Bab 19

*Flashback Yudha dan Marliana*

Marliana terlahir dari keluarga yang sederhana, menjadi anak ke tiga dari tiga bersaudara. Kakak pertamanya perempuan bernama Risma Eva, kakak ke duanya laki-laki yang mengidap down syndrom bernama Putra Berkati. 

Kehidupan yang sulit membuat Marliana membuat sifatnya yang mandiri, Marliana adalah harapan keluarganya satu-satunya karena hanya dirinya yang mampu sekolah sampai sarjana tanpa bantuan orangtuanya. Risma memilih untuk menikah setelah lulus SMA dan diboyong oleh suaminya ke Kalimantan, sedangkan orangtuanya yang menjadi pegawai negeri sudah pensiun dengan gaji yang tidak banyak hanya cukup untuk makan sehari-hari saja. 

"Bu, pak..." teriakan itu terdengar oleh kedua orangtua Marliana yang sedang sibuk menemani Putra di ruang tamu.

"Ada apa, Lin?" tanya Joko.

"Aku keterima kerja di perusahaan properti pak.." jawab Marliana dengan senyuman gembiranya.

Wanita yang baru lulus dengan lulusan terbaik di universitas bergengsi Indonesia itu langsung menerima pekerjaan yang menarik, sekali interview langsung masuk.

"Serius nak? Alhamdulillah!" seru Yeni.

Marliana menatap sang kakak yang umurnya sudah 24 tahun, mereka terpaut 3 tahun. Kelakuan putra yang hanya terdiam menatap kosong depan televisi, Marliana mengusap pipi sang kakak. Risma, selaku kakak tertua sudah jarang menghubungi orangtuanya, melepas tanggung jawab sepenuhnya yang membuat Marliana kerja banting tulang di usia muda.

"Tapi bu, pak. Pekerjaan ini di Jakarta, aku tidak mungkin meninggalkan kalian disini." lirih Mariana.

Perempuan berjilbab itu sangat amat dekat dengan orangtuanya, selama ini Mariana bertekad dia akan membahagiakan orangtuanya di masa tua mereka.

Joko berdiri, dia menarik pundak Mariana untuk berdiri. Dia mencengkram pundak putrinya, pikulan berat yang dirasakan Joko ketika sadar melihat tubuh putrinya yang kurus sekali.

"Kejarlah nak, bukannya ini impian kamu? impian bekerja di perusahaan besar untuk membangkitkan ekonomi kita?"

Mata Marliana berkaca-kaca, Yeni pun mengusap sudut matanya yang meneteskan air mata.

"Iya nak, pergi lah. Tapi jangan lupa untuk kesini lagi kalau kamu cuti atau libur panjang seperti lebaran ya." sahut Yeni.

Bibir Marliana bergetar, dia memeluk tubuh ringkih ayahnya. Usianya sekitar 50 tahun itu membuatnya sangat tidak tega meninggalkan mereka.

Lusanya, Marliana sudah di antar oleh bus menuju ke Jakarta, rumah Marliana di Pekalongan yang tentu akan sampai pagi hari karena perjalanannya dimulai dari malam hari. Sepanjang jalan Marliana hanya menitikan air mata, baru kali ini dia jauh dari keluarga. 

~'~

Perusahaan besar yang memiliki 25 lantai itu berdiri tegak dihadapannya, Marliana hanya terperangah melihat perusahaan yang ia baru lihat sekarang. Hari itu hanya ada sesi wawancara mengenai gaji, dan penempatan divisi lalu langsung kerja.

Marliana memencet lantai 25, di dalam lift hanya ada dirinya dan 2 orang pegawai lainnya yang ternyata memencet tombol lantai 16. Setelah sampai, Marliana dibawa ke ruangan HRD yang sudah diperintahkan.

"Oh mba Marliana?" sapa HRD perempuan yang bernama Rieta.

Marliana mengangguk, lalu dipersilahkan untuk duduk.

"Penempatan mba Marliana menjadi sekretaris pak Yudha, CEO perusahaan ini." jelas Rieta setelah sampai ujung pembicaraan kami, "Mau?" tanyanya yang memastikan.

Marliana pun mau tidak mau akhirnya menerima, Rieta mengantar Marliana dan menemui sekretaris yang ternyata sedang hamil besar.

"Mba Hera, ini pengganti mba. Namanya Marliana." 

Hera tersenyum ramah dan berjabat tangan dengan Marlina, "Terimakasih mba Rieta." ucap Hera dan Marliana saat Rieta pergi ke ruangannya.

"Lalu pekerjaan saya apa aja ya mba?" tanya Marliana yang mendekat pada Hera.

Hera yang sedang hamil besar itu mengarahkan beberapa pekerjaan yang harus Marliana kerjakan, setelah Hera mendapatkan sekretaris pengganti dan baru lah pengajuan pengunduran dirinya di acc perusahaan. 

"Sebelum kita ke pekerjaan yang sebenarnya, aku pengen kenalin kamu ke pak Yudha dulu ya, Liana." kata Hera.

Muka Marliana menjadi tegang sekali, dia teringat cerita temannya yang mengatakan bahwa atasan itu kebanyakan galak-galak sekali. Hera yang membaca raut panik Marliana pun hanya tersenyum.

"Tenang Liana, pak Yudha baik kok walaupun luarnya emang galak sih." bisik Hera.

Marliana hanya mengangguk saja, dan Hera mengetuk pintu besar ruangan itu sebanyak tiga kali lalu memasukinya. Ruangan yang sangat luas dan sangat amat wangi setelah masuk ke indera penciumannya membuat Marliana sangat suka sekali baunya.

"Permisi pak, saya kesini membawa sekretaris yang akan menggantikan saya disini." ucap Hera.

Yudha membalikan bangkunya, dan menatap Hera serta Marliana. Pria berjambang tipis, hidung mancung itu mampu membuat siapapun akan menyukainya walaupun usianya sudah 32 tahun. Marliana yang semua menatap pria itu, kini menjadi tertunduk malu.

"Dia jago bahasa inggris?" tanya Yudha.

"Dia menguasai 4 bahasa pak." jawab Hera.

"Lebih bagus kamu, Hera." balas Yudha dengan jawaban remeh. Marliana menatap pria itu dengan tajam tetap tertunduk.

Setelah perkenalan itu, Hera mengajarkan beberapa hal, tentang mengurus akomodasi, beberapa jadwal yang disusun agar tidak bentrok, dan jika ada jadwal yang Yudha serta perusahaan lainnya membatalkannya serta pekerjaan lainnya yang dilakukan oleh sekretaris. 

Marliana bekerja dengan semaksimal saat itu, karena tujuannya memang bekerja untuk keluarganya. Keuangannya pun menjadi sangat stabil sekali saat sudah bekerja 1 tahun, Yudha dan Marliana juga sering keluar kota bahkan keluar negeri bersama untuk urusan bisnis. Ketelitian dan kelembutan Marliana membuat Yudha tidak melepaskan pandangannya pada wanita muda di hadapannya.

Marliana sangat tau bahwa bosnya ini sudah mempunyai anak dan istri, karena mereka berdua sering ke kantor hanya sekedar mengantar makan siang namun sangat jarang sekali.

Yudha yang melihat marliana sedang membersihkan ruangannya itu memeluk tubuh Marliana dari belakang sehingga membuat perempuan itu terkejut.

"Pak.." ucap Marliana yang sangat tidak nyaman sekali.

Yudha hanya terdiam, dia menghirup dalam-dalam aroma yang sangat ia sukai di pundak Marliana. Sudah sebulan lalu Yudha menyatakan perasaannya, tapi Marliana menolaknya. Marliana sampai pernah langsung mengajukan resign, tentu Yudha tidak memberi persetujuannya dengan alasan kontrak yang sudah diperpanjang.

Tentang pembatalan kontrak dengan alasan yang tidak jelas, si pengaju harus membayar dendanya sekitar 5 milliar rupiah pada perusahaan. Tentu, Marliana hanya pasrah karena tidak mempunyai uang sebanyak itu. Peraturan itu baru di bikin oleh Yudha karena dia tau tindakan apa yang akan dilakukan Marliana.

"Pak! Ingat istri dan anak bapak... Saya mohon jangan seperti ini.." lirih Marliana.

Mata Yudha terbuka, dia melepaskan pelukan eratnya dan memalingkan tubuh Marliana agar menghadapnya. Mata mereka beradu.

"Kamu tidak mencintai ku?" tanya Yudha yang menatap sangat dalam mata Marliana.

"Aku menyukai pak Yudha bukan berarti mencintai, tapi perasaan ini sangat sadar kalau salah pak. Maaf, saya mohon seharusnya bapak lebih fokus saja ke keluarga." jawab Marliana pelan.

Kalau kalian berpikir Marliana yang menggoda Yudha terlebih dahulu, itu sangat salah. Yudha lah yang terlanjur terbawa perasaan dengan sifat Marliana yang mengayomi, karena sifat itu yang tidak dibawa oleh Tiara selama mereka membangun rumah tangga.

"Ayo kita jalani saja, jika memang kita tidak berjodoh aku yang akan mundur disini." lirih Yudha.

Marliana menelan silvanya, haruskah seperti ini? Menjalin hubungan dengan suami orang? Akhirnya Marliana menyetujuinya, hingga hubungan mereka yang sudah menginjak 2 tahun terhendus oleh Tiara. 

Yudha membawa Tiara masuk ke dalam ruangannya, "Jadi kamu sudah menikah dengan perempuan ****** ini?!" ucap Tiara yang berapi-api. Marliana hanya menunduk, dia menangis karena ketakutan dalam posisi yang sangat terpojok.

"JAWAB AKU! KAMU SUDAH MENIKAH LAGI TANPA PERSETUJUAN DARI KU?!" raungan Tiara kini semakin meninggi, air matanya lolos begitu saja.

"Iya, aku sudah menikah dengan Marliana setahun yang lalu." jawab Yudha yang menggenggam tangan Marliana dengan kuat, pria itu berdiri didepan tubuh istri mudanya seperti benteng perlindungan untuk Marliana.

Tiara memegang dadanya, dia seperti tidak percaya dengan apa yang suaminya katakan. Mereka berselingkuh, dan menyembunyikannya sangat rapih sehingga saat Tiara ke kantor Yudha, Marliana selayaknya karyawan saja. 

Tiara mendekat pada Marliana, dia menampar keras pipi perempuan itu setelah berhasil memisahkan perempuan itu dari Yudha. Saat hendak ingin mencakar, Yudha dengan sigap menahan tangan Tiara. Yudha sangat tau bahwa sekarang Tiara sangat kecewa dengan tindakannya sekarang.

"Aku menceraikan kamu Mutiara binti Rozan, mulai sekarang kamu bukan istri ku lagi!" tegas Yudha di hadapan Tiara dan Marliana yang sangat amat terkejut.

"Aku menyumpahi kamu dan terutama untuk kamu perempuan ******, agar tidak mempunyai keturunan sampai kapan pun!!!" kutuk Tiara dengan suara bergetar pelan serta mata memerah, dia tidak percaya serta kecewa dengan tindakan yang di ambil oleh suaminya itu.

*Flashback off*

~'~

••••

Yudha dan Marliana sudah sampai di bandara Soetta, asisten pribadi Yudha lah yang menjemput mereka. Asisten Yudha juga yang dipercayakan untuk mengurus perusahaan yang ada di jakarta, jika dirinya tidak berada di Jakarta.

"Bagaimana dengan keadaan Chika?" tanya Yudha pada Romero.

"Sudah membaik pak, hanya memar dan tangannya dikasih penyangga karena luka."

Marliana terkejut dan Yudha hanya menghela nafasnya. Kata kekasihnya Chika, kecelakaan itu karena Chika mabuk dan dirinya juga yang bersalah karena sudah lalai tidak memantau anak perempuannya itu. Ibunya pun entah kemana, Yudha dan Chika pun tidak tau.

Setelah menempuh sekitar 45 menit, mereka berdua serta sang asisten berjalan menuju ke ruang rawat Chika. Setelah sampai, Marliana menolak untuk masuk karena dirinya masih takut untuk ditolak kehadirannya. Yudha akhirnya membujuk Marliana dengan iming-iming dirinya terlebih dahulu masuk, baru dirinya.

*ceklek*

Suara knop pintu membuat Iqbal dan Chika menoleh, senyum Chika terbit ketika melihat sang ayah datang namun seketika hilang melihat perempuan berhijab dibelakangnya.

"Kenapa pelakor itu datang?!"

~'~

Terpopuler

Comments

Omah Tien

Omah Tien

pergi ketepat keluarga ibu

2024-12-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!