Edo pun memegang kemudi dengan santai, dan Nara pun lagi-lagi menanyakan akan dibawa kemanakah dia.
"Edo kita mau kemana?"
"Gua mau bawa lo ke pantai yang indah."
"Para pacar lo gak akan marah, kalau tau lo jalan sama cewek lain?"
"Gua rasa, gua punya hak buat menentukan pilihan yang tepat di antara seluruh cewek Jakarta ini."
"Siapa tuh yang cocok di hati lo di antara seluruh cewek Jakarta."
"Lo."
"Gua."
"Iyalah."
"Jangan banyak bermimpi guys Nara gak gampang dirayu."
Edo tersenyum sambil menginjak rem karena rambu lalu lintas merah.
"Gua percaya, lo pasti bakal cinta sama gua."
"Terus aja ngomongin cinta, emang gak ada topik lain gitu?"
"Yaa karena gua cinta sama lo, itulah gua selalu ngomongin persoalan cinta."
"Kalau cinta lo bertepuk sebelah tangan?"
"Lo gak kasian lihat gua menderita? Gua mohon sama lo jangan sampai hal itu terjadi. Hidup gua bakal kesiksa.
Edo setelah berkata demikian, terdiam agak lama tanpa sadar sudah berhenti di tempat tujuan. Kedua remaja itu berjalan menuju ke sebuah tempat yang romantis dan teduh. Di bawah naungan pohon yang rindang mereka duduk santai. Angin laut yang rasanya sejuk ini menambah kehangatan pada dua insan yang sedang jatuh cinta ini. Edo mendekatkan duduknya di samping Nara.
"Gua mau kita ngomong aku kamu yaa."
"Kenapa?"
"Biar nyaman."
"Okey." Nara pun menyetujui tanpa penolakan.
"Aku ingin merasakan selalu dekatmu Nara, aku benar-benar mencintaimu."
"Jangan terus ucapkan kata cinta Edo, karena aku takut terlena oleh cintamu, aku juga takut cinta menghalangi mimpiku, kemudian mengalami kegagalan hidupku jadi tak berarti."
"Cinta aku akan jadi penyemangat buat kamu. Percayalah."
Nara hanya terdiam menatap lurus ke depan, memandang lautan terbentang luas.
Baru kali ini Nara pergi berduaan bersama laki-laki. Lelaki ganteng yang di puja-puja hampir semua gadis.
Perasaan itulah yang menjadi serba tak menentu baginya. Nara membiarkan tangannya dipegang Edo, ketika sedang menikmati sejuknya angin pantai.
"Kamu terlalu gampang mengucapkan cinta, bahkan terhadap cewek-cewek lain."
"Aku gak pernah bilang cinta ke siapapun, sumpah kecuali sama kamu."
"Alaah kamu pasti berdusta."
"Cowok yang sering mengucap sumpah adalah cowok yang sering berdusta."
"Jangan kamu berucap seperti itu Nara, karena aku mencintaimu."
"Nanti habis dapat sepah dibuang."
Edo tak bisa berkata-kata cuman memandang lautan yang berombak kencang di depannya.
"Aku gak berharap hal itu akan terjadi pada kamu Nara. Sampai kapan pun aku akan senantiasa menunggumu, dan mengharapkan kamu mengutarakan isi hati kamu."
"Buatku cinta cuman bakal membuat lembaran derita."
"Gak semua orang kaya gitu Nara, kalau kamu udah ngerasain cinta kamu akan mendapatkan kebahagiaan hidup."
Tangan Edo membelai rambut Nara dengan lembut dan mesra . Nara hanya terdiam menundukan kepala. Belaian Edo padanya sangat lembut dan meresap. Tangan Edo pun memeluk pundak Nara.
Nara menolak untuk dipeluk Edo. Tolakan yang dilakukan oleh Nara sangat halus. Sehingga Edo tidak tersinggung.
"Tangan lo nakal banget sih?"
"Eits aku kamu , kenapa kamu gak mau di peluk?"
"Kalau ketauan cewekmu aku malu."
"Kalau gak ketauan gak apa-apa?"
"Kamu anggap aku murahan hah?"
"Aku gak bilang gitu, kamu adalah gadis cantik dan mempesona."
"Jangan gombal deh."
"Hidup tanpa cinta bagai taman tak berbunga, bagaikan sayur gak pake garam, begitupun perasaan cinta tanpa perasaan cemburu hanyalah cinta palsu."
"Wah jadi kalau kamu punya pacar tentunya cemburu banget dong."
"Engga kecuali sama kamu, cewek lain gak."
"Jadi cinta kamu sama semua cewek-cewek cuman mainan? Dasar modus.
Edo hanya tersenyum. Dia belum pernah menjumpai cewek kaya Nara. Dia sangat tidak mudah di taklukan. Cinta Edo pada Nara semakin menggebu ingin sekali memeluknya namun Nara selalu menolak.
Lantas apa maunya Nara terhadap dirinya? Pikir Edo. Apa kita hanya sebatas teman? Bakal sedih banget kalau itu memang kenyataannya, sampai detik ini selalu mendambakan Nara. Karena sekarang titik hidupnya sudah tertumpah pada diri Nara. Bukan pada para wanita yang sekian banyak dijadikan teman pengisi kesepian.
"Sekali lagi aku bilang stop katakan aku tukang menebar cinta, ucapan kamu bikin luka di hati aku. Sepanjang hidupku yang sempit dan sepi aku berharap kamu mengerti sedikit tentang aku."
Mata Edo berkaca-kaca . Nara merasa heran melihat Edo menjadi tiba-tiba sangat cengeng. Apa yang sebenarnya terjadi pada Edo? Padahal Edo selalu terlihat sangat riang mendadak jadi aneh.
"Kamu kenapa?"
"Aku gak bisa bilang sekarang. Bagaimana pun hidupku yang sangat kesepian. Kalau kamu udah tau perjalanan hidup aku, pasti kamu bakal mengerti kenapa aku selalu dekat dengan banyak perempuan, tak lain hanya ingin dibelai kasih sayang."
Nara kaget mendengar perkataan Edo , dibenak Nara bertanya-tanya. Apa yang sebenarnya terjadi dengan Edo?
Pertanyaan yang timbul pada dirinya sendiritak mungkin terjawabkan. Karena Edo tidak menjelaskan mengenai penyebabnya.
Cuma Nara merasakan ada yang beda dari Edo, semacam rasa kasian terhadapnya. Lelaki itu sangat banyak mengungkapkan rasa cintanya dengan setulus hati. Apa salahnya Nara membalasnya? Dimana letak kekurangan Edo? Lelaki itu sangat ganteng kehidupannya mewah. Perasaan Nara semakin resah. Jangan! Jangan! aku tidak boleh mengenal cinta terlebih dahulu. Gak boleh jatuh cinta sama siapapun. Cinta emang sebagian hidup dari diri manusia, tapi aku takut gagal dalam bercinta. Apalagi jatuh cinta pada sosok lelaki ganteng yang kaya raya. Bisa banyak pikiran. keresahan dalam hati Nara akhirnya dapat sirna dengan keteguhan hati.
"Edo bukan aku ingin menolak cintamu, hanya saja aku takut jatuh cinta."
"Takut kenapa?"
"Semua janjimu akan engkau ingkari. Begitupun cintamu pasti akan berpindah ke cewek lain."
Edo menatap wajah Nara dengan tatapan penuh keyakinan. Sementara hatinya terasa begitu pedih dan merana.
"Nara izinin aku buat berteduh di hatimu, mencintaimu mengasihimu, aku akan selalu bahagiakan kamu."
Sekali lagi Nara merasa tertekan oleh perasaannya yang tidak bisa dipahami. Apalagi melihat mata Edo yang terlihat berkaca-kaca. Perasaan Nara jadi iba. Tangan Edo di pegang lembut sambil berkata.
"Kamu gak akan mempermainkan aku kan?"
Edo menggelengkan kepalanya pelan namun mantap. Mata Edo yang tiba-tiba meneteskan air mata bening itu menatap Nara begitu dalam. Nara pun mengusap air mata Edo dengan sapu tangannya.
"Biarin aku menerangi hatimu Nara, berilah aku naungan dengan cinta kasihmu."
"Edo, aku akan mencoba ngertiin kamu, tapi aku belum mampu buat ucapin cinta sama kamu."
"Aku bakal sabar buat nunggu kamu."
"Kamu bakal sabar nungguin aku?"
"Iyaa cantik." Jawab Edo mantap.
Nara merebahkan dirinya pada pelukan Edo. Tangan Edo membelai rambut Nara dengan lembut.
Kedua remaja itu menatap lautan yang terbentang luas di depannya dengan perasaan yang saling bergejolak di dada masing-masing.
Sebelum sore mendatangan mereka berdua harus segera pulang meninggalkan pantai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments