidak mengikatnya. Bisa saja akan menghalangi kamu saat menulis atau mengetik.” Varen menjelaskan seraya menjauhkan wajahnya.
“Terima kasih.” ucap Reina berusaha menyunggingkan senyumnya. Dia merasa gugup berdekatan dengan suaminya.
Varen membalas tersenyum meskipun senyumnya terbilang tipis tapi mampu mengubah ekspresi wajahnya yang selalu datar. Reina pun tertegun saat melihat senyumnya. Tatapannya fokus pada bibir lembut Varen yang tadi pagi disentuhnya.
Wajah Reina memerah karena mengingat kejadian itu, dia pun segera memalingkan wajahnya. 'Aihhhhh kenapa bibirnya seseksi itu sih? Reina....sadar....sadar.....fokus!' bisik hati Reina yang bergejolak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments