Alexa bertemu Nara

Suara Mamahnya yang sering tertawa riang dan genit itu membuat Edo semakin mual saja. Maka Edo langsung masuk mengunci kamarnya agar suara gaduh di bawah tidak dapat didengarnya.

Namun demikian tetap saja suara itu masih bisa terdengar di telinganya. Edo merebahkan diri di kasurnya. Malam semakin larut menuju fajar, mata Edo belum bisa dipejamkan, karena terganggu dengan suara berisik di ruang bawah. Apalagi suara tawa Mamahnya yang genit tambah menyiksa batinnya. Edo mencoba menutup telinganya dengan bantal agar suara itu tidak terdengar ditelinganya. Usaha Edo berhasil baru akhirnya tertidur lelap.

Beginilah kehidupan yang sangat menyiksa Edo, seperti neraka. Rumah yang seharusnya tempat berteduh dan berlimpah kasih sayang bak di ubah bagai duri. Sungguh sedih nasib yang dirasakan Edo yang seharusnya mendapat kasih sayang dari orang tuanya. Harus menanggung rasa kesepian yang menyiksa diri.

Kepribadian anak terletak pada cara mendidik orang tuanya. Jika kenyataan yang di hadapi Edo berupa kesepian dan siksaan batin. Maka jangan salahkan lagi jika ia berbuat tanpa memikirkan segala akibatnya. Itu adalah sebuah luapan emosi dari tekanan jiwa yang ingin memberontak. Pada siapa lagi Edo mengadu? Tak ada lagi selagi Bibi Boyem.

Dialah yang mengerti semua perasaan Edo penderitaan batin Edo selama ini.

Edo yang hampa kasih sayang hanya mencurahkan penderitaannya lewat pelarian dengan ngebut dan berganti cewek. Dia tidak pernah mendapatkan kepuasan batin saat ini. Baru setelahnya ia bertemu dengan Nara merasakan hidupnya penuh arti. Penuh akan rasa hangat bak penyelamat surga. Edo sudah tertidur dengan pulas. Di saat itulah Edo merasa terlepas dari rasa kesepian yang menerkam.

...****************...

Resa ternyata teman akrab Alexa. Mereka berdua berteman sejak SMP. Hubungan cinta yang terjalin antara Edo dan Alexa baru terjalin kurang lebih 3 bulan. Pertemuan mereka juga di sebuah malam pesta ulang tahun sahabatnya. Persis dengan sejarah yang di alami Nara. Namun jika pada Nara ia langsung mengutarakan cintanya lain hal dengan Alexa mereka bertemu hanya untuk mencari kepuasan masing-masing, bukan saling mencintai.

Sore itu Resa mengajak Alexa duduk di belakang taman rumahnya sambil menikmati senja kala itu. Kali ini Alexa lebih banyak diam dari pada biasanya. Resa pun timbul pertanyaan tentang perubahan Alexa. Namun Alexa berusaha menyembunyikan keresahan pada dirinya. Pertanyaan Resa tidak di jawab dengan jujur.

"Lo pasti bohongkan? Walaupun lo gak jawab jujur ke gua, gua bisa tebak pasti hubungan lo sama Edo mulai renggangkan?"

Alexa tak menjawab pertanyaan Resa. Namun Resa sangat tahu apa yang telah terjadi di antara mereka sebenarnya. Ibarat cinta antara Alexa dan Nara dapat ditimbang.

Edo lebih memilih berat terhadap Nara. Resa sangat tahu bahwa Edo sangat mencintai Nara sepenuh hati. Sedangkan terhadap Alexa hanya sebagai piala bergilir. Semua itu karena kesalahan Alexa. Begitu gampangnya jatuh cinta dan meremehkan harga diri sebagai seorang gadis dengan mau di anggap piala. Bukan mutiara.

Siapapun yang membutuhkan langsung di ajak jalan dan jatuh cinta beda dengan Nara.

Wajahnya yang cantik dan anggun senantiasa membawa aura positif sehingga banyak lelaki yang menggoda tetapi tak berani. Apalagi kurang ajar, Resa sempat berpikiran terlalu jauh.

"Gua mau kenalan sama cewek yang namanya Nara, lo mau kan nolongin gua?"

Resa pun terkejut mendengar perkataan yang baru di ucapkan Alexa. Dari mana dia mendengar kalau Edo sedang berhubungan dengan Nara?

"Maksud lo ketemu Nara?"

"Gua mau buktiin cantikkan gua apa dia?"

"Cuman buat itu lo nemuin dia? Tau dari mana lo Edo deket sama cewek itu?"

"Adalah dia temen deket gua juga. Lo mau bantu gua kan?"

"Tapi lo harus janji sama gua gak akan nyakitin dia karena dia cewek bersahaja dan miskin."

Alexa mengangguk acuh. Akhirnya Resa membawa Alexa menemui Nara di rumahnya. Kedatangan mereka di sambut rama dan ceria oleh Nara. Baru pertama melihat Nara sudah dapat menilai bahwa iya gadis cantik dan anggun. Maka pantas saja Edo memilihnya.

Dalam pakaian yang sederhana saja sudah terlihat mempesona. Hati Alexa serasa di sayat begitu pedih.

"Nara kenalin ini temen gua waktu SMP namanya Alexa."

Nara segera mengulurkan tangan dan di sambut oleh Alexa. Keduanya saling menyebutkan nama masing-masing. Alexa menatap mata Nara yang begitu indah. Selebihnya cara pembicaraan Nara yang selalu berhati-hati dan lembut membuat Alexa sadar akan kelebihan Nara.

"Gua senang bisa ketemu lo Nara." Kata Alexa sambil tersenyum. Nara tidak menaruh curiga pada Alexa. Padahal kedatangan Alexa adalah latar belakang ingin merusak hubungan antara Nara dan Edo.

Mereka bertiga asyik mengobrol sampai petang.

Kunjungan Alexa dan Resa ke rumah Nara harus berakhir. Bukan sampai di situ saja kunjungan Alexa, di susul dengan kunjungan berikutnya tanpa mengajak Resa.

Keakraban pergaulan Nara dan Alexa semakin erat. Secara Ibunya memperhatikan tingkah laku Alexa yang kelihatan terlalu gegabah. Beberapa kali Alexa mengajak Nara pergi ke tempat-tempat maksiat. Seperti night club dan tempat hiburan malam lainnya.

Namun perubahan tidak terlihat di diri Nara dengan pengaruh yang di tunjukkan Alexa kepadanya. Ibunya semakin khawatir dengan tingkah Nara yang sering kali pulang larut malam. Walaupun saat itu sedang masa libur sekolah ke khawatiran itu yang membuat ibu dan ayahnya harus menegurnya. Nara ketika itu baru pulang dari bepergian. Ayah dan ibunya menunggu di ruang tamu.

"Nara duduklah dulu." Kata ayah ketika Nara baru saja masuk kedalam rumah, tak bisa membantah Nara pun langsung duduk.

"Ibu bilang kamu sering sekali keluar malam, apa yang kamu lakuin di luar sana?"

"Nara cuman cari hiburan aja."

Ayahnya menampakkan wajah angkernya. Nara merasa takut menatap wajah ayahnya. Dia tertunduk memandang ujung sepatunya..

"Ayah gak suka lihat kamu bergaul dengan gadis itu, dia terlalu urakan, ayah takut kamu terbawa pergaulannya yang tidak benar. Kau seorang gadis Nara. Orang-orang menilaimu sebagai gadis yang punya moral."

Nara tetap diam. Karena yang semua di katakan ayahnya itu benar. Demi kebaikan dan harga diri Nara.

"Ibu dan ayah gak melarang kamu bergaul dengan siapa aja, tapi cara bergaulmu yang sekarang udah melampaui batas. Sebagai seorang gadis gak pantes pulang terlalu malam. Kan kamu yang bilang bahwa kamu harus berhasil dalam hidupmu?"

Ibunya berkata dengan lemah lembut namun tepat sasaran

Nara seperti di sadarkan oleh kenyataan hidupnya yang harus banyak menbutuhkan keprihatinan untuk meraih keberhasilan.

"Ayah ibu maafin Nara, aku janji tidak akan seperti itu lagi."

"Bagus ayah senang kamu menyadari tentang hal yang akan membawa pengaruh tidak baik terhadapmu."

"Iyaah ayah."

"Yaudah sekarang kamu boleh masuk ke kamar dan istirahat."

Nara pun pergi ke kamar dan berganti baju.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!