Malam berkesan

Hari ini adalah hari penerimaan rapot bagi seluruh murid SMA Adikta. Beberapa murid meneliti satu persatu rapotnya. Ada yang menggerutu ada yang senang melihat nilai rapotnya yang bagus.

Di antara murid-murid yang sedang ramai membicarakan hasil rapotnya masing-masing, terlihat wajah cerah salah satu murid SMA Adikta yang menjadi siswa berprestasi yang tak lain adalah Nara Amelia. Kemudian Nara mengedarkan pandangannya ke semua murid di kelas itu. Matanya mencari Resa. Ternyata yang dicari berdiri di belakangnya.

"Bagaimana hasil rapotmu Nar?" Tanya Resa pada Nara.

"Yahh cukup memuaskan."

"Wahh lo emang hebat Nar."

"Terimakasih sahabat gua yang paling lucu."

Nara dan Resa pun berjalan pergi meninggalkan kelasnya, untuk pulang kerumah.

"Lo dapat salam dari Edo." Kata Resa pada Nara.

"Si Edo kok cengeng banget yaa, Res."

"Kemarin dia nangis di depan gua, pas dia bilang hidup dia begitu sunyi."

"Dia itu emang perlu dikasihani." Jawab Resa.

"Kenapa?"

"Edo itu salah satu orang yang kesepian, makanya butuh kasih sayang, karena gak bisa di dapatkan dari kedua orang tuanya."

"Dia gak di perhatiin?"

"Bisa jadi gitu sih."

"Coba lo jelasin lebih detail."

"Gak ah itukan kehidupan mengenai dia, gua gak berhak bilang banyak-banyak. Yang jelas dia benar-benar tulus sama lo."

Nara tak berucap dan ingin bertanya mengenai kehidupan yang menyebabkan Edo menangis mengutarakan kesepiannya.

Mereka berdua berjalan menuju ke halte bis. Ketika sampai mereka pun berpisah berjalan masing-masing.

Nara berjalan menyusuri jalan namun pikirannya hanya terpusat pada Edo.

Kenapa lelaki itu begitu cepat jatuh cinta sama aku, apakah sama seperti orang-orang yang semata-mata hanya melihat dari rupaku?

Bukankah semua pacar Edo cantik?Aaahh, kapan sih cinta seorang laki-laki bisa datang secepat itu, apa yang datang cepat akan pergi secepat itu juga.

Setumpuk pertanyaan menyesaki dadanya. Lalu apakah gadis yang telah dijatuhkan dan terpaksa harus menangis, mengeluh dengan hilangnya cinta palsu.

Nara baru menyadari tak terasa dia sudah sampai dirumah.

"Nara pulang." Sambil bersalaman kepada ibunya.

"Bu ayah belum pulang?" Tanya Nara

"Ayah kemungkinan pulang minggu depan, karena masih banyak kerjaan."

"Ohh begitu, yaudah Nara pergi ke kamar dulu yaa bu ingin ganti baju."

"Yaudah makanan sudah ibu siapkan di atas meja."

Nara pun pergi dalam kamar membaringkan badannya di tempat tidur. Lagi-lagi pikirannya membawa dia akan bayang-bayang Edo masih banyak segudang pertanyaan tentangnya yang belum dapat terjawab. Benar-benar laki-laki itu telah membuatku terlena, kenapa harus datang kehidupku tapi aku sangat merasa penasaran dan kasian akannya, haruskah aku begitu dalam mencintainya. Ah sudahlah lebih baik sekarang aku tidur rasanya hari ini lelah sekali."

Malam tiba mobil berderum keras. Terdengar suara pintu mobil tertutup. Nara mengintip dari dalam jendela kamarnya, dia kaget ternyata yang ia lihat adalah Edo.

Ibunya menyambut kedatangan Edo dengan senyuman ramah.

Sementara Nara merapihkan diri di kamar dengan wajah ceria.

Ibunya menjumpai Nara di kamarnya.

"Nara, ada Edo di depan."

"Iyaa bu."

Nara segera berjalan ke ruang tamu untuk menjumpai Edo.

Senyuman manis terlihat indah di wajah Nara ketika saling bertatap bersama Edo.

"Ngapain lo kesini?"

"Suka-suka akulah."

"Lagi ngapain kamu didalam kamar?" Timpal Edo.

"Suka-suka gua lah."

"Kita keluar yuk, ada yang mau aku bicarain, jangan nolak yaa?"

"Gua gak biasa pergi malem."

"Please deh kali ini jangan tolak ajakan ku Nara."

Nara tak bisa berkata-kata lagi kata-kata Resa terngiang di kepala agar iya mengasihi Edo.

Sorot tatapan Edo pun mengharapkan Nara tak menolak ajakannya, semakin meluluhkan hati Nara yang semakin goyah.

"Okey, gua izin dulu sama ibu."

Alangkah senangnya jika ibu mengizinkan aku pergi bersama Edo. Nara pun berjalan masuk ke ruang tengah dan menemui ibunya.

Sementara Edo duduk sendirian di ruang tamu dengan perasaan tak menentu. Sebentar saja Nara sudah kembali ke ruang tamu sambil tersenyum.

"Gimana, bolehkan?"

"Boleh, asalkan pulangnya jangan lebih dari jam sepuluh."

"Yess.. betapa senangnya aku yaudah kamu ganti baju dulu sana."

"Yaudah tunggu, gak akan lama."

Nara berjalan ke kamarnya dengan perasaan gembira di temani ibunya.

"Bu gak apa-apa kan Nara berteman dekat Edo?"

"Ibu gak akan melarang kamu bergaul sama siapapun, asal kamu bisa jaga diri."

"Siapp bu aku akan selalu hati-hati."

Sebentar Nara berdandan lalu menemui Edo di ruang tamu dengan di barengi ibunya. Edo menyabut dengan senyuman

"Pulangnya jangan lebih dari jam 10 yaa Edo." Kata ibunya terhadap Edo.

"Baik tante, Saya permisi dulu." Edo dan Nara berjalan pergi meninggalkan rumah.

"Lo mau bawa gua kemana?"

"Bisakan manggilnya gak usah lu gua lagi, bukan kita udah sepakat."

"Okey, sorry aku lupa."

"Aku bakal ngajak kamu ke tempat pertama aku ajak kamu."

"Pantai?"

"Iyaa, kamu kan belum pernah lihat keindahan pantai di waktu malam, pasti kamu bakal senang."

Tak lama kemudian mobil itu telah memasuki pantai, Edo menghentikan mobilnya di tempat parkirnya.

Edo menatap Nara yang duduk di sampingnya.

Tangan Edo meraih jari-jari Nara dengan lembut.

"Ayok, turun." Kata Edo dengan mantap dan mesra.

Tatapan mata Edo begitu meresap di lubuk hati Nara paling dalam. Nara merasakan detak jantung yang tak karuan.

Ada perasaan aneh pada hatinya. Tangan Nara ditariknya perlahan ke arah hidungya lalu diciumnya dengan lembut.

Nara tak menolak, dibiarkan saja lelaki itu mencium ujung jarinya.

"Lihat deh kelangit ada bulan dan bintang menerangi alam kita. Malam ini kita duduk berdua di atas mobil menikmati keindahan pantai. Kamu senangkan Nara?"

Nara hanya mengangguk pelan. Kemudian menatap langit yang penuh bintang menambah suasana pantai semakin romantis.

"Sampai kapan aku harus nunggu jawaban kamu Nar?"

Edo menarik tubuh Nara ke dalam pelukannya. Gadis itu menurut saja. Kemudian Edo membelai rambutnya yang hitam dengan sangat lembut.

"Jangan siksa aku begitu lama dengan perasan ini Nara."

"Kan kamu udah janji bakal senantiasa bersabar, nungguin jawaban aku? Kita sama-sama mempunyai sekeping hati, namun bagiku masih banyak yang di pertimbangkan."

"Menurutmu karena aku hanya akan mempermainkanmu?"

"Yaah."

Edo menatap wajah Nara dengan perasaan begitu dalam.

"Sadar gak kamu lagi ditatap sama aku, akan seseorang yang tengah kesepian?"

"Kamu harus sabar, akukan udah membukakan pintu hatiku untukmu?"

"Tapi kenapa kamu belum mau bilang cinta sama aku?"

Nara merebahkan kepalanya di dada Edo. Tangan edo meraba-raba pipi halus Nara, kemudian memegang dagunya yang mungil mengangkatnya ke depan wajah Edo. Mata mereka saling menatap wajah Edo semakin mendekat ke wajah Nara. Edo melihat bibir merah merekah yang banyak mengandung magnet. Edo menggulum dengan mesra, lembut dan hangat. Dan Nara hanya pasrah. Yang dapat dirasakannya hanya seperti terbang semuanya terasa milik berdua.

Edo merasakan kejanggalan Nara.

"KAMU!"

Nara pipinya merah, dia tersipu malu.

"Aku baru pertama kali, kamu keterlaluan Edo." Sambil mengucapkan itu Nara mencubit pinggang Edo dengan manja. Edo merengek kesakitan namun penuh cinta.

"Terus kenapa kamu mau?"

"Iiii.. kamu ngeselin."

Nara mencubit Edo lagi. Hati Edo tambah merasa bahagia. Edo pun semakin merapatkan pelukannya. Tubuh Nara yang hangat semakin tenggelam dalam pelukan mesra Edo, seperti tenggelamnya bibir Nara yang indah ke dalam ******* halus mesra dari bibir sang pangeran.

Ketika lampu sorot mobil di depannya menyala, ciuman mereka lepas. Wajah Nara semakin merah dan tersipu malu. Maka segera saja wajahnya bersembunyi di balik dada Edo.

"Kalau saja kamu mau ngungkapin kata cinta buat aku, serasa ingin hidup seratus abad lagi."

Gadis itu masih menyenderkan mukanya di dada Edo.

Waktu berjalan sangat cepat. Seperti yang telah dipesankan ibu Nara mereka harus pulang. Padahal jam tangan Nara menunjukkan sudah jam sepuluh, segera Nara mengajak Edo pulang. Edo tak membantah dan segera masuk ke dalam mobil untuk pulang. Di dalam perjalanan pulang, Nara yang duduk di samping Edo merasakan perasaan yang tak karuan perasaan senang dan malu. Namun mata mereka saling mencuri-curi pandang dan tersipu malu. Dunianya di penuhi oleh Edo.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!