Sebelum membuat minum, Reina berjalan ke mejanya lalu membuka buku paduan yang kemarin diberikan oleh Kaifan. Reina membaca satu persatu bagian buku itu hingga di bagian akhir buku itu dan ternyata benar, lambung Verdi bermasalah.
Reina pun mengutuki dirinya karena melewatkan hal sepenting ini. Selain berisi riwayat kesehatan Verdi, disana juga disebutkan tentang jenis makanan yang bisa dimakannya.
Reina tidak menyangka ternyata selain berisi tentang tugas-tugas yang harus Reina lakukan, buku panduan itu juga berisi tentang informasi pribadi Verdi. Reina kembali meletakkan buku panduannya lalu berjalan menuju pantry. Kali ini Reina tidak menyeduh kopi tapi dia membuat teh peppermint untuk bosnys.
Reina membawa teh yang dibuatnya keruangan Verdi dan saat itu kedua pria tampak tengah membicarakan sesuatu. Percakapan mereka terhenti ketika Reina mendekati mereka. Reina meletakkan cangkir yang dibawanya dihadapan Verdi. Pria itu langsung meminumnya hingga habis setengahnya tanpa protes apapun atau marah seperti sebelumnya.
“Tolong ketik ulang semuanya.” perintah Verdi seraya menyerahkan beberapa lembar dokumen. Reina mengambil map ditangannya Verdi lalu pergi.
Dia merasa lega karena Verdi tidak memarahinya lagi. Pantas saja selama ini banyak orang yang tidak tahan menjadi sekretaris Verdi ternyata sikapnya memang menjengkelkan. Reina pun melakukan perintah Verdi mengetik ulang semua dokumen.
Tak terasa waktu berlalu cepat, sore pun menjelang. Setelah kejadian tadi pagi Reina menghabiskan waktunya mengerjakan laporan dan mengatur ulang jadwal Verdi. Sedangkan Verdi dan Felix sibuk berdiskusi diruangan Verdi. Reina memasukkan barang-barangnya kedalam tas bersiap hendak pulang.
Tepat ketika dia akan pulang, Verdi dan felix berjalan keluar dari ruangan CEO. Felix tersenyum ramah pada Reina sedangkan Verdi hanya diam seperti patung.
“Mau pulang ya?” tanya Felix.
“Iya Pak.” Reina mengangguk.
“Bagaimana kalau kita bertiga makan malam bersama? Ya anggap saja menyambut hari pertama kamu bekerja disini?” tanya Felix dengan ramah.
“Maaf Pak. Tapi saya harus segera pulang.” tolak Reina dengan halus tanpa ada keinginan untuk menyinggung Verdi dan Felix.
Begitu mendengar jawaban Reina, Verdi yang tadinya berdiri disamping Felix segera berjalan menuju kelift tanpa mengatakan sepatah katapun. Hal itu membuat hati Reuna merasa tidak enak jadinya. Reina menatap Felix dengan tatapan penuh penyesalan.
“Maaf! Saya benar-benar harus pulang.” ucap Reina lagi untuk menyakinkan kedua atasannya itu. Meskipun hatinya masih ada keraguan tentang atasannya bernama Verdi Kenzie yang mirip dengan suaminya.
“Tidak masalah Reina! Kita masih bisa makan malam dilain waktu.” sahut Felix. Reina dan Felix pun menyusul Verdi memasuki lift. Begitu masuk kedalam lift, Felix menekan tombol angka satu.
Sedangkan Reina berdiri tepat dibelakang Verdi dan Felix. Tak ada satupun diantara mereka yang bicara, suasana didalam lift hening hingga lift tiba dilantai satu.
Reina pamit untuk pergi terlebih dahulu dan keluar dari gedung kantornya, dia berjalan sebenatr untuk mencapai jalan raya. Jam sudah menunjukkan pukul 18.30 dia memutuskan untuk naik taksi.
Tapi, tiba-tiba saja Reina teringat dengan Varen yang tadi pagi memberinya lima lembar uang seratus ribuan pada Reina. Entah darimana dia mendapatkan uang itu tapi dia mengatakan kalau uang itu untuk pegangan Reina.
Tak lama sebuah taksi berhenti tepat didepan Reina. Dia pun masuk lalu menyebutkan alamat rumahnya. Begitu taksi yang ditumpangi Reina sampai dipersimpangan menuju kerumahnya, Reina melihat suaminya yang sudah menunggu.
“Pak berhenti disini saja. Ini ongkosnya.” ucap Reina seraya menyerahkan uang pada supir taksi.
Dia lalu turun dari mobil dan berjalan menghampiri suaminya. “Varen!” panggilnya. Varen menoleh saat mendengar suara yang dikenal memanggilnya. Terlihat kelelahan dalam raut wajahnya.
“Kamu sedang apa disini?” tanya Reina heran.
“Menunggu kamu. Sekarang sudah malam, aku khawatir kalau kamu pulang sendirian.” ucap Varen.
“Oh. Maaf membuatmu khawatir, ini hari pertamaku bekerja dan aku masih beradaptasi. Selain itu banyak pekerjaan yang menumpuk yang harus kukerjakan makanya aku terlambat.” Reina menjelaskan agar suaminya tidak salah paham. “Ayo pulang.”
Reina menggandeng tangan Varen, keduanya berjalan menuju kerumah mereka. Sudut bibir Varen terangkat dia menatap Reina yang tampak agak kelelahan tapi masih bersemangat menggandeng tangannya.
“Bagaimana pekerjaanmu hari ini?” tanya Varen.
“Huuuh! Melelahkan dan sekaligus menyenangkan!” jawab Reina tersenyum.
“Kamu menyukai pekerjaanmu?” tanya Varen lagi.
“Ehm….iya! Lagipula ini pekerjaan pertamaku jadi aku masih perlu belajar banyak! Meskipun bosku sangat menyebalkan!” ujar Reina sedikit mengeluh tentang kejadian pagi tadi.
“Jadi kamu tidak menyukai sikap bosmu?”
“Ya begitulah. Aku sakit hati karena dia memanggilku tuli dan bodoh! Tapi, ya sudahlah memang salahku juga karena aku tidak membaca buku panduan terlebih dulu. Jadinya aku tidak tahu kalau bosku itu tidak bisa minum kopi. Tapi tetap saja, aku masih sebal.”
“Biar aku buatkan makan malam.” ujar Reina setelah sampai dirumah. “Kamu pasti sudah lapar karena lama menungguku pulang.”
“Tidak usah masak! Aku tadi ada beli nasi padang dua bungkus.”
“Ah! Benarkah? Sudah lama sekali aku tidak makan nasi padang.”
“Mandilah dulu, setelah itu kita makan.” ujar Varen pergi ke ruang makan dan mengambil bungkusan nasi padang yang tadi dibelinya. Sedangkan Reina bergegas masuk kedalam kamar. Lima belas menit kemudian dia sudah selesai mandi dan berganti pakaian.
Rambutnya masih setengah basah karena dia tidak punya hair dryer untuk mengeringkan rambutnya.
“Kenapa kamu tidak mengeringkan rambutmu dulu? Nanti kamu masuk angin!”
“Tidak apa-apa. Nanti kering sendiri, ini juga sudah setengah kering. Aku tidak punya hair dryer.”
“Ehm!” hanya itu yang keluar dari bibir Varen. Dia mengambil dua piring lalu meletakkan satu dihadapan Reina.
“Aku tidak tahu apa yang kamu suka. Pilihlah mana yang kamu suka, keduanya ada rendang dan ada gulai babat juga. Ini sayurnya, tadi aku minta dipisah biar tidak basi.” ujar Varen menjelaskan.
Reina yang tidak terlalu pilih-pilih makanan tak mempermasalahkan apa yang ingin dimakan suaminya. Keduanya duduk sambil menikmati nasi padang.
“Bagaimana? Enak?” tanya Varen. “Ini nasi padang kesukaanku.”
“Enak! Aku suka sekali nasi padang! Terima kasih Varen.” ucap Reina dengan tulus sambil tersenyum.
“Tidak masalah. Besok kalau kamu pulang terlambat, tidak usah masak. Aku bisa beli nasi bungkus diwarung. Tidak jauh dari persimpangan itu ada warung makan. Nasi bebek gorengnya terkenal enak, ada makanan lain juga dijual disana.”
“Oh ya? Aku suka nasi bebek goreng! Bisakah kita makan itu besok?” tanya Reina membulatkan mata.
“Ehm…..akan kubelikan besok. Sekarang makanlah, habiskan semuanya.” ujar Varen menuangkan sisa gulai babat ke piring Reina.
“Ini kebanyakan! Kamu ambil setengahnya ya?”
“Untuk kamu saja! Kamu harus makan banyak supaya ada tenaga cukup. Lihatlah tubuhmu terlalu kurus. Aku tidak mau kamu sakit dan jatuh pingsan karena kelelahan dan kurang gizi.” ucap Varen.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
dewi
varen so sweet banget....
2024-04-12
1