Pemuji 16: Jumpa Mata Samudera

*Perjanjian Muara Jerit (Pemuji)*

Garis Merak dan Swara Sesat berkuda santai menuju ke salah satu rumah santai yang ada di Pantai Segadis itu. Pemandangan langit senja sungguh indah yang didominasi warna merah muda. Sepertinya sang senja sedang kasmaran.

Matahari sudah tenggelam sepenuhnya, tinggal menuggu gelap datang memberi salam. Pantai yang sempat sangat ramai di kala matahari masih utuh di sisi barat, telah berkurang drastis jumlah pengunjungnya. Sejumlah usaha di pantai itu sudah mulai berkemas untuk pulang agar bisa beristirahat dan bercengkerama dengan anak dan istri di rumah.

Garis Merak dan Swara Sesat baru kembali dari mencari informasi tentang pembuat kapal besar di sepanjang separuh pantai. Namun, mereka hanya mendapat informasi tentang pembuat perahu ukuran kecil atau kapal berukuran kecil. Itu belum sesuai yang mereka inginkan.

Sejak dulu, Swara Sesat selalu cocok dengan Garis Merak, tidak seperti dengan yang lain, yang selalu sewot kepada lelaki gemuk itu. Padahal Swara Sesat selalu tenang pembawaannya.

Saat mereka kian dekat dengan rumah santai yang dituju, dari arah lain datang berkuda Reksa Dipa menghampiri.

“Bagaimana, Reksa? Apakah kau menemukannya?” tanya Swara Sesat lebih dulu ketika suami Garis Merak itu tiba.

“Tidak,” jawab Reksa Dipa singkat.

“Di mana?” tanya Swara Sesat lagi.

Reksa Dipa tidak menjawab, tetapi Garis Merak yang memberi isyarat tangan kepada Swara Sesat.

“Oh, tidak. Kau mencandaiku saja, Reksa,” kata Swara Sesat setelah memahami bahasa isyarat Garis Merak.

“Hihihi!” tawa Garis Merak sambil memandang suaminya yang tanpa ekspresi.

“Bagaimana dengan kalian?” tanya Reksa Dipa.

“Yang ada hanya pembuat perahu biasa,” jawab Garis Merak.

Mereka melanjutkan langkah kudanya menuju ke rumah santai tempat mereka sepakat berkumpul kembali. Di depan rumah santai yang seperti pos siskamling itu, terlihat Kurna Sagepa sedang berdiri.

“Ikan Kecil, Garis Merak sudah datang,” kata Kurna Sagepa kepada orang yang ada di dalam rumah santai yang hanya terdiri satu ruangan.

Tidak berapa lama, dari dalam rumah santai muncul sosok kecil tua, yaitu Ikan Kecil. Terkejut Garis Merak dan Swara Sesat melihat orang kecil yang bisa mereka langsung kenali.

“Ikan Kecil? Kau belum mati?” teriak Swara Sesat dengan wajah tersenyum lebar dan mata berbinar-binar.

“Hihihi!” tawa Garis Merak melihat Ikan Kecil.

Sementara Reksa Dipa diam saja, karena dia memang tidak ingat dengan orang itu, meski dulu pernah bertemu sekali saat bertempur dengan Ginari jahat dan orang-orangnya sepuluh tahun lalu.

Swara Sesat buru-buru turun dari kudanya dan berlari menghamburkan diri kepada Ikan Kecil.

“Ikan Keciiil!” teriak Swara Sesat.

“Sesaaat!” teriak Ikan Kecil pula dan berlari menyambut Swara Sesat dengan pelukannya pula. Mirip adegan sepasang kekasih penyanyi Boly-Boly.

Orang besar dan kecil itu saling berpelukan.

“Hekh!” keluh Ikan Kecil saat dipeluk oleh sahabat gendutnya. Seperti dicekik, bukan seperti dipeluk.

“Hahaha!” tawa Swara Sesat begitu senang bertemu dengan sahabatnya.

“Le-le-lepaskan! Lepaskan!” teriak Ikan Kecil sambil menepak-nepak bahu Swara Sesat.

“Hahaha!” tawa rekan yang lain melihat hal itu.

Swara Sesat buru-buru melepaskan pelukannya setelah sadar bahwa Ikan Kecil megap-megap.

“Dari mana saja kau, Tua Kecil? Hahaha!” tanya Swara Sesat sambil menepak kencang bahu Ikan Kecil, membuat orang kecil itu mengerenyit.

“Aku tetap seorang bajak laut,” jawab Ikan Kecil bangga.

“Hah! Peternak belut? Hahaha!” kejut Swara Sesat lalu menertawakan.

“Aaah, aku sikut juga nih. Sepuluh tahun berpisah, tulimu tidak kunjung sehat,” gerutu Ikan Kecil.

“Beternak belut apanya yang hebat? Nih, lihat kami. Kami menjadi Pasukan Penguasa Telaga, bertarung dengan ikan-ikan siluman rakasasa,” kata Swara Sesat sambil tepuk dada.

“Apa hebatnya berlayar di telaga. Seluas-luasnya telaga, tetap saja tidak seluas samudera,” kata Ikan Kecil.

“Daripada kau membandingkan sesuatu yang tidak pernah kau rasakan, lebih baik katakan di mana Kakek Mata Samudera,” kata Garis Merak yang sudah turun dari kudanya.

“Mata Samudera sekarang jadi Ketua Bajak Laut Elang Samudera. Dia ada di kapal sana,” jawab Ikan Kecil sambil menunjuk ke arah sebuah kapal yang jauh bersauh di lautan.

Garis Merak, Reksa Dipa dan Swara Sesat memandang ke lautan dan melihat kapal besar yang berbendera merah bergambar, tetapi tidak jelas apa gambarnya. Jangan menebak apa gambarnya!

“Itu kapal siapa?” tanya Swara Sesat.

“Itu kapal Mata Samudera!” jawab Kurna Sagepa dengan setengah berteriak kepada Swara Sesat.

“Oh, kapal Mata Samudera. Lalu di mana Mata Samudera?” kata Swara Sesat.

“Di sana! Di sana!” teriak Kurna Sagepa sambil mendelik-delik kesaal kepada Swara Sesat dan menunjuk berulang ke arah kapal di lautan.

“Tidak usah seperti itu, aku juga dengar,” kata Swara Sesat sambil mendorong wajah Kurna Sagepa. “Kalau tidak ada di sana, lalu ke mana Mata Samudera? Pasti mukanya semakin jelek karena tambah tua. Hahaha!”

“Kalian sudah dapat pembuat kapal yang kalian cari?” tanya Ikan Kecil.

“Tidak ada,” jawab Garis Merak.

“Pembuat kapal besar yang handal ada di Pantai Pendek di selatan. Ketua Mata Samudera akrab dengannya. Lebih baik kita pergi menemui Mata Samudera sekarang. Ketua pasti mau mengantar kalian langsung ke Pantai Pendek,” kata Ikan Kecil.

“Malam ini juga ke Pantai Pendek?” tanya Reksa Dipa.

“Mungkin besok pagi. Kalian bermalam di kapal saja. Kami juga ada anggota perempuan yang cantik yang masih sendiri, mungkin jodoh untuk Kurna,” kata Ikan Kecil.

Kurna Sagepa cepat mendorong belakang kepala Ikan Kecil dengan jari tangannya.

“Hahaha!” Ikan Kecil justru tertawa.

“Baiklah, kita ke kapal!” seru Garis Merak.

Maka senja itu, mereka pun naik perahu untuk sampai ke kapal Bajak Laut Elang Samudera. Sementara kuda-kuda mereka titipkan. Tentunya dengan uang jasa penjagaan.

Menumpangi satu perahu membuat ngeri-ngeri asik. Perahu melaju seperti mau tenggelam saja membelah ombak. Namun, jikapun nantinya tenggelam, mereka tidak akan merasa susah karena sudah terbiasa berenang, kecuali Legam Pora.

“Ketua! Ada rombongan asing yang datang!” teriak seorang lelaki bajak laut di Kapal Elang Biru yang berbendera merah dengan gambar elang hitam sedang terbang.

Teriakan lelaki berambut merah terbakar itu memancing rekan-rekannya yang lain datang ke pinggiran kapal untuk melihat rombongan apa yang datang. Oh ternyata rombongan manusia yang dipimpin oleh Ikan Kecil.

Seorang kakek berambut serba putih dan berpakaian hijau gelap datang pula ke pinggir kapal besar tersebut. Kakek yang masih terlihat gagah di usianya yang kepala delapan itu memiliki jenggot panjang seperut yang dikepang tiga. Alis putihnya juga tebal, menaungi sepasang matanya yang merah dan tajam. Di sabuk tebalnya, tepatnya di bagian perut, terselip sebuah pisau panjang melengkung bergagang dan bersarung biru. Kakek yang pada kedua bawah matanya ada tato taring warna kuning, itulah yang bernama Mata Samudera, Ketua Bajak Laut Elang Samudera.

Ketika melihat wajah-wajah orang di atas perahu yang datang mendekat, Mata Samudera hanya manggut-manggut.

Singkat cerita.

Kelima pendekar dari Kerajaan Sanggana Kecil telah duduk melingkar satu lingkaran dengan Mata Samudera. Di tengah-tengah mereka tersaji makanan hewan laut yang bumbunya hanya garam semata. Itu aturan Mata Samudera agar semua anggota kelompoknya memiliki karakter gampang marah dengan hanya mengkonsumsi ikan dan garam.

Sebagai sahabat lama, terlebih Garis Merak adalah putri dari mendiang sahabat kentalnya, Mata Samudera menganggap kelima tamunya sebagai tamu penting dan istimewa. Mereka pun berbagi kabar dan cerita selama sepuluh tahun yang tidak mereka lalui bersama-sama. (RH)

Terpopuler

Comments

@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈

@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈

ya ampun bajak laut kok jadi peternak belut .. telinga nya benar " ngk sempurna 🤭

2023-09-06

2

ᴄᷤʜͦɪͮᴄͥʜͣɪᷡᴋͣ

ᴄᷤʜͦɪͮᴄͥʜͣɪᷡᴋͣ

Reunian nich asik nich

2023-09-02

2

◌ᷟ⑅⃝ͩ● °°~°°Dita Feryza🌺

◌ᷟ⑅⃝ͩ● °°~°°Dita Feryza🌺

eleh2 langitpun bisa kasmaran, apalagi aku😍🤣

2023-08-27

1

lihat semua
Episodes
1 Pemuji 1: Tamu Lancang
2 Pemuji 2: Melihat Permaisuri Nara
3 Pemuji 3: Permaisuri Paling Sakti
4 Pemuji 4: Lima Pendekar Utusan
5 Pemuji 5: Joko Tenang
6 Pemuji 6: Tiga Istri Pelaut
7 Pemuji 7: Menertawakan Pendekar Receh
8 Pemuji 8: Tamu Agung
9 Pemuji 9: Tawaran Kerja Sama
10 Pemuji 10: Bertemu Sahabat Lama
11 Pemuji 11: Mencari Joko
12 Pemuji 12: Obrolan Rujak
13 Pemuji 13: Perintah Rahasia Joko
14 Pemuji 14: Perasaan Putri Ani
15 Pemuji 15: Budidaya Ikan Perut Emas
16 Pemuji 16: Jumpa Mata Samudera
17 Pemuji 17: Bayangan Joko Mengganggu
18 Pemuji 18: Pembunuh Gelap
19 Pemuji 19: Bertemu Lagi
20 Pemuji 20: Muara Jerit
21 Pemuji 21: Tawa Putri Ani
22 Pemuji 22: Serangan Berbahaya
23 Pemuji 23: Pertolongan Joko
24 Pemuji 24: Mengobati Putri
25 Pemuji 25: Target Lain
26 Pemuji 26: Pembunuh yang Hilang
27 Pemuji 27: Kabar Mengejutkan
28 Pemuji 28: Terduga Pembunuh
29 Pemuji 29: Jasa Rompi Merah
30 Pemuji 30: Pasukan Pengaman Putri Datang
31 Pemuji 31: Pisah dan Janji
32 Pemuji 32: Seteru Ayah Anak
33 Pemuji 33: Pengirim Lintas Dunia
34 Pemuji 34: Peringatan Dari Menteri
35 Pemuji 35: Selamat Jalan Agi Lodya
36 Pemuji 36: Serangan Manusia Kalong
37 Pemuji 37: Amarah Prabu
38 Pemuji 38: Kekasih Putri Ani
39 Pemuji 39: Menyergap Joko
40 Pemuji 40: Pelajaran dari Joko
41 Pemuji 41: Kisah Putri Ani
42 Pemuji 42: Jawaban Jujur Joko
43 Pemuji 43: Nyai Bale
44 Pemuji 44: Gusti Raja
45 Pemuji 45: Putri Ani Cinta Joko
46 Pemuji 46: Kehilangan
47 Pemuji 47: Reksa Dipa Rusuh
48 Pemuji 48: Amukan Reksa Dipa
49 Pemuji 49: Putri Ani "Diperkosa"
50 Pemuji 50: Istana Ratu Serigala
51 Pemuji 51: Keterkejutan Para Istri
52 Pemuji 52: Perguruan Tunas Mahkota
53 Pemuji 53: Pangeran Tirta Gambang
54 Pemuji 54: Hutan Malam Abadi
55 Pemuji 55: Rayuan Joko
56 Pemuji 56: Cerita Menyakitkan
57 Pemuji 57: Rincing Masuk Istana
58 Pemuji 58: Interogasi Sang Prabu
59 Pemuji 59: Putri Mahapatih
60 Pemuji 60: Sejajar dengan Ratu
61 Pemuji 61: Curiga Prabu Galang
62 Pemuji 62: Pergerakan Pasukan Kerajaan
63 Pemuji 63: Nyaris Gila
64 Pemuji 64: Joko Tenang, Prabu Dira
65 Pemuji 65: Putri Ani Tunduk
66 Pemuji 66: Pasukan Gajah Besi
67 Pemuji 67: Pertemuan Dua Pasukan
68 Pemuji 68: Perang Perbatasan Timur
69 Pemuji 69: Mendobrak Pasukan Kaki Gunung
70 Pemuji 70: Melawan Panglima Untut
71 Pemuji 71: Pengakuan Putri Ani
72 Pemuji 72: Tipuan Teluk Busung
73 Pemuji 73: Sepakat dengan Adipati
74 Pemuji 74: Perjanjian Muara Jerit
75 Pemuji 75: Isi Perjanjian
76 Pemuji 76: Penyergapan di Pinggir Sungai
77 Pemuji 77: Serangan Hantu
78 Pemuji 78: Anak Halus
79 Pemuji 79: Menghadang Rayu Pelangi
80 Pemuji 80: Menculik Mahapatih
81 Pemuji 81: Rencana Serangan
82 Pemuji 82: Jebakan Pinggir Sungai
83 Pemuji 83: Menangkap Sahabat Joko
84 Pemuji 84: Nasib Mahapatih
85 Pemuji 85: Menaklukkan Pasukan Selatan
86 Pemuji 86: Kedatangan Pasukan
87 Pemuji 87: Hukuman dari Joko
88 Pemuji 88: Laporan untuk Prabu Galang
89 Pemuji 89: Memasuki Ibu Kota
90 Pemuji 90: Dua Prabu Bertemu
91 Pemuji 91: Perang
92 Pemuji 92: Pertempuran Pasukan Pendekar
93 Pemuji 93: Satu Lawan Dua
94 Pengumuman Duka
95 Pemuji 94: Perintah Putri Mahkota
96 Pemuji 95: Pertarungan Langit
97 Pemuji 96: Prabu Menang Kalah
98 Pemuji 97: Penguasa Baru (Tamat)
99 Pengumuman Sanggana7
Episodes

Updated 99 Episodes

1
Pemuji 1: Tamu Lancang
2
Pemuji 2: Melihat Permaisuri Nara
3
Pemuji 3: Permaisuri Paling Sakti
4
Pemuji 4: Lima Pendekar Utusan
5
Pemuji 5: Joko Tenang
6
Pemuji 6: Tiga Istri Pelaut
7
Pemuji 7: Menertawakan Pendekar Receh
8
Pemuji 8: Tamu Agung
9
Pemuji 9: Tawaran Kerja Sama
10
Pemuji 10: Bertemu Sahabat Lama
11
Pemuji 11: Mencari Joko
12
Pemuji 12: Obrolan Rujak
13
Pemuji 13: Perintah Rahasia Joko
14
Pemuji 14: Perasaan Putri Ani
15
Pemuji 15: Budidaya Ikan Perut Emas
16
Pemuji 16: Jumpa Mata Samudera
17
Pemuji 17: Bayangan Joko Mengganggu
18
Pemuji 18: Pembunuh Gelap
19
Pemuji 19: Bertemu Lagi
20
Pemuji 20: Muara Jerit
21
Pemuji 21: Tawa Putri Ani
22
Pemuji 22: Serangan Berbahaya
23
Pemuji 23: Pertolongan Joko
24
Pemuji 24: Mengobati Putri
25
Pemuji 25: Target Lain
26
Pemuji 26: Pembunuh yang Hilang
27
Pemuji 27: Kabar Mengejutkan
28
Pemuji 28: Terduga Pembunuh
29
Pemuji 29: Jasa Rompi Merah
30
Pemuji 30: Pasukan Pengaman Putri Datang
31
Pemuji 31: Pisah dan Janji
32
Pemuji 32: Seteru Ayah Anak
33
Pemuji 33: Pengirim Lintas Dunia
34
Pemuji 34: Peringatan Dari Menteri
35
Pemuji 35: Selamat Jalan Agi Lodya
36
Pemuji 36: Serangan Manusia Kalong
37
Pemuji 37: Amarah Prabu
38
Pemuji 38: Kekasih Putri Ani
39
Pemuji 39: Menyergap Joko
40
Pemuji 40: Pelajaran dari Joko
41
Pemuji 41: Kisah Putri Ani
42
Pemuji 42: Jawaban Jujur Joko
43
Pemuji 43: Nyai Bale
44
Pemuji 44: Gusti Raja
45
Pemuji 45: Putri Ani Cinta Joko
46
Pemuji 46: Kehilangan
47
Pemuji 47: Reksa Dipa Rusuh
48
Pemuji 48: Amukan Reksa Dipa
49
Pemuji 49: Putri Ani "Diperkosa"
50
Pemuji 50: Istana Ratu Serigala
51
Pemuji 51: Keterkejutan Para Istri
52
Pemuji 52: Perguruan Tunas Mahkota
53
Pemuji 53: Pangeran Tirta Gambang
54
Pemuji 54: Hutan Malam Abadi
55
Pemuji 55: Rayuan Joko
56
Pemuji 56: Cerita Menyakitkan
57
Pemuji 57: Rincing Masuk Istana
58
Pemuji 58: Interogasi Sang Prabu
59
Pemuji 59: Putri Mahapatih
60
Pemuji 60: Sejajar dengan Ratu
61
Pemuji 61: Curiga Prabu Galang
62
Pemuji 62: Pergerakan Pasukan Kerajaan
63
Pemuji 63: Nyaris Gila
64
Pemuji 64: Joko Tenang, Prabu Dira
65
Pemuji 65: Putri Ani Tunduk
66
Pemuji 66: Pasukan Gajah Besi
67
Pemuji 67: Pertemuan Dua Pasukan
68
Pemuji 68: Perang Perbatasan Timur
69
Pemuji 69: Mendobrak Pasukan Kaki Gunung
70
Pemuji 70: Melawan Panglima Untut
71
Pemuji 71: Pengakuan Putri Ani
72
Pemuji 72: Tipuan Teluk Busung
73
Pemuji 73: Sepakat dengan Adipati
74
Pemuji 74: Perjanjian Muara Jerit
75
Pemuji 75: Isi Perjanjian
76
Pemuji 76: Penyergapan di Pinggir Sungai
77
Pemuji 77: Serangan Hantu
78
Pemuji 78: Anak Halus
79
Pemuji 79: Menghadang Rayu Pelangi
80
Pemuji 80: Menculik Mahapatih
81
Pemuji 81: Rencana Serangan
82
Pemuji 82: Jebakan Pinggir Sungai
83
Pemuji 83: Menangkap Sahabat Joko
84
Pemuji 84: Nasib Mahapatih
85
Pemuji 85: Menaklukkan Pasukan Selatan
86
Pemuji 86: Kedatangan Pasukan
87
Pemuji 87: Hukuman dari Joko
88
Pemuji 88: Laporan untuk Prabu Galang
89
Pemuji 89: Memasuki Ibu Kota
90
Pemuji 90: Dua Prabu Bertemu
91
Pemuji 91: Perang
92
Pemuji 92: Pertempuran Pasukan Pendekar
93
Pemuji 93: Satu Lawan Dua
94
Pengumuman Duka
95
Pemuji 94: Perintah Putri Mahkota
96
Pemuji 95: Pertarungan Langit
97
Pemuji 96: Prabu Menang Kalah
98
Pemuji 97: Penguasa Baru (Tamat)
99
Pengumuman Sanggana7

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!