Minggu pagi yang cerah, Nara menyirami bunga di halaman rumahnya yang sudah mulai mekar. Banyak sekali bunga yang sudah mulai mekar sehingga hinggaplah kupu-kupu lucu yang menghisap sarinya.
Tiba-tiba seorang lelaki turun dari motornya ternyata itu adalah Roy tersenyum raut mukanya lelaki itu.
"Lagi asyik ya nyiramin bunga, Nar." Tegur Roy
"Lo kok tau rumah gua?" Merasa heran.
"Apa sih yang gua gak tau tentang lo."
"Gua gak di suruh masuk gitu?"
"Yaudah silahkan masuk." Ajak Nara pada Roy.
Roy pun mengikuti langkah kaki Nara menuju ke ruang tamu. Nara mempersilahkan Roy duduk, tiba-tiba ibunya Nara melihat ke ruang tamu ingin melihat siapa yang datang bertamu.
"Ohh, ada tamu? Kata ibunya Nara.
"Ini temen sekolah Nara bu." Jawab Nara menjelaskan.
Roy mengangguk hormat pada ibu Nara.
Ibu Nara pun tersenyum, lalu masuk ke ruang dalam. Nara pun duduk terlihat demikian sangat anggun di mata Roy.
"Ngapain lo liatin gua kaya gitu?" Merasa risih
"Cantik". Tegas Roy.
Ibu Nara berjalan keluar dari ruang dalam sambil membawa minum.
"Gausah repot-repot tante." Basa-basi Roy.
"Yaa adanya cuman air teh. Ayo diminum."
"Baik tante, terimakasih."
Ibu Nara pun berjalan masuk ke ruang dalam setelah meletakan minuman itu di atas meja tamu.
"Hari libur gini lo gak pergi ke mana-mana?"
"Gua lebih suka di rumah." Jawab Nara.
"Kalau gitu kita jalan yuk keluar?"
"Males, ah."
Nara pun mengambil majalah yang ada di meja, kemudian membalik-baliknya, agar mengurangi rasa jenuh terhadap Roy.
Mobil pajero berhenti di depan halaman rumah Nara tanpa menimbulkan suara mesin yang berderum. Pengemudi mobil sengaja mematikan mesinnya dari jauh supaya kedatangannya tidak diketahui oleh pemilik rumah. Seorang lelaki itu tiba-tiba turun dari mobil.
Wajahnya ganteng berpotongan tubuh ideal. Rupanya lelaki ini bersikap konyol. Jalannya menunduk agar tidak diketahui gadis yang sedang mengobrol.
Tubuh lelaki itu merapat pada jendela rumah dengan sepasang telinga yang diarahkan kepada pembicaraan seorang gadis bersuara lembut.
Tiba-tiba saja lelaki itu kaget, ketika pantatnya dicolek oleh anak kecil. Rupanya itu Seno anak dari adik ibunya Nara yang sedang berlibur di rumahnya, sedari tadi sudah mengawasi tamunya yang agak aneh ini. Edo segera menoleh ke arah anak kecil yang membuatnya kaget.
"Sedang apa kak disini?" Tanya Seno.
"Suuttt." Edo memberi isyarat agar Seno tidak berkata lagi. Anak kecil itu pun menurut.
"Itu siapa yang jadi tamunya kak Nara?" Tanya Edo sambil berbisik.
"Enggak tau kak. Aku benci sama tamunya itu."
"Kenapa?"
"Orangnya jelek, kak Nara kan cantik."
"Kalau kakak yang menemani kak Nara bagaimana?"
"Seno lebih suka sama kakak."
"Kenapa?"
"Kakak ganteng kak Nara cantik jadinya cocok."
Edo tertawa dibuatnya, Seno pun demikian tertawa pula. Anak kecil ini tertawanya puas sehingga terdengar sampai ke telinga Nara.
"Lagi ngapain Seno?"
"Jawab, sedang pacaran." Kata Edo, agar Seno mengucapkan perkataan yang baru saja diucapkan oleh Edo. Anak kecil yang tidak tahu apa-apa menurut saja.
"Seno sedang pacaran kak."
Nara terkejut mendengar perkataan Seno. Maka Nara segera bangkit dari duduknya dan mendekati Seno. Betapa kagetnya Nara melihat Edo sudah bersama Seno.
"Heh ngapain kalian di situ?" Tanya Nara pada Edo.
"Sorry gua udah ganggu orang yang lagi pacaran." Jawab Edo.
"Siapa yang lagi pacaran?"
"Alaah gak usah malu-malu gitu, gua kan ngintip lo dari tadi."
"Apaan sih jangan sok tau deh. Ayok masuk."
"Gak ah entar cowok lo marah."
"Apasih mau gua cubit ya lo nanti."
"Ada pacarnya kok berani cubit orang lain, kalau cemburu gimana."
"Lo apa dia yang cemburu?"
"Siapa ya?" Edo berlaga polos.
"Pastinya sih lo."
"Nah lo tau itu." Edo bergembira seperti anak kecil.
Nara jadi geli melihat tingkah Edo yang persis anak kecil. Lalu Nara menarik tangan Edo ke dalam rumah.
Seno mengikuti dari arah belakang Edo. Nara memperkenalkan Edo pada Roy.
Kedua lelaki itu saling bersalaman menyebutkan nama. Ibu Nara pun ke ruang tamu untuk melihat siapa lagi tamu yang datang. Edo melempar senyum ramah pada sang mertua. Ibu Nara membalas ramah pula. Roy agak minder melihat Edo yang datang disambut ramah oleh Nara. Mata gadis itupun berubah binar. Roy pun semakin merasa terganggu akan kehadiran Edo.
"Gua pulang ya Nar."
"Kok buru-buru."
"Lupa gua ada acara touring ke puncak."
"Oh yaudah."
Roy berjalan keluar rumah dengan diantar Nara sampai teras. Setelah Roy berlalu dari pandangannya, gadis itu pun masuk kembali ke ruang tamu menjumpai Edo. Seno duduk di sebelah Edo.
Tantenya pun memanggil Seno yang tak lain adalah ibunya Nara. Anak kecil itu berlari masuk ke dalam ruang tengah. Nara tak berani menatap mata Edo terlalu lama, karena perasaannya jadi berubah tak menentu. Gadis itu menundukkan mukanya sambil menatap ujung kaki yang mulus putih bersih.
"Gua mau ngajak lo jalan?"
"Gua takut ayah ibu marah."
"Gua bersedia, nanti yang akan meminta izin ke orang tua lo."
"Gak ah nanti gua dibawa ngebut lagi."
"Gua janji gak akan ajak ngebut lagi, dan janji gua akan ditepati."
"Bener yaa?"
"Iya cantik."
"Dan lo juga harus janji jangan buat gua kesel."
"Isinya janji aja terus? Kapan bisa bebasnya?"
"Mau janji gak? Kalau gak mau berjanji gua gak mau jalan sama lo."
"Iyaa cantik, gua bakal laksanain semua janji gua. Asalkan ajakan gua tadi gak lo tolak."
"Kalau orang tua gua gak izinin, lo gak akan ngamukkan?"
"Gua bukan laki-laki yang suka ngamuk, tapi suka senyum."
Nara berjalan ke ruang tengah menjumpai ibunya. Nara dan ibunya keluar dari ruang tengah. Edo segera berdiri menghadap ibunya Nara.
"Tante boleh gak saya ajak Nara keluar?" Meminta izin.
Ibunya tersenyum kepada Edo sambil menilai sopan santun yang dimiliki Edo. Mengenai wajah Edo emang ganteng sesuai dengan Nara yang cantik.
"Tante izinin kalian pergi, asalkan paling lambat sore hari kalian harus sudah pulang."
"Siap tante." Jawab Edo bergirang hati.
"Yaudah gua ganti baju dulu." Ucap Nara.
Nara bergegas ke kamar dan mengganti pakaiannya. Tampak Nara kebingungan memilih pakaian yang harus dikenakan untuk pergi bersama Edo si pangeran tampan.
Akhirnya Nara menggunakan celana jeans pendek dan baju croptop yang di tutupi rompi. Di depan cermin Nara menatap dirinya yang tiada celanya.
Dalam pakaian yang dikenakan itu menambah daya tarik orang untuk mengaguminya. Nara menjumpai Edo di ruang tamu dengan ditemani ngobrol ibunya.
"Okey aku udah siap." Kata Nara terhadap Edo.
"Tante saya permisi dulu." Edo memohon pamit pada ibunya Nara. Perempuan itu mengantarkan mereka berdua sampai di teras.
Ketika mobil mulai melaju pelan Nara sempat melambaikan tangan kepada ibunya. Edo mengedipkan matanya lalu tersenyum terhadap Nara. Gadis itu tersipu menatap mata dan senyuman lelaki yang ganteng ini. Mobil telah jauh meninggalkan rumah Nara. Dengan duduk bersandar di jok depan Nara bagaikan sang bidadari turun dari surga.
Edo memegang kemudi dengan santai. Sebentar-sebentar melirik ke arah Nara yang takut secara tiba-tiba hilang tak berbekas.
Terus terang Edo pun benar-benar mabok kepayang terhadap Nara yang begitu cantik dan anggun.
"Mau kemana kita?" Tanya Nara.
Edo pun hanya terdiam dan fokus menyetir menghiraukan pertanyaan Nara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments