Bab 09

*POV Iqbal*

Sementara di sisi lain, Iqbal memarkirkan motornya di parkiran kampus. Hari itu, hanya ada satu mata kuliah membuatnya sangat malas sekali. Sudah satu mata kuliah, pagi pula. Tapi di semester yang sudah menginjak 4 semester ini mampu membuatnya moodnya gampang di atur.

Dino yang baru datang langsung menghampiri Iqbal yang masih berada di atas motornya.

"Wey, bal!" sapa Dino.

Iqbal hanya membalas jabatan tangan sahabatnya itu, dan masih fokus dengan handphonenya karena ada beberapa info penting yang belum ia buka sedari semalam.

"Gue liat pacar lo, bal." ucap Dino.

"Chika?" sahutnya yang masih saja fokus pada benda pipih di tangannya itu.

"Iya, dia lagi marah-marah kayaknya."

Iqbal hanya menghembuskan nafasnya saja lalu menyimpan benda pipih itu ke kantong celana, dia merangkul Dino untuk masuk ke dalam area kampus karena jam mata kuliah akan segera dimulai. Biarkan, biar Chika sibuk dengan dunianya sendiri karena sudah menjadi kebiasaan perempuan itu selalu seperti itu setiap pagi.

Ada rasa jengah, dan ada rasa ingin lepas dari jeratan Chika. Namun, perempuan itu selalu mengancam akan membun*h dirinya sendiri. Tentu seorang Iqbal tidak mau adanya seperti itu.

Setelah melewati satu mata kuliah yang sekiranya menghabiskan waktu selama dua jam itu, Dino meminta Iqbal untuk menemui pacarnya yang tidak lain adalah Chika, karena Dino mengetahui info yang terjadi tadi pagi mengakibatkan salah satu mahasiswi terluka.

"Serius lo?" tanya Iqbal yang menyakinkan Dino bahwa info yang ia bawa itu benar atau tidak.

"Hm, dia satu fakultas sama kita. Cuma dia masih junior, bal."

Iqbal mencebikkan bibirnya, dan berjalan menyusuri lorong kampus yang begitu panjang hingga menemukan wanita itu sedang makan dengan teman-temannya sambil tertawa seakan-akan tidak terjadi apapun.

Iqbal yang melihat itu langsung menarik tangan Chika, perempuan itu terkejut dengan aksi yang dilakukan kekasihnya dan begitupun teman-teman Chika.

"Sayang! Bikin aku kaget aja deh!" ucap Chika yang kini sudah terlepas dan mereka berada di tempat yang tidak terlalu ramai namun ada beberapa mahasiswa disana.

"Kamu membuat masalah, Chik?" tanya Iqbal.

"Engga, aku ga buat masalah kok." jawab Chika santai.

Iqbal lagi dan lagi menghela nafasnya, "Kamu berbuat apa sampai anak mahasiswi itu nangis?!" tegur Iqbal yang kini meninggikan suaranya sedikit.

Chika yang tangannya terlipat di dada, kini terlepas dan dia memegang lengan Iqbal upaya menenangkan.

"Aku cuma kasih dia pelajaran aja kok, sayang."

"Memang dia kenapa? Dia memberi kamu masalah?"

Chika merapikan jaket yang dikenakan Iqbal, mukanya yang santai seperti tidak terjadi apapun.

"Katanya dia itu menyukai kamu. Ya, aku sebagai pacar kamu melindungi apa yang aku miliki." jawab Chika yang mereka saling memandang.

Mata Iqbal melebar, dia sungguh tidak percaya dengan apa yang ia dengar barusan.

"Aku menjenggutnya, aku juga menampar wajah yang lumayan cantik itu biar dia sadar diri kalau dirinya itu tidak pernah di sukai sama kamu."

Iqbal mundur dua langkah, Chika yang mendekat membuat tangan Iqbal mencegahnya. Iqbal memejamkan matanya cukup lama, dia mencoba untuk memahami kondisi ini dengan tenang. Setelah sudah agak tenang, Iqbal membuka matanya kembali.

"Chik, aku tau kita pacaran dan bukannya itu wajar seorang wanita menyukai ku? Toh aku juga sudah menjadi milik kamu, melepas dari kamu saja aku susah!"

Tangan Chika mengepal menahan untuk tidak tersulut emosi. Andai pria yang didepannya ini tau, bahwa dia sangat takut akan kehilangan yang orang ia cintai kedua kalinya setelah sang ayah.

Sifatnya yang mempertahankan semuanya apa yang ia miliki itu karena sang ayah yang pergi memilih perempuan lain. Bentukan karakter yang dewasa inilah membuat Chika menjadi berubah, dia mempertahankan semuanya walaupun nyawa taruhannya.

Chika kembali tersenyum, "Oh jadi boleh ya? Memang benar kamu milik ku dan tidak boleh milik orang lain! Kamu hanya boleh dekat dengan ku dan sahabat kecil mu itu! Tapi untuk berpisah, maaf belum bisa dan aku tidak akan pernah mau!"

Chika akhirnya melenggang pergi, Iqbal yang emosi pun menonjok angin yang tak nampak. Sudah 10 bulan menjalin hubungan saja membuatnya seperti orang gila!

*POV Iqbal end*

~'~

Selesainya pelajaran pertama dan kedua membuat Nadine hendak ke kantin bersama dengan Aqila, perempuan itu selalu menemplok bak cicak jika bertemu dengan Nadine.

"Kemarin beli hadiah buat ka Iqbal kan?" tanya ku saat jalan menuju kantin yang lumayan jauh dari kelas.

Aqila menatap ku dengan tatapan malu, "Hm, bentar lagi kan ka Iqbal mau ulang tahun." jawabnya.

"Bener sih, sekitar seminggu lagi."

Aqila hanya tersenyum dan menganggukkan kepala saja, sesampainya di kantin semua mata murid yang sedang makan tertuju pada ku. Tentu hal itu membuat aku bingung sekali, biasanya mata mata itu tidak pernah meilirik ku karena aku orang yang termasuk tidak penting juga.

"Kenapa mata mereka natap kita?" bisik Aqila pelan dengan terus berbaris untuk mengantri makan.

"Gatau, biarin aja lah!"

Kami mengambil nampan, untuk kali ini aku dan Aqila memilih untuk makanan yang khusus sekolah sediakan. Kalau ini memang kantinnya agak jauh, dan untuk makanan biasa yang mengeluarkan uang itu ada didepan sekolah tepat di depan gerbang.

Selesai mengambil makan, aku dan Aqila menelisik tempat duduk yang ternyata penuh dan hanya tersisa meja yang kosong tepat di tengah-tengah itu. Dengan santainya aku dan Aqila duduk disitu.

Sudah sekitar lima menit mereka makan, dan hingga datang segerombolan teman-teman Rangga. Pria itu melihat kursinya ditempati membuatnya melangkahkan kakinya ke arah ku.

Dengan mulut yang terdapat sendok, dengan mata yang bulat Nadine menatap pria tinggi yang berdiri disampingnya. Bukannya marah, pria itu tersenyum.

"Kok bisa Rangga ga marah? Bukannya setiap ada yang nempatin tempatnya itu marah ya?" ucap  salah satu murid yang aku dengar tepat di belakang ku.

"Kenapa ka? Ini tempat ka Rangga?" tanya ku dengan polosnya.

"Iya, tapi buat lo gpp kok." jawab Rangga.

Aku mengedipkan mata, teman-temannya hanya datar sekali. Mereka termasuk pembuat masalah, tapi circle dari Rangga ini tentu sangat pintar. Mereka selalu lolos dari hukuman berat karena salah satu dari mereka anak dari pemegang yayasan.

"Kita pergi aja yuk!" ucap Aqila yang menatap mereka dengan takut-takut.

Aku langsung berdiri membawa nampan itu, "Mau kemana?" tanya Rangga.

"Kita udah selesai, ka Rangga dan lainnya silahkan makan disini." jawab Nadine.

Sarah datang bersama ke tiga temannya, perempuan itu datang langsung merangkul tangan Rangga. Nadine yang melihat itu hanya membuang nafasnya, seperti pacarnya ingin di ambil saja! Udah gitu wajahnya yang sangat amat galak itu muncul membuat aku langsung pergi.

"Sarah!" ucap Rangga.

"Kenapa sayang?"

Rangga memutar bola matanya dengan malas, "Kalau kayak gini terus, gue ga bisa dapet mobil taruhan dari Jiko!"

Sarah yang mendengar itu hanya memonyongkan bibirnya, memang sebab utamanya Rangga mendekati Nadine adalah mobil impian yang bisa ia beli namun dengan taruhan itu adalah hal baru dan tantangan yang belum ia coba.

~'~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!