Bobby terus saja berbicara tanpa memikirkan sedikitpun perasaan istrinya itu. Dia bahkan tidak merasa terenyuh melihat Reina yang berlinang air mata. Reina menggelengkan kepalanya tidak percaya. Hatinya hancur mendengar perkataan suaminya. Benar kata orang, kesetiaan seorang istri itu diuji ketika suaminya tidak memiliki apa-apa.
Sedangkan kesetiaan seorang suami diuji disaat dia memiliki segalanya. Dulu, Reina mendampingi Bobby dari nol, dengan gaji bulanan yang kecil. Berapa pun gaji bulanan yang diberikan Bobby padanya, Reina selalu menerima tanpa mengeluh. Setiap kali ada keperluan yang kurang, Reina selalu mengesampingkan kebutuhannya.
Dia mengorbankan kesenangan pribadinya, menahan seleranya demi memenuhi keperluan rumah tangganya. Dia bahkan tidak membeli baju baru sampai bajunya benar-benar tidak bisa lagi dipakai. Tapi Reina tidak pernah berkeluh kesah, dia selalu bersyukur berapa pun rejeki yang dia terima.
Tapi, sekarang setelah Bobby naik jabatan dengan mudahnya dia mengatakan ingin menceraikannya dan menukarnya dengan Elora. Hanya karena Reina bukan wanita karir seperti kakaknya. Sungguh Bobby seorang yang sangat kejam! Dia kira istrinya itu sebuah barang yang bisa ditukar-tukar.
Reina menatap ibunya meminta pembelaan, “Ma….tolong Reina, Ma. Bagaimana bisa aku menceraikan suamiku untuk Elora? Sudah tiga tahun kami menikah, Reina mencintai Bobby, Ma.” ucapnya dengan terisak.
Indira memalingkan wajahnya dari Reina. “Kau turuti saja permintaan papamu. Kau mungkin masih mencintai Bobby tapi Bobby mungkin tidak mencintaimu lagi dan lebih memilih Elora. Mereka akan menjadi pasangan yang sempurna dan saling melengkapi jika disandingkan.”
Reina tercengang. Dia tidak habis pikir dengan pikiran dan perkataan ibuny. Reina hanya berharap ibunya akan membelanya tapi yang dia daatkan malah sebaliknya. Indira justru memilih untuk mendukung permintaan yang tidak masuk akal suaminya itu.
Selama ini orang tua Reina memang selalu pilih kasih. Elora adalah anak yang selalu mereka banggakan, sedangkan Reina adalah anak yang selalu mereka hina dan pandang rendah. Mereka selalu saja membanding-bandingkan keduanya.
Dulu Indira dan Chandra Hasena berencana untuk mempunyai satu anak saja. Namun tepat saat Elora berumur delapan bulan, mereka dikejutkan dengan kehamilan kedua Indira yang tak diinginkan. Itulah alasannya mengapa Indira dan Chandra Hasena selalu berlaku tidak adil kepada Reina. Karena mereka tidak pernah menginginkan kehadirannya.
Reina menatap kedua orang tuanya dengan tatapan tak percaya, “Ada apa dengan kalian? Kenapa kalian melakukan ini kepadaku? Apa salahku pada kalian? Aku juga putri kalian, kenapa kalian selalu menyisihkanku? Kalian selalu memperlakukanku buruk!” Reina terisak.
Indira menatap putrinya, “Kamu mau tahu kenapa Reina? Kesalahanmu sangat banyak. Kamu salah karena kamu tidak bisa seperti Elora! Dia sangat sempurna, wajahnya, tubuhnya, kepintarannya dan karirnya! Dia bisa menghidupi kami dengan penghasilannya yang besar! Tidak seperti kamu yang hanya bisa menopang hidup pada suamimu! Kamu itu anak yang tidak berguna Reina!”
Mendengar perkataan ibunya membuat hati Reina hancur berkeping-keping. Untuk kesekian kalinya, ibunya membandingkannya lagi dan lagi dengan kakaknya. Ibunya memang selalu membanding-bandingkan kedua putrinya. Dia selalu membanggakan Elora dan merendahkan Reina.
Indira memperlakukan kedua putrinya berbeda, dia selalu memberikan yang terbaik untuk Elora dan memberikan sisanya pada Reina. Bahkan dalam pendidikan pun mereka pilih kasih. Elora dibiayai untuk kuliah di sebuah universitas ternama. Sedangkan Reina diminta untuk membiayai sendiri kuliahnya dengan alasan uang mereka sudah habis untuk biaya pendidikan Elora.
Reina merasa sakit hati dengan sikap kedua ornag taunya. Karena alasan itulah, tiga tahun yang lalu dia menerima lamaran Bobby. Dia ingin menghindar dari keluarga yang tidak menyayanginya. Namun siapa sangka setelah menikah mereka diminta tinggal dirumah orang tuanya. Itu dilakukan agar Reina bisa mengurus rumah dan melakukan semua pekerjaan rumah.
Dengan begitu, mereka tidak perlu membayar seorang asisten rumah tangga. Meskipun begitu, tetap saja keluarganya masih tidak menganggapnya. Elora tersenyum sinis menatap adiknya itu dan berkata, “Sudahlah Reina! Tidak perlu diperdebatkan lagi! Toh Bobby sudah setuju dan kedua orang tua kita juga sudah setuju!”
“Eh, dengar ya Reina. Sebaiknya kamu menyetujui saja apa yang sudah kami sepakati dan menjadi keinginan kami. Lagipula ya kamu dan Varen itu memang cocok! Kalian sama-sama pengangguran dan tidak punya pekerjaan! Mungkin kalian berdua bisa bekerja sama mengurus rumah, kami bisa menggaji kalian, itu tidak masalah. Anggap saja kebaikan hati kami.”
“Ada apa ini? Kenapa kalian membawa-bawa namaku didalam masalah kalian?” tanya Varen yang baru saja memasuki rumah. Dia langsung duduk disofa. Varen Saskara Kenzie, yang sekarang sudah resmi menjadi mantan suami Elora. Mereka baru menikah dua minggu yang lalu. Mereka menikah hanya untuk memenuhi wasiat kakek mereka.
Dalam surat wasiat itu disebutkan jika warisan keluarga Hasena berupa sepetak tanah dan warisan Kenzie berupa uang sebanyak dua milyar sudah Elora dapatkan sebagai mahar, ketika Varen menikahinya. Sedangkan warisan tanah akan Varen dapatkan setelah tiga bulan pernikahannya. Awalnya Elora bersemangat menikah dengan Varen.
Dia mengira jika Varen adalah orang kaya yang bisa membuat hidupnya bahagia. Namun setelah dua minggu pernikahan, Varen tidak pernah sekalipun pergi bekerja. Dia hanya sibuk memainkan ponselnya dan keluar rumah hanya untuk alasan yang tidak jelas. Setiap kali ditanya kemana dia pergi setiap hari, dia selalu menjawab ngojek.
Varen juga tidak pernah memberikan Elora nafkah. Dia selalu mengelak dengan alasan bahwa uang mahar dua milyar sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan istrinya itu. Karena itulah Elora kesal dengan sifat suaminya yang pemalas. Dan akhirnya dia meminta kepada orang tuanya untuk menukar suaminya dengan suami adiknya.
Elora mendengus seraya menatap mantan suaminya. “Baguslah kamu datang kesini! Sekarang kita semuanya sudah berkumpul. Lebih baik kamu menikahi Reina jika kamu ingin mendapatkan warisanmu. Dan aku akan menikah dengan Bobby setelah mereka resmi bercerai.”
“Cukup! Elora jangan bicara lagi! Aku tidak mau mendengarkan semua kegilaanmu.” Reina menangis sambil menggelengkan kepalanya. Dia menutup kedua telinganya dengan dua tangannya.
Elora bangkit dari duduknya dan menghampiri Reina. Dia menjauhkan tangan adiknya dari telinganya. “Bobby! Cepat ambil surat cerai itu! Suruh dia menandatanganinya!”
Bobby merasa sedikit ragu, masih ada perasaan cinta dihatinya untuk Reina. Tapi Elora jauh lebih sempuran dan lebih segala-galanya dibandingkan Reina. Dia merasa Elora lebih pantas menjadi istrinya yang bisa dia banggakan dan pamerkan kepada rekan-rekannya. Dia mengambil surat cerai yang sudah ditandatanganinya lalu memaksa Reina untuk menandatangani.
“Reina, karena kamu sudah menandatangani surat cerai ini. Mulai sekarang kita bukan suami istri lagi.”
Elora tersenyum puas lalu melepaskan tangan Reina. Tubuh Reina merosot, dia terduduk lemas diatas lantai. Reina memukul-mukul dadanya yang sesak karena rasa sakit. Dia menangis sejadi-jadinya. Suami yang telah didampinginya selama tiga tahun dengan tega memaksanya menandatangani surat cerai dan membubuhkan cap jempolnya.
Hai pembaca setia 👋👋 Selamat datang di novel kalian suka ya. Mohon dukungannya dgn like, komen & follow. Terima kasih 🙏🙏😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
Soraya
seru juga cerita nya
2024-03-07
1