Hati Reina benar-benar sakit. Ingin rasanya dia mati saja. Suami yang dicintainya selama tiga tahun kini menjadi milik kakaknya.
“Kalian semua egois! Kenapa kalian tega melakukan ini kepadaku? Aku juga berhak menentukan hidupku sendiri! Kenapa kalian mempermainkan hidupku?”
Reina menangis tubuhnya merosot ke lantai. Dia sudah tidak tahan lagi dengan rasa sakit yang dia rasakan. Sedangkan Elora menatap sinis kepada adiknya itu. Tidak ada sedikitpun rasa bersalah dalam hatinya. Elora justru merasa senang karena akhirnya dia berhasil menikahi pria idamannya. Elora mencintai Bobby.
Dia sangat mengagumi pria itu. Bobby dan Elora bekerja di perusahaan yang sama dan tak jarang mereka menghabiskan waktu bersama saat bekerja. Dari sanalah perasaan cinta Elora tumbuh dan berkembang. Dia pun semakin gencar mendekati Bobby. Dia ingin pria itu bisa menjadi suaminya. Untuk meluluhkan hati Bobby, Elora membantu mengembangkan karirnya.
Dia melobi temannya yang berpengaruh di perusahaan untuk menaikkan jabatan Bobby menjadi direktur perusahaan. Indira dan Chandra menatap putri mereka tanpa ada sedikitpun rasa bersalah karena telah menghancurkan pernikahan dan kehidupan putrinya itu.
Keegoisan mengalahkan perasaan mereka, ya mungkin mereka memang tidak punya perasaan. Seakan tuli dan bisu, mereka hanya dia melihat Reina menangis dan menjerit-jerit.
Indira membantu Reina berdiri dan berkata, “Varen dan kamu sudah resmi menikah. Pernikahan kalian sudah didaftarkan, tidak perlu ada acara apa-apa. Yang penting sudah resmi, sekarang Varen adalah suamimu.”
Lalu wanita itu menarik paksa Reina mendekati Varen dan menyatukan tangannya dengan tangan Varen. Reina menangis menatap pria didepannya yang sebelumnya adalah mantan kakak iparnya tapi kini sudah menjadi suaminya. Tampak Varen menunjukkan ekspresi dingin dan datar.
Elora melepaskan tautan tangannya dari Bobby lalu menghampiri Reina. Dia menyodorkan map plastik yang dibawanya, “Ini….surat nikah dan dokumen lainnya. Kamu tinggal tanda tangan saja. Pernikahan kalian sudah sah secara hukum. Jadi kalau mau bercerai kalian harus mengajukan gugatan ke pengadilan. Tapi tidak dalam waktu dekat ini, paham?”
Reina mengambil map itu lalu membukanya, ada beberapa lembar kertas dan surat nikah didalamnya. Reina mengeluarkan surat nikahnya lalu membacanya dengan seksama. Airmatanya kembali berderai saat melihat fotonya dan Varen didalam surat nikah itu. Entah siapa yang mengedit foto itu terlihat seperti foto baru.
Kini, dia benar-benar sudah menjadi istri dari mantan kakak iparnya. Reina dan Elora bertukar suami? Bukankah ini sangat gila? Dia punya keluarga yang sangat gila! Enggan rasanya dia melihat wajah-wajah itu lagi. Mereka sangat menjijikkan! Mereka bukan manusia!
Elora menepuk pundak adiknya itu lalu menatap Reina dan Varen bergantian. “Sebagai kakak yang baik, aku mengucapkan selamat atas pernikahan kalian. Semoga kalian berdua bahagia dan pernikahan kalian langgeng ya.”
Hati Reina hancur berkeping-keping, kakinya lemas saat dia terjengkang ke belakanga, tangan Varen dengan cepat menopang tubuhnya. Mau tak mau Reina pun berpegangan pada pria yang kini sudah menjadi suaminya itu.
“Oh iya, aku sudah menyuruh bibik mengemasi semua barang-barangmu dari rumah Bobby. Nanti siang akan ada orang yang akan mengantarnya kesini. Aku tidak mau ada satupun barang busukmu tertinggal disana. Karena sekarang rumah mewah itu bukan lagi rumahmu. Kamu bukan lagi istri Bobby! Well, setidaknya kamu sempat menempati rumah mewah itu selama seminggu ya. Jadi kamu tahu rasanya menjadi orang kaya!” ujar Elora mengejek adiknya itu.
Lalu Elora berbalik dan menatap suaminya, dengan tersenyum manis dia berkata, “Ayo sayang. Kita istirahat di kamar.” ajaknya. Bobby menggandeng mesra bahu istri barunya, pergi meninggalkan Reina.
“Kalian berdua juga istirahatlah.” ucap Chandra dan istrinya langsung pergi meninggalkan Reina dan Varen berdua terdiam.
Reina menatap kepergian kedua orang tuanya itu dengan tatapan sendu, tidak ada seorangpun yang mengerti perasaannya ataupun memihak padanya. Tanpa sadar dia membalikkan badannya dan menenggelamkan wajahnya didada Varen. Dia menangis pilu dalam pelukan suami barunya.
Varen mendudukkan Reina diatas tempat tidur. Dia menyandarkan tubuh lemah wanita itu di kepala ranjang lalu memberikan segelas air minum untuknya, “Minumlah! Tenangkan dirimu.”
Reina menatap Varen dan air putih yang disodorkan padanya. Sampai saat ini dia masih tidak percaya kalau pria yang berdiri disampingnya adalah suami barunya.
Varen mengeryitkan dahinya dan bertanya, “Kenapa? Kamu tidak mau menjadi istriku sementara? Aku akan menceraikanmu jika kamu tidak mau hidup denganku. Tapi tunggulah dua bulan lagi sampai aku mendapatkan warisan kakekku. Jangan khawatir, aku akan memberikan bagianmu meskipun tidak sebanyak mahar yang di terima Elora. Setidaknya cukup untukmu melanjutkan hidup.”
Tangis Reina kembali pecah. Hatinya sangat sakit mendengar perkataan Varen, “Apa kamu menikahiku hanya demi warisan itu saja? Apa kamu tidak memikirkan hancurnya perasaanku kalian permainkan seperti ini?”
“Ya tentu saja. Tidak mungkin aku menikahimu karena cinta. Kita tidak saling mengenal dan selama satu bulan aku menjadi suami Elora, kita juga tidak pernah bertegur sapa.” jawabnya acuh.
Hati Reina berdenyut nyeri. Sakit sekali! Kenapa tidak ada seorangpun yang mengerti? Dia benar-benar tersakiti dan rasa sakit itu membuatnya sesak dan tak ingin hidup lagi.
Setelah dibuang oleh suami pertamanya, suami keduanya ini pun akan membuangnya juga setelah mendapatkan warisannya. Betapa malangnya nasibnya! Ya Tuhan! Kenapa sakit sekali? Ini tidak adil! Dia menatap Varen dengan mata berlinang airmata.
“Kenapa semua pria begitu gampangnya mengucapkan kata cerai? Apa menurut kalian pernikahan itu hanya sebuah mainan? Saat bosan bisa kalian campakkan dan menggantinya dengan yang baru?”
Varen menatap Reina dengan tatapan yang sulit diartikan, “”Jadi kamu mau menjadi istriku?”
“Sudah terlambat! Aku sudah sah menjadi istrimu secara hukum!” jawab Reina ketus.
Varen terlihat bingung, “Ya kamu benar seharusnya aku bertanya dulu sebelum aku mendaftarkan pernikahan. Tapi tenang saja, semuanya belum terlambat. Aku akan menceraikanmu jika----”
“Apa salahku padamu? Kenapa kamu juga menceraikan aku? Aku tidak mau menjadi janda untuk kedua kalinya!” ujar Reina terisak.
“Jadi apa maumu?” tanya Varen mencengkeram erat gelas ditangannya. Reina menunduk seraya memainkan jemarinya. Dia bingung, hatinya masih mencintai Bobby tapi Varen malah sudah resmi menjadi suaminya.
Dia juga tidak yakin akan menjalani kehidupan rumah tangga bersama Varen tapi dia juga tidak mau jadi janda dua kali dalam kurun waktu singkat.
“Entahlah! Aku bingung.” gumam Reina dengan suara serak. Dia masih terisak, tidak akan semudah itu baginya menerima kenyataan pahit dan kejam ini.
“Minumlah dulu! Tenggorokanmu akan membaik setelah minum! Kamu menangis dari tadi, apakah tangisanmu mengubah apa yang sudah terjadi? Kamu masih menangis disini sementara mereka berbahagia diluar sana! Lihatlah, mereka tidak mempedulikan mu mau meratap sekalipun!”
Reina mengambil gelas itu lalu meneguknya hingga tandas. “Terima kasih.” ucapnya.
Tok tok tok…
Terdengar ketukan di pintu. Varen mengambil gelas dari tangan Reina lalu meletakkan diatas nakas. Dia bergegas membukakan pintu. Nampak ibu mertuanya dan bibik sedang berdiri didepan kamar. Indira berjalan melewati menantunya itu dengan sikap angkuh.
“Rei….ini semua barang-barang milikmu dari rumah Bobby. Dan itu barang-barang milikmu Varen.” ucap Indira seraya menyerahkan dua koper yang dibawa bibik.
Reina mengeryitkan dahinya melihat koper miliknya. “Kenapa cuma satu koper saja, Ma?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments