Alexa ikut di dalam mobil Edo, karena gadis itu sedang hangatnya menyukai Edo, kelima mobil itu ngebut laksana setan jalanan. Kecepatan lari mobilnya sangat kencang sekali. Disinilah mereka memanfaatkan untuk menjadikan arena balapan. Kelima mobil itu berhenti berjejer rapi. Suasana lapangan semakin panas dan sangat ramai. Sebelum pertandingan dimulai semua lampu mobil dimatikan. Keadaan menjadi tegang, hanya tinggal cahaya dari rembulan. Vino menjadi tukang finalis. Ketika Vino menghitung satu, dua, tiga, kelima mobil itu langsung tancap gas, dengan kecepatan yang luar biasa. Edo duduk di belakang kemudi dengan tenang. Kedua matanya hampir tak berkedip memandang lurus jalan yang membentang di depannya. Kakinya yang menekan pedal gas terus saja menekan. Edo ketika itu menepati nomer tiga.
Ia tak ingin kalah dengan yang lainnya, dia mengambil jarak untuk menyalip mobil di depannya, satu lawan telah didahuluinya. Tinggal dua lawan lagi yang harus di lalui. Aspal lapangan berubah menjadi rumput tebal. Mereka harus bisa melewati jalan itu tanpa penerangan lampu. Edo memang hebat sekali. Sepatutnya ia di juluki sang pangeran tampan. Dia tak pernah kalah sekalipun dengan lawan-lawannya. Pada akhirnya Edo berhasil mencapai garis finish dengan senang. Alexa lalu memeluk Edo ketika lelaki itu turun dari mobilnya. Menciumi dengan bangga.
Seluruh orang yang berada disitu tepuk tangan atas kemenangan Edo.
Apa yang dicari Edo dengan semuanya itu adalah tak lain hanya ingin mencari pujian. Edo dan Alexa berduaan menyusuri jalanan aspal menjauh dari suasana keramaian teman-temannya. Di bawah sinar rembulan kedua remaja itu mencari tempat romantis. Tangan Alexa bergelayut di lengan Edo. Di bawah pohon yang rindang itu duduk dibawahnya.
"Kenapa lo sekarang jarang kumpul Do?"
"Gua ngerasa segan."
"Bagaimana kabar Risa?"
Risa adalah pacar Edo yang kedua setelah Alexa.
"Biasa aja."
"Dia cinta sama lo."
"Persetan!"
"Dia sama kaya gua, apa gua persetan?".
"Sama aja."
Alexa jadi heran melihat sikap Edo yang berubah keras tak semesra waktu itu.
"Terus lo anggap apa hubungan ini?"
"Teman biasa."
"Jahat lo Do."
"Emang diantara kita ada cinta Alexa? Kan lo yang selama ini berpindah tangan dari Vino, Riko, dan Zidan bukannya kita sama aja kiat semua berhak kali milikin lo tanpa berdasarkan cinta?"
"Lo anggap gua barang mainan, gua cinta sama lo melebihi semuanya, gak nyangka bakal akhirnya jadi pahit gini."
"Gua gak pernah bilang cinta sama lo? Semenjak kita sering berdua. Lo cewek yang lagi kesepian yang lagi cari hiburan. Sama kaya gua pun gitu. Berarti kita cuman butuh hiburan bukan cinta."
Mata Alexa pun berkaca-kaca mendengar kata-kata Edo. Memang benar Edo selama ini tidak pernah mengatakan cinta padanya. Mereka berdua hanya berhubungan begitu saja sebagai teman biasa yang ada kebebasan dalam masalah kenikmatan.
Alexa bangkit dari duduknya meninggalkan Edo. Alexa bernasib sama seperti Edo yang merasa kesepian. Merasa terbuang meski dari keluarga kaya. Dengan perasaan hancur Alexa meninggalkan Edo lalu mendekati semua teman-temannya. Perasaan sakit hati berusaha di sembunyikan di balik senyumnya. Tampaknya Alexa menyimpan dendam pada Edo. Betran mendekati Alexa.
"Di mana Edo , Alexa?"
Gadis itu tak menjawab pertanyaan Betran.
"Kalian lagi berantem?"
Alexa tak menjawab pertanyaan Betran.
"Gua mau tanding sama Edo." Kata Alexa yang membuat Betran merasa heran.
"Lo mau nantang Edo tanding?"
"Gua punya masalah pribadi sama dia."
"Lo kenapa sih berantem sama dia, ada masalah apa?"
Alex tak memberikan jawaban kepada Betran.
Mobil sport yang digunakan Vino adalah milik Alexa. Maka gadis itu menghampiri Vino dan mengambil kunci.
Betran menghampiri Alexa yang telah siap pergi meninggalkan tempat itu.
"Lo mau kemana?" Tanya Betran.
"Balik."
"Sendiri?"
"Yaa."
Gadis itu langsung menancap gas mobil meninggalkan tempat itu. Betran tak bisa berbuat apa-apa selain terdiam seorang diri.
Mobil Alexa melaju sangat cepat, lenyap di telan malam.
Betran mencari Edo di tengah teman-temannya. Ketika Betran berjalan ke arah pohon yang rindang dia melihat Edo duduk sendiri. Lalu Betran menghampiri Edo.
"Lagi ngapain lo disini?"
Edo menoleh ke arah datangnya Betran.
"Lagi mikirin hidup."
"Kenapa lo biarin Alexa pulang sendiri?"
"Gua gak suruh dia balik."
"Lo ada masalah apa sama dia?"
"Gak ada."
"Terus kenapa Alexa nantangin lo tanding balapan sama lo?"
Edo pun kaget mendengar ucapan Betran.
"Alexa bilang gitu sama lo?"
"Yaah."
Edo terdiam mendengar Alexa yang telah berani menantangnya untuk bertanding. Apa maunya Alexa?
Apa dia akan melampiaskan rasa bencinta terhadap dirinya di arena balapan nanti?
Tapi Edo lelaki yang tak pernah gencar dengan semua tantangan. Satu kelebihan Edo tak pernah kalah menghadapi lawannya. Tapi kini dia telah menerima tantangan dari seorang gadis untuk bertanding. Apakah Edo harus diam?
Lelaki yang sedang dilanda banyak pertanyaan pun berdiri menepuk celana levisnya yang kumal.
"Buat apa gua harus ngelawan cewek Betran?"
"Itu semua tergantung lo Do, mau lo tolak atau lo hadepin."
Edo tak menjawab pertanyaan Betran. Dia melangkah meninggalkan tempat itu . Betran mengiringi dari belakang dan tak berucap.
Semua teman-temannya menghampiri Betran dan saling bertanya-tanya ada apa antara Edo dan Alexa keliatannya ada yang sangat serius sekali.
Betran segera menceritakan kepada semua temannya, bahwa Alexa telah menantang Edo bertanding balapan.
Di antara mereka ada yang menjelekkan Alexa ada juga juga yang simpati ada pula yang mengatakan kalau Edo tak berani menerima tantangan Alexa? Edo tak menggubris perkataan teman-temannya. Langsung saja Edo meninggalkan tempat itu dengan perasaan yang tidak di mengerti. Bukankah penderitaan Edo sama dengan Alexa? Mereka sama-sama hampa dari kasih sayang orang tua?
Sebagai pelarian yang mereka lakukan bertarung di arena balapan guna mencari kepuasan lalu bebas bergaul. Obat yang paling didambakan bagi remaja seperti mereka.
Sekarang mereka berdua harus bertanding untuk apa?
Edo menghelakan nafas panjang bak di tindih besi begitu banyak. Mobil Edo telah sampai dirumahnya. Di depan rumah itu banyak mobil yang terparkir membuat Edo merasa kesal.
Ingin marah dan emosi di dadanya itu meledak serasa ingin mengusir tamu Mamahnya yang telah menyeret ke perbuatan maksiat, namun Edo tak bisa melakukannya. Bukannya Mamahnya yang mengajak tamu itu untuk bermain kartu di rumahnya?
Pak satpam membukakan pintu garasi mobil, Edo langsung saja memasukkan mobil ke dalam garasi.
Di ruang tengah Edo melihat Mamahnya yang sedang bermain kartu dengan tiga orang pria yang semuanya berbadan gemuk. Ketika Edo memasuki ruangan tengah Mamahnya hanya tersenyum melihat anaknya berjalan ke tiap anak tangga.
Edo merasa muak melihat senyum ibunya yang penuh kepalsuan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments