Haus Akan Hasrat

Haus Akan Hasrat

Pesta ulang tahun

Bel pun berbunyi tanda waktunya Nara pulang sekolah. Gadis cantik yang ramah dan pintar ini menjadi daya tarik bagi banyak kaum lelaki di sekolahnya. Parasnya yang tak lepas meninggalkan senyum seolah tak beralih dari pandangan laki-laki. Sekarang Nara jadi bahan perbincangan satu sekolah karena di gemari banyak laki-laki.

Semua orang membicarakannya karena kecantikan dan kelembutan hati Nara. Sudah tidak asing jika para lelaki membicarakan seorang wanita, bahkan banyak para perempuan yang iri terhadap Nara.

Nara pun berjalan terus meninggalkan sekolah ditengah perjalanan. Resa sahabat Nara yang menyusul dari belakang.

"Naraa." Teriakk Resa.

Nara pun melihat ke belakang tiba-tiba Resa menarik tangannya membawa ke pinggir jalan ke arah penjual mie ayam.

"Gua laper Nar." kata Resa.

"Makan mie ayam dulu, sambil ada yang mau gua obrolin."

Sambung Resa yang menarik tangan Nara duduk di kedai mie ayam.

Tiba-tiba ada dua orang lelaki saling berboncengan berhenti didepan dua gadis ini.

"Hai cantik boleh kita makan disini bareng-bareng?" Pertanyaan dari salah satu lelaki yang menatap wajah dua gadis ini.

"Boleh asal makanan kita di bayarin." Jawab ketus Resa.

"Pastilah cantik, gengsi dong masa cowok yang dibayarin cewek." Ujar lelaki itu.

"Oh iya nama kamu siapa cantik?" Sambil menyodorkan tangan.

"Nama gua Resa ini temen gua Nara." Jawab Resa dengan tegas.

"Kalau gua Roy ini temen gua Tino." Sahut Roy.

Sementara Nara hanya terlihat tenang sambil tersenyum.

Resa mengajak Nara untuk duduk sejajar dengannya sedangkan Roy dan Tino di depan mereka, satu meja.

Mata Roy yang jelalatan diam-diam terus memandang wajah Nara. Sedangkan Nara tak menghiraukan tatapan Roy, ia asyik memakan mie ayam.

"Cowok jaman sekarang liat cewek cantik dikit serasa mau nerkam aja." Kata Resa menyindir Roy yang dari tadi terus menatap Nara tanpa berkedip. Robi pun merasa terpancing dengan omongan Resa.

"Temen lo cantiknya kelewatan." Spontan Roy.

"Basi pujian lo yang ada pelanggan disini pada kabur liat tingkah lo berdua." Kata Resa.

Nara melirik Resa sambil tersenyum.

Roy yang dari tadi tidak berhenti menatap wajah Nara tersipu malu mendengar sindirian Resa.

Di geplaklah kepala Roy oleh temannya Toni.

"Ton lo apa-apaan sih, sakit tau." Memegang jidatnya yang habis di pukul Toni.

"Lo kalau makan tuh liat ke mangkok bukan liatin cewek." Ucap Toni yang usil melihat tingkah sahabatnya.

Mereka pun tertawa melihat tingkah dua laki-laki ini seakan-akan mereka berempat sudah kenal begitu lama.

"Tapi beneran temen lo Nara cantiknya emang mengalahkan duniaku, coba lo tanya aja." Spontan Toni.

"Emang bener lo cantik Nara?" Sahut Resa.

"Aaah enggak." Jawab Nara dengan lembut.

"Tuhkan lo denger sendirikan? pasti lo ada maunya yakan?".

"Jelaslah gua suka sama temen lo." Jawab Roy singkat.

Nara tak menghiraukan omongan Roy tentang ucapan Roy yang suka padanya tidak ada sedikit rasa marah kepadanya. Namun sebaliknya Resa yang justru merasa jengkel dengar ucapan Roy. Mending kalau mukanya ganteng.

"Ayo pulang Nara, gua enek disini." Ajak Resa terhadap Nara.

"Kok buru-buru banget?" Tegur Toni.

"Kita udah selesai makan jadi harus cepat pulang." Jawab Resa.

"Ayokk!" kata Nara sambil beranjak dari tempat duduknya.

Mereka pun berjalan beriringan menuju ke halte bis yang gak jauh dari tempat kedai mie ayam tadi, di bawah atap halte mereka pun duduk sambil menunggu bis tiba.

"Tuhkan gua lupa Nar, gara-gara cowok tadi sih." Resa merasa kesal padahal niat dia ingin mengajak Nara makan karena ingin mengobrolkan sesuatu terhadap Nara.

"Apa Res?" Sahut Nara.

"Gua mau ngajak lo ke pesta ulang tahun Nia nanti malam. Lo maukan temenin gua buat dateng ke pesta Nia?"

"Nia siapa?"

"Dia sahabat gua sama kaya lo." Jawab Resa.

"Iii gak ahh lo kan bisa ajak cowok lo. Kenapa ajak gua?"

"Kalau ada gua gak akan ajak lo Nar. Maka dari itu gua ajak lo ke pesta temen gua. Bisakan lo?"

"Okey deh tapi lo minta izin dulu ke bokap nyokap gua ya."

"Gua kaya mau ngajak cewek nge date aja harus minta izin."

"Lo kan tau orang tua gua super posesif." Jawabku.

Resa pun hanya mengangguk saja.

Bis pun datang, kedua gadis ini pun kemudian segera naik ke dalam bis. Di dalam bis sudah ramai penumpang, Nara dan Resa pun terpaksa berdiri sembari menghirup aroma bau badan orang-orang di dalam bis. Lalu rupanya ada yang menawarkan Nara dan Resa duduk. Nara pun melempar senyum pada orang baik yang telah menawarkan mereka duduk.

"Enak yaaa punya privilage cantik, kemana-mana selalu aja dapet tempat istimewa." Ucap Resa.

"Apa sih kita semua cantik kok, tidak ada bedanya." Jawab Nara.

Bis pun berhenti Nara dan Resa bergegas turun dan berpisah karena tujuan mereka berbeda arah.

"Nanti malem tunggu gua di rumah lo ya."

"Okeyy dahhh hati-hati."

"Dahh."

Aku dan Resa pun berpisah dan saling melambaikan tangan.

Matahari hari ini sungguh sangat menyengat sekali punggung seperti terbakar.Tiap hari Nara harus melakukan hal ini karena ia sadar sebagai seorang pelajar guna menuntut ilmu dan tidak mau mengecewakan ayah dan ibunya. Ayahnya hanya seorang pegawai kecil sedangkan ibunya mengurus rumah tangga. Nara tau betul sebagai pelajar dia harus semangat untuk menuntut ilmu.

Setibanya di rumah, ibunya menyambut dengan senyum untuk menggembirakan anak gadis satu-satunya ini. Hati Nara pun sangat senang di sambut hangat setiap pulang sekolah, walaupun ia tau sesekali ibunya pun pernah bersedih namun selalu tampak menyembunyikannya.

Terbukti ketika Nara pulang sekolah ibunya selalu menyiapkan makanan untuknya karena sangat sayang sekali pada Nara . "Makanlah dulu nak, tak usah kamu tunggu ayah." Setiap hari ibu selalu seperti itu.

Setelah selesai makan siang, Nara pun kembali ke kamarnya lalu merebahkan diri di ranjang melepaskan rasa lelahnya.

Ibunya selalu melarang Nara untuk membantu membereskan rumah yang dianggap bisa dikerjakan ibunya. Paling-paling ibunya mengatakan "Udah kamu diem aja, belajar aja di kamar."

Siang itu Nara merebahkan badannya di kasur empuk kesayangannya sambil membaca buku novel yang di pinjam dari sahabatnya dua hari berselang. Cuaca hari ini begitu sangat panas sekali membuat gerah. Dengan menggunakan daster tipis dan putaran kipas angin lalu kemudian Nara tidak merasa gerah ketimbang tadi. Semakin larut Nara membaca buku novel, semakin terbuai ia akan kisah dalam novel romansa yang dia baca. Begitu sadar Nara akan kisah remaja jaman sekarang tentang generasi micin apalagi percintaan masa remaja dan cara bergaul yang harus berhati-hati. Karena ia sadar tak ingin mengecewakan orang tuanya. Dan harus selektif memilih pergaulan. Untungnya teman-temannya sangat baik pada Nara dan tak pernah menyakitinya. Nara pun selalu berbicara pada dirinya sendiri tidak akan dulu jatuh cinta sebelum dia berhasil dalam hidupnya.Karena ia tak mau konsentrasinya terganggu akan buaian cinta. Akan terus mempertahankan prinsip yang dia ucapkan.

Novel itu ia letakkan di sampingnya, matanya mulai lelah hawa kasur yang empuk membuatnya ingin tidur. Gadis cantik yang mempunyai tubuh putih mulus tanpa adanya bekas luka pun tertidur lelap di siang hari.

Menjelang petang Nara duduk di teras sambil memainkan ponsel yang di pegangnya. Tiba-tiba sebuah mobil berhenti depan rumah Nara, dengan seorang penumpang yang bergegas turun. Ternyata itu adalah Resa sahabatnya. Nara pun bergegas bangkit dari duduknya untuk menyambut sahabatnya.

"Haii."

"Hai Res, ayo masuk."

Baru saja Resa duduk terdengar suara hentakan kaki dari ruang keluarga, ternyata itu adalah ayah ibu Nara.

"Eh, ada Resa." sahut ibu Nara

"Tante om apakabar?" Sembari mencium tangan ayah ibu Nara.

"Alhamdulillah baik, Res."

"Om tante boleh gak Resa ajak Nara ke pesta ulang tahun temen Resa?" Meminta izin kepada orangtuanya Nara.

"Boleh asal jangan larut malam pulangnya yaa." Jawab ayah Nara dengan tegas.

"Siapp om, aman Resa akan jaga baik-baik Nara."

"Yaudah kalian kalau mau ngobrol-ngobrol berdua, ibu sama ayah masuk kamar dulu."

"Iyah bu."

Wajah Nara berseri-seri karena ayah ibunya mengizinkannya untuk pergi.

"Bentar ya gua ganti baju dulu." Bergegas masuk ke dalam kamar untuk mengganti pakaian. Resa pun menunggu di ruang tamu.

Tiba-tiba terdengar suara langkah sepatu menuju ruang tamu, siapa lagi kalau bukan Nara yang telah siap hendak berangkat ke pesta.Resa pun terpukau melihat sahabatnya menggunakan gaun pendek di bawah lutut dengan rambut terurai.

"Ayok kita berangkat Nar."

"Ayok, ibu ayah Nara pamit dulu."

"Iyah pulangnya jangan malem-malem." sahut ibu Nara.

"Baik bu." Nara dan Resa pamit untuk pergi.

Di sebuah rumah mewah mobil taxi yang di tumpangi dua gadis ini pun berhenti, sudah banyak mobil mewah yang diparkir. Bunyi musik keras pun telah berirama dalam lingkaran lampu disco warna warni.

Nara dan Resa segera masuk ternyata kedua gadis itu telah di sambut oleh pemilik rumah yang melempar senyum.

Nara merasa rendah diri ketika melihat para tamu yang datang sangat elegan dan mewah. Dan kebanyakan anak remaja seumurannya. Resa menyerahkan kado kepada Nia yang malam itu sangat cantik bak ratu kerajaan bajunya yang gemerlap menambah kecantikan wajahnya. Nia pun mengucapkan terimakasih dan mempersilahkan Resa dan Nara menikmati pesta ulang tahunnya.

Nara dan Resa pun duduk di bangku yang sudah di siapkan.

Tiba-tiba suasana pesta semakin meriah ketika datang seorang laki-laki berjas hitam kemeja putih dengan didampingi para gadis. Nara pun terheran dan bertanya pada Resa.

"Itu siapa Res?"

"Oh itu si Edo yang para kaum cewek bilang si tampan."

"Maksud lo?"

"Iya dia cowok paling ganteng tuh liat tiga cewek di dekat dia , nah itu semua pacarnya."

"Parahh." Sergah Nara

Resa pun hanya tersenyum tidak salah Resa telah mengetahui latar belakang Edo sang pangeran tampan.

Acara sambutan pun telah dibuka oleh ayah Nia. Edo si pangeran tampan yang nakal itu sempat sesekali menatap wajah Nara yang cantik dan anggun.

"Nar kayaknya si Edo ngeliatin lo." Berbisik pada Nara.

"Ah abaikan saja." Nara pun nampak acuh.

Setelah acara sambutan selesai, maka acara puncak pun di mulai.

Musik kencang dan lampu disco pun bergema kencang di ruangan itu. Nia pun menarik tangan Edo untuk di ajak menari dan berdansa bersamanya. Tepuk tangan gemuruh dari semua memenuhi ruangan pesta. Edo pun bergaya sangat mempesona, banyak yang tergoda dengan ketampanan Edo. Termasuk Nara yang memberi tepuk tangan kepada Nia dan Edo.

Semuanya pun menari-nari di atas lampu disco dan ketiga cewek yang tadi bersama Edo pun menari bersama laki-laki lain. Dan kelihatan tidak ada terjadi hubungan cinta atau rasa cemburu. Lelaki itupun menghampiri Nara dan Resa.

"Hallo Res, apakabar?" Sapa lelaki itu yang tak lain adalah Edo.

"Baik, kenalin temen gua Nara." Kata Resa.

Nara segera menerima uluran tangan lelaki yang berdiri di depannya.

"Edo Dirgantara."

"Nara."

"Lengkapnya?" Desak Edo

"Ga penting." Tegas Nara

Menarik tangannya yang masih dalam genggaman Edo. Jantung Nara pun bedenyut kencang dan perasaanya tak karuan. Resa pun hanya terdiam dan sudah menduga Edo akan menyukai sahabatnya.

"Kalian dateng sama siapa?"

"Berdua aja." Jawab Resa singkat.

"Nara lo gak bawa pacar?"

"Kepo banget." Jawab Nara tegas.

"Dia belum punya pacar." Sergap Resa sambil bercanda.

Nara pun mencubit sahabatnya merasa kesal dan malu di hadapan Edo.

"Ohhh belum punya pacar, kalau gitu mau gak jadi pacar gua?"

"Wah bisa kacau" Sahut Nara.

"Apanya yang kacau?"

"Lo gak liat para cewek yang segudang itu bisa-bisa ngeroyok gua, bisa mati gua."

Edo pun hanya tertawa mendengar ucapan Nara sama dengan halnya Resa pun tertawa. Nara hanya tertunduk irama musik dari musik disco hingga dangdut membuat terlena para kaum remaja menikmati pesta. Tangan Edo tiba-tiba melingkar di sandaran tempat Nara sesekali jari tangannya membelai rambut Nara. Bak pasangan yang sedang jatuh cinta.

"Apaan sih, jangan gitu tau." Sergah Nara pada Edo yang mulai agresif padanya. Nara pun berdiri dan berpindah kursi.

Edo pun tersenyum baru kali ini melihat wanita yang di temui tidak gampang jatuh cinta. Padahal cewek-cewek yang ia temui biasanya langsung menyukainya.

Tiba-tiba ada laki-laki yang menghampiri Resa untuk mengajak ke tengah menari bersama.

Dengan setengah ragu-ragu Resa pun bangkit dari duduknya. Laki-laki itupun langsung memegang tangan Resa.

"Nar gua tinggal sebentar yaa." Ucap Resa.

Nara mengangguk sambil tersenyum. Nara melihat Resa di peluk oleh lelaki itu dengan mesra. Dan Nara pun berkata dalam hatinya bagaimana rasanya dipeluk oleh seorang laki-laki yang baru dikenal.

"Lo gak mau joget?" Pertanyaan Edo menghentikan lamunannya

"Gua gak bisa joget."

"Terus bisa lo apa?"

"Kepo"

"Mau gua ajarin gak?"

"Gak". Tegas Nara.

"Terus mau lo apa?"

"Duduk."

Edo pun semakin tertarik pada Nara yang begitu cantik dan anggun. Di antara wanita yang pernah jadi pacarnya Nara beda dari yang lain.

"Lo ga nemenin cewek lo?" Tanya Nara.

"Kata siapa itu cewek gua?"

"Gua."

"Jangan asal ngomong, gua sukanya sama lo."

"Cowok kaya lo emang gampang banget bilang cinta ke semua cewek."

"Kayaknya kalau sama lo gak deh."

"Alaaah dasar playboy."

"Gua? playboy."

"Jangan asal nuduh lo."

"Emang salah gua bilang lo playboy?"

"Lo tuh cantik, gua gak peduli orang mau anggep gua yang aneh-aneh. Kalau lo gak mau nerima ungkapan gua, bahwa gua suka sama lo. Gak apa-apa tapi gua gak suka lo bilang gua playboy." sambil memegang tangan Nara. Nara mencoba melepaskan genggaman Edo, tapi Edo memegangnya begitu kuat dan matanya menatap wajah Nara. Gadis itu memberanikan diri menatap kembali wajah Edo. Alangkah gantengnya wajah Edo jantungnya berdenyut semakin kencang perasaan Nara pun menjadi aneh dan tidak bisa di mengerti apalagi ketika saling menatap. Telapak tangan Nara dicium Edo, gadis itu pun terlena matanya terpejam saat tangannya dicium Edo. Lalu tangan Nara diletakkan di pahanya.

"Gua beneran suka sama lo, jangan samain gua dengan apa yang lo bilang."

"Gua gak gampang percaya sama lo apalagi yang gampang tebar pesona kesana kemari, setelah lo dapetin gua, habis manis sepah dibuang."

"Gua janji bakal bahagiain lo."

Janjinya bagai surga bagi para wanita, gadis itu pun takut jika janji itu akan membawa hal buruk pada dirinya. Karena dalam waktu singkat ia telah mengatakan cinta padaku. sudah jelas lo mudah jatuh cinta.

"Cinta itu gak kenal waktu dan tempat, cinta adalah rasa yang bisa dinikmatin dan sulit dimengerti." Sahut Edo meyakinkan Nara.

"Ngomong apasih, udahlah lo pergi kasian tiga cewek lo cari-cari." Kata Nara sambil menoleh kepada orang-orang yang sedang menari.

Bersamaan itu pula Resa menghampiri ke arah duduknya Nara , sambil tersenyum. Nara pun melihat jam tangannya "Ayok, kita pulang." Ajak Nara kepada Resa.

"Acaranyakan belum selesai?" Sahut Edo.

Keputusan Nara pun bulat ingin pulang tidak bisa di tunda lagi , Nara pun beranjak dari duduknya dan menarik tangan Resa bergegas pulang.

"Naraa gua bolehkan rindu sama lo." Kata Edo sambil teriak yang melihat Nara tengah menaiki mobil.

"Boleh, kalau lo sanggup." Jawab Nara.

"Kapan kita ketemu?"

"Kalau lo ga mati duluan, Daaa."

"Daaa,"

Nara dan Resa pun pulang di perjalanan Resa menasehati sahabatnya agar tidak percaya dengan omongan para lelaki buaya.

"Lo harus hati-hati sama Edo, cowok gampang banget mempermainkan cinta."

"Tenang Res, gua gak gampang jatuh cinta."

Mobil yang di tumpangi telah sampai dirumah Nara. Nara bergegas turun dari mobil.

"Langsung pulang lo Res, jangan keluyuran."

"Siapp Nara.Daa Naraa."

"Daa Resa, sampai ketemu besok."

Mobil pun melaju meninggalkan Nara.

Setiba di rumah gadis itupun masuk ke kamarnya membaringkan badan sebari menggunakan daster pendek yang tadi ia telah berganti pakaian. Tiba-tiba melintas wajah Edo yang ganteng dan senyuman yang manis menawan .

Terpopuler

Comments

Khairalubna Babyshop

Khairalubna Babyshop

semangat kak

2024-01-02

0

calliga

calliga

Semangat thor!

2023-07-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!