“Aku akan tunjukkan pada kalian kalau aku juga bisa hidup bahagia dan sukses walaupun tanpa kalian semua! Ingat, jangan pernah mendatangiku dan menganggapku keluarga kalian saat aku sukses nanti!” tekad Reina sudah bulat dan keinginannya untuk membuktikan bahwa dia bisa bahagia dan sukses pun semakin besar.
Setelah keluar dari tempat resepsi itu, Reina bingung harus pergi kemana. Dia tidak punya tempat tujuan dan dia juga tidak mempunyai teman untuk sekedar dimintai pertolongan.
Reina jongkok dipinggir jalan, dia merutuki dirinya sendiri yang terlalu menutup diri sehingga tidak ada orang yang mau dekat dengannya.
Reina pun sadar pada ucapan Bobby, dia memang kurang pergaulan. Dia bahkan tidak punya seorang temanpun. “Apa yang harus kulakukan sekarang?” gumamnya.
Dia sudah tidak ingin menangis dan meratapi nasib buruknya. Dia sudah lebih tenang dan bertekad didalam hatinya akan membalaskan dendamnya suatu hari nanti.
Dia mengedarkan pandangannya, jalanan itu terlihat sepi dan rasa takut mulai menyusup kedalam hatinya. Reina khawatir jika ada orang jahat yang akan mengganggunya.
Dia mulai merasa putus asa lagi, memikirkan kehidupannya sekarang yang tak memiliki uang, tidak punya tempat tinggal dan pekerjaan. Reina merasa sedikit ragu jika dia bisa bertahan hidup sendirian.
Dia menenggelamkan wajahnya diatas lutut dan memeluk tubuhnya yang mulai kedinginan karena angin malam ini lumayan kencang.
“Ah, akhirnya aku menemukanmu Reina. Apa yang kamu lakukan disini sendirian?” suara bariton seorang pria mengagetkannya lalu dia mendongak menatap pria itu.
“Varen?” lirihnya dengan tatapan sendu yang dipenuhi kesedihan.
“Kamu cepat sekali hilangnya. Aku sampai kebingungan mencarimu kemana-mana.” ujar Varen duduk disamping Reina. “Ngapain kamu disini sendirian?”
“Tidak apa-apa. Kenapa kamu kesini? Kamu akan diusir jika mereka melihatmu disini bersamaku. Aku tidak mau kembali kedalam dan melihat mereka.” ujar Reina menundukkan kepalanya.
Tiba-tiba dia merasakan tubuhnya hangat saat sebuah jas terpasang menutupi tubuhnya. Dia terkejut dan kembali menatap Varen yang masih berwajah datar seperti biasanya.
“Ngapain aku disana kalau kamu tidak ada. Kamu itu istriku, aku akan menghormati keputusanmu kalau kamu memang mau pergi.” ucapnya.
Seketika itu juga Reina tertegun, rasa haru menyelimuti hatinya. Dia tidak mengira kalau suaminya itu akan mengikutinya. Tadinya Reina mengira kalau suaminya akan lebih memilih untuk tetap tinggal bersama mertuanya dan tidak akan mempedulikannya. Tapi Varen ternyata peduli padanya dan memilih untuk ikut dengannya. Varen pun menyusul Reina pergi.
Mata Reina berkaca-kaca. Hatinya menjadi hangat karena terharu, Varen rela pergi demi dirinya. Rasa takut dan putus asa yang tadi menghampirinya pun lenyap seketika itu juga. Sekarang tidak ada lagi sedikitpun keraguan ataupun ketakutan dalam hati Reina. Varen ada bersamanya dan dia tidak sendirian lagi menjalani kehidupannya diluar sana.
Reina pun berhambur kedalam pelukan Varen dan berkata, “Aku berjanji, aku akan membuat hidupmu nyaman. Aku akan bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan kita. Terima kasih karena kamu tidak meninggalkanku.” isaknya/.
Tubuh Varen menegang seketika. Dia juga tidak mengatakan sepatah katapun pada Reina membuat wanita itu merasa sedikit khawatir jika Varen akan meragukan keputusannya. Tapi Reina kembali tenang saat merasakan tangan Varen yang membelai punggungnya.
“Terima kasih Varen!” ucap Reina seraya mengeratkan pelukannya.
Setelah tangis Reina reda, dia dan Varen memutuskan untuk pergi kerumah orang tuanya untuk mengambil barang-barang pribadi mereka. Reina hanya mengambil barang-barang yang memang miliknya saja dan meninggalkan sisanya.
“Kamu yakin tidak akan membawa apapun lagi?” tanya Varen yang merasa heran saat dia melihat isi koper istrinya hanya berisi tiga setel pakaian lusuh dan sudah tidak layak pakai lagi.
“Baju-baju itu bekas Elora! Aku tidak mau membawanya, nanti jadi masalah lagi dibilang kalau aku mencuri barang dirumah ini. Mendingan aku bawa barang milikku saja.” ucap Reina.
“Apa kamu hanya menerima barang bekas saja selama ini? Kenapa hampir semua barang-barangmu bekas Elora?” tanya Varen seraya menautkan kedua alisnya.
“Ya memang seperti itu sih. Sejak dari kecil sampai sekarang aku hanya memakai barang-barang bekas Elora! Tapi aku senang kok karena sekarang Elora yang memakai barang bekas milikku.” kata Reina tersenyum meskipun sakit didalam hatinya saat mengatakan itu.
“Maksud kamu?”
“Bobby! Dia bekas priaku.” ucap Reina tersenyum namun tiba-tiba senyumnya hilang. Dia sadar kembali kalai dia pun mendapatkan barang bekas kakaknya. “Sepertinya aku emmang ditakdirkan untuk memakai barang bekas Elora!” gumamnya seraya menundukkan kepalanya.
Sekarang giliran Varen yang tertawa dengan suara keraas. Reina tertegun melihat Varen yang tertawa. Dia tidak menyangka jika Varen bisa tertawa juga karena selama ini yang diperlihatkan pria itu hanya wajah datar tanpa senyumnya saja. Bahkan saat orang tua Reina menghinanya, Varen tidak pernah menampakkan ekspresi kesal sedikitpun.
Tapi sekarang, Reina melihat pria itu tertawa sehingga membuat Varen terlihat sangat tampan. Dia tidak bisa menebak isi kepala Varen, namun dia senang melihat pria itu bisa tertawa. Dia terlihat lebih tampan daripada Bobby. Reina menggelengkkan kepalanya untuk mengusir pikirannya yang mulai ngelantur.
Tidak baik membanding-bandingkan suami sendiri dengan suami orang lain. “Kenapa ketawa? Memangnya ada yang lucu ya?” tanya Reina yang penasaran ingin tahu apa yang membuat suaminya itu tertawa lepas begitu. Varen pun menghentikan tawanya dan menatap Reina seraya mengulum senyumnya.
“Maaf! Aku hanya tidak menyangka jika aku akan menjadi barang baru pertama yang kamu dapatkan dari orang tuamu.” kata Varen tersenyum.
“Maksud kamu apa?” Reina mengeryitkan dahinya tak paham maksud pria itu.
“Aku memang mantan suami Elora tapi aku tidak pernah menyentuhnya sedikitpun! Jadi bersyukurlah karena akhirnya kamu mendapatkan barang yang belum tersentuh oleh kakakmu.” jawab Varen.
“Kamu serius?” tanya Reina mengerjapkan mata.
“Bagaimana bisa kalian menikah tapi tidak pernah bersentuhan? Apa kakakku tidak pernah menyentuhmu atau memintamu untuk menyentuhnya?”
“Entahlah! Dia tidak pernah memintaku untuk menyentuhnya dan aku pun memang tidak pernah punya keinginan untuk melakukannya! Aku tidak tertarik!” jawabnya Varren acuh.
“Kalian pasangan yang luar biasa.” gumam Reina seraya tertawa. Dia menilik wajah suaminya itu, tidak ada yang kurang dengan wajah Varen.
Hidungnya mancung, bibir tipis, mata elang dan manik hitam yang terbingkai dalam rahang kokoh yang begitu sempurna. Sedangkan tubuhnya, Varen memiliki tubuh tinggi kekar dan berotot, Reina bisa melihat bentuk perut Varen yang rata dan berlekuk-lekuk.
Hanya ada satu kata untuk menggambarkan sosok Varen, tampan! Dia benar-benar tampan. Mungkin Reina pun akan jatuh hati jika tidak memiliki Bobby waktu itu. Reina jadi terhenyak, Bobby sudah tidak lagi suaminya tapi pria tampan didepannya ini yang sekarang menjadi suaminya. Reina menilik sekilas penampilan Varen yang terlihat seperti bukan orang miskin atau pengangguran.
Meskipun rambutnya gondrong tapi kulitnya sangat bersih dan tubuhnya juga sangat bagus. Bagaimana mungkin dia bisa memiliki tubuh sebagus itu dengan kulit mulus dan bersih jika dia miskin?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
Diajeng Ayu
heran ini goblok atau gimana sih masa ga ngerti juga dah jelas jelas orang tua memperlaku berbeda masa ga nge juga sih padahal dia udah lama tinggal disini
2024-03-16
2
Diajeng Ayu
ini orang guna nya apa sih, setidaknya belah kek istrinya depan keluarga sialan itu ini ga kebesaran badan ama jenggot doang
2024-03-16
1
Soraya
ada rahasia apa sm varen
2024-03-07
1