“Oh!” ucap Reina lalu mulai menyuapkan makanannya. Satu hal yang harus Reina ingat adalah Varen tidak menyukai makanan panas. Reina tersenyum saat melihat suaminya itu makan dengan lahap. Semalam Reina dan Varen tidak sempat makan malam jadi wajar saja kalau pagi ini mereka berdua kelaparan.
Setelah selesai sarapan, Reina merapikan makanan dan menutupnya dengan tudung nasi. “Apa sebelumnya ada orang yang tinggal disini?” tanya Reina.
“Tidak ada. Tapi Martin selalu mengirim orang untuk membersihkan tempat ini. Kakek berpesan untuk menjaga rumah ini agar tetap bersih.” jawab Varen.
“Oh begitu ya? Pantas semua barang-barang disini terawat dengan baik.” kata Reina seraya mengangguk-anggukkan kepalanya. “Oh iya, aku ingin mencari pekerjaan. Hari ini aku mau berkeliling mengirim surat lamaran. Apakah boleh?” ranya Reina.
Varen diam, sekilas rahangnya terlihat mengeras namun sedetik kemudian wajahnya kembali datar.
“Terserah! Karena aku pun belum bisa memberimu uang.” jawabnya.
“Tidak masalah. Aku hanya ingin membantu memenuhi kebutuhan rumah tangga kita.” tutur Reina.
Sebenarnya Reina tidak yakin jika Varen mampu mendapatkan uang. Karena selama ini dia hanya menggantungkan hidupnya kepada Elora.
Tapi Reina akan mencoba mempercayai suaminya itu. Setidaknya Varen punya niat baik untuk mencari pekerjaan dan tidak hanya luntang lantung tidak jelas setiap hari seperti yang biasa dia lakukan.
Setelah Reina selesai dengan pekerjaan beres-beres rumahnya, dia pun bersiap-siap untuk mencari pekerjaan.
Reina melangkahkan kakinya yang sudah terasa sangat berat. Sudah beberapa perusahaan yang dia datangi namun belum ada satupun yang mau menerimanya.
Reina bahkan sempat diusir oleh satpam karena dianggap mengganggu ketertiban. Padahal Reina hanya ingin bertanya tentang lowongan kerja saja tapi perlakuan yang didapatkannya menyakitkan hati.
Karena sudah lelah, Reina memutuskan untuk beristirahat dibawah pohon di pinggir jalan. Reina mengibars-ngibaskan map yang dipegangnya berharap rasa lelahnya sedikit menghilang. Cuaca hari ini semakin panas membuat tenggorokannya pun semakin terasa kering.
Reina ingin membeli minum tapi uang yang dia punya pas-pasan. Dia menatap sedih selembar uang berwarna biru ditangannya. Karena harus mencetak berkas lamaran kerja, uangnya habis dan hanya tersisa lima puluh ribu rupiah saja.
“Aku harus berhemat. Hanya ini uang yang kupunya, entah kapan aku bisa punya pekerjaan.” gumamnya dengan sedih. Tapi dia sudah bertekad takkan menyerah begitu saja. Reina pun bangkit dari duduknya. Tujuannya kali ini adalah ke sebuah perusahaan property bernama Kenz Corp yang merupakan perusahaan property terbesar se-Asia.
Sebenarnya Reina merasa ragu untuk melamar kerja disana, tapi tidak ada salahnya untuk mencoba. Saat tiba didepan perusahaan, Reina tercengang melihat geung tinggi dihadapannya. Nyalinya pun langsung menciut melihat betapa besarnya perusahaan tersebut.
‘Apakah perusahaan sebesar ini akan menerimaku? Suatu keajaiba kalau aku benar diterima disini.’ gumamnya.
Dengan sedikit ragu, Reina berjalan memasuki perusahaan tersebut. Terlihat satpam perusahaan yang menatap Reina dengan tatapan menyelidik.
“Saya mau melamar kerja, pak. Kira-kira saya harus kebagian mana ya?” tanya Reina kepada satpam dihadapannya.
Satpam itu menatap Reina dari ujung kepala hingga ujung kaki. “Kamu yakin mau melamar kerja disini?” tanya satpam itu dengan tatapan mencemooh.
Reina mengangguk, “Iya. Siapa tahu ada lowongan yang bisa saya isi, pak. Tidak apa-apa walaupun harus jadi cleaning service juga.” jawa Reina sopan.
“Oh! Mau jadi cleaning service. Saya kira kamu mau melamar menjadi sekretaris.” ujar satpam itu dengan nada geli sambil tertawa kecil.
Reina menarik bibirnya keatas, mencoba untuk tersenyum.
Dia sadar penampilannya sedikit lusuh karena baju yang dipakainya sudah kusam. Makanya sejak tadi, semua perusahaan yang dimasukinya dia selalu diusir karena dianggap mau meminta sumbangan.
“Jadi saya harus ke bagian mana pak?” tanya Reina lagi.
“Kamu lapor ke resepsionis dulu. Nanti dia yang akan mengarahkan kamu. Masuk saja melalui pintu itu, kamu akan lihat meja resepsionis disana.” jawabnya.
“Baik, pak. Terima kasih.”
Reina menundukkan kepalanya lalu masuk kedalam lobi yang luas dan terlihat mewah itu. Tubuh Reina terasa segar saat dinginnya AC menyentuh kulitnya, rasa hausnya pun berkurang sedikit. Reina berjalan menuju ke meja resepsionis dan tampak dua wanita cantik yang tengah berdiri seraya tersenyum kepadanya.
Pandangan mencemooh dari kedua wanita itu kembali Reina dapatkan saat dia mengutarakan maksud kedatangannya.
“Silahkan langsung menemui bagian HRD dilantai empat. Kebetulan mereka sedang mengadakan interview sekarang.” ucap salah satu resepsionis itu seraya menunjuk kearah lift yang letaknya tidak jauh dari tempat Reina berdiri.
Karena merasa tidak nyaman dengan tatapan kedua wanita itu, Reina pun segera pergi dan berjalan menuju ke depan pintu lift. Ada tiga pintu lift didepan Reina.
Satu pintu lift bertuliskan ‘Eksekutif’ dan dua pintu lainnya bertuliskan ‘Karyawan’. Reina pun berdiri ditengah-tengah pintu lift khusus karyawan. Dia akan naik kedalam lift yang lebih dulu sampai, dengan hati berdebar dia menunggu.
Ting!
Terdengar suara lift berhenti, disertai suara pintu yang terbuka tapi Reina mengacuhkan lift tersebut karena lift itu khusus untuk para eksekutif perusahaan saja.
“Nona apakah kamu tidak akan masuk? Kami sedang terburu-buru.” ujar seorang pria dari dalam lift.
Reina pun menoleh dan dia terperanjat saat melihat pria yang ada didalam lift itu.”Varen.” gumamnya.
Reina menilik kembali pria yang berdiri didalam lift. Kepalanya tertunduk saat sadar dirinya salah mengenali orang. Reina menjadi malu pada dirinya sendiri, pria itu jelas-jelas bukan suaminya. Sekilas pria itu memang sangat mirip dengan Varen.
Namun bentuk wajah dan potongan rambutnya berbeda. Apalagi warna mata pria itu yang berwarna biru, sangat berbeda dengan warna mata Varen yang hitam.
Dan perbedaan yang paling kentara diantara mereka berdua memang iris matanya. Selain itu, semuanya persis sama. Bagaimana bisa ada dua orang yang sama persis? Apakah benar yang dikatakan orang-orang kalau setiap orang memiliki kembaran? Reina hanyut dalam pikirannya yang entah kemana.
“Tidak jadi naik lift?” tanya pria itu lagi.
Reina mengintip dua pria didalam lift dari balik bulu matanya. Dia tidak berani mendongakkan wajah sepenuhnya. “Sa---saya naik lift ini saja.” jawab Reina seraya menunjuk ke pintu lift dihadapannya.
Reina tidak mungkin masuk kedalam lift itu, jelas-jelas disana tertulis lift itu khusus untuk eksekutif. Sedangkan Reina, dia hanya calon karyawan yang belum tentu juga akan diterima bekerja disini.
“Masuklah! Sebelum dia menelanmu hidup-hidup.” titah prua itu menunjuk kearah pria mirip Varen itu. Reina mendongak menatap pria beriris biru, melihat tatapannya yang tajam Reina pun menundukkan kembali pandangannya seraya melangkah masuk kedalam lift. Dia tidak berani menolak tawaran mereka.
Saat Reina hendak menyelinap ke belakang pria beriris mata biru itu, dia lebih dulu melangkan mundur seakan memberikan tempat pada Reina untuk berdiri didepannya. Dengan jantung yang berdebar kencang, Reina pun memutar tubuhnya membelakangi pria itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
martina melati
penyamaran pake softlens warna
2024-04-07
1
martina melati
curiga deh... jangan2 milik varen
2024-04-07
1
martina melati
aneh... jika emang ada yg membersihknny mengapa bola lampu rusak tidak dganti yg baru???
2024-04-07
1