*
*
"Asta, aku sudah pulang! Asta?!" Seru Xabiru seraya masuk ke dalam rumah, dan memasuki kamarnya. Tapi tidak terlihat Asta di dalam. Membuat Xabiru menghela nafas. Pasti dia pergi ke dalam cincin ruang.
Begitu Xabiru berpikir jika Asta di dalam cincin ruang, Asta langsung muncul di hadapannya. Membuat Xabiru tersenyum lebar. "Asta!" Serunya semangat.
"Hm? Sudah dapat uangnya?" Tanya Asta tersenyum.
Xabiru langsung memudarkan senyumnya. Kemudian menggelengkan kepalanya, "Tidak diberi pinjaman, tapi ada tetangga yang melihatku meminjam uang, tapi tapi dia juga tidak ada uang, jadi meminjamkan benih padi dan benih tomat saja." Balas Xabiru seraya mengeluarkan dua bungkusan benih, menyodorkannya pada Asta.
Asta tersenyum, "tidak apa-apa, ini lebih dari cukup. Ayo bagi dua benihnya. Sebagai kamuflase, kita juga harus menanamnya di halaman belakang rumah." Ucap Asta.
"Oh benar, aku tidak teringat itu. Tapi, tanah di belakang rumah sangat kering, Asta. Bagaimana bisa benih ini tumbuh?" Tanya Xabiru bingung.
"Kau lupa dengan air danau ajaib? Kita bisa mengeluarkannya, dan siramkan dulu pada tanah di belakang rumah. Setelah itu, cangkul-cangkul tanahnya, kemudian tanami benih. Kita sediakan juga air danaunya di luar sini untuk disirami, agar tanahnya tetap subur dan tanamannya bisa tumbuh subur juga." Ucap Asta.
"Baik, begitu saja. Oh ya, Pir bantu aku memetiknya, aku akan jual ke pasar di desa, ini masih belum musimnya, kan? Apakah menurutmu buahnya akan laku?" Tanya Xabiru seraya tersenyum.
"Kau pintar! Baiklah, ayo, ambil ember untuk menampung buahnya." Ucap Asta semangat.
Kemudian Xabiru mengambil dua ember kosong dari kamar mandi, dan menjingjingnya. Setelahnya, Asta menggenggam tangan Xabiru, kemudian keduanya masuk ke dalam cincin ruang tersebut.
Asta langsung berdiri. Ia suka berada di dalam, karena selain waktu lebih cepat, kakinya juga tidak lumpuh. Jadi ia bisa bebas berlarian kesana kemari disini.
Kemudian Asta mengeluarkan kantong benih yang disodorkan Xabiru padanya tadi. Memisahkannya menjadi dua bagian dengan menyisakan setengah benih di setiap kantong. Kemudian, Asta menanam benih dengan pikirannya. Ya, hanya dengan pikiran, Asta langsung bisa membuat benih tertanam sempurna di tanah. Kemudian ia juga mengarahkan air danau dengan tangan dan pikirannya. Membuat air menyirami tanah yang baru saja ditanami benih dengan merata.
Xabiru tercengang melihatnya. "Hebat! Tidak perlu keahlian menanam, benihnya bahkan langsung bisa ditanam?!" Seru Xabiru semangat. Dengan begini, keduanya tidak akan kelelahan bukan.
Melihat Asta melakukan hal tersebut, Xabiru kemudian menyimpan embernya dan mulai mengikuti Asta, yakni memetik buah Pir tanpa kedua tangannya. Xabiru mencoba berkali-kali, berharap bisa memetiknya, tapi nihil. Itu tidak bekerja.
"Asta, kenapa mantranya tidak bekerja olehku?" Tanya Xabiru cemberut.
"Mantra apa?" Tanya Asta seraya tertawa. "Biar aku coba, kau menyingkir dulu." Lanjut Asta. Membuat Xabiru berjalan ke sisi Asta dengan membawa kedua embernya.
Kemudian Asta melakukan hal yang sama seperti yang dilakukannya ketika ia memindahkan Air danau untuk menyirami tanaman. Dan berhasil! Asta bisa memetik buah hanya dengan pikiran dan tangan yang digerakkan dari jarak jauh.
"Kau bisa, tapi aku tidak bisa? Apa mantra ku salah?" Tanya Xabiru bingung.
"Tidak ada mantra, itu hanya pikiran yang difokuskan, cobalah." Ucap Asta, kemudian Xabiru melakukan hal yang Asta suruh.
Tapi tetap tidak bisa. Sekeras apapun Xabiru berusaha, itu tetap tidak bergerak bahkan seinci. Membuat Xabiru mendengus kesal.
Asta tertawa melihat ekspresi Xabiru. Tapi kemudian mengatakan beberapa kata untuk menenangkannya. "Sudahlah, mungkin hanya bisa dilakukan olehku karena aku pemilik cincinnya. Cincinnya terkena darahku, jadi aku bisa melakukan apapun dengan bebas, termasuk membawamu masuk. Karena untuk masuk dan keluar, kau juga harus berpegangan tangan denganku, bukan?" Ucap Asta.
Xabiru kemudian menganggukkan kepalanya, biar saja, lagipula cincinnya kan memang turun temurun dari nenek moyang keluarganya, itu juga dikhususkan untuk para menantu.
Mengingat cincin berkarat, mungkinkah nenek moyangnya sengaja mengaturkan cincinnya berkarat agar para menantu yang dilamar terlihat menginginkan harta dan tidaknya? Sepertinya begitu, bukan? Pikir Xabiru.
"Ayo, keluar, mumpung masih pukul 9 pagi diluar, jadi kau bisa langsung pergi kepasar untuk menjual pirnya." Ucap Asta seraya menggenggamta tangan Xabiru, dan menggenggam satu ember, sedangkan satunya dipegang oleh xabiru.
Begitu keduanya keluar, Xabiru langsung pergi ke rumah tetangga yang meminjaminya benih, untuk meminjam sepeda di sana.
Sementara Asta, memasukkan buah pir ke dalam tas besar yang dulunya dipakai untuk pakaian yang dibawa dari kota. Xabiru telah membawakannya pada Asta, jadi Asta bisa memindahkannya meski ia tidak bisa berjalan.
15 menit kemudian, Asta telah selesai memindahkan semua buah pir ke dalam tas, bertepatan dengan itu, Xabiru juga datang dengan sumringah. Ia berhasil mendapat pinjaman sepeda dengan iming-iming buah pir yang dibekalkan Asta padanya tadi.
Setelah berbincang beberapa kata, Xabiru pergi dengan mengunci rumah. Khawatir ada orang yang masuk dan berbuat macam-macam pada Asta. Bagaimanapun, Asta dari kota, wajah dan tubuhnya masih terlihat terawat dibanding penduduk kampung disini.
Xabiru mengunci pintu, dan Asta langsung pergi ke dalam cincin ruangnya. Ini juga sudah dibicarakan tadi, jadi atas persetujuan, Asta akan menunggu Xabiru kembali di dalam cincinnya.
Begitu masuk ke dalam, Asta dikejutkan dengan pertumbuhan tanaman yang ditanamnya. Sudah ada pohon dan daun, tumbuh sebanyak 1 cm, padahal baru beberapa jam saja. Begitupula padi, sama-sama mulai tumbuh, lebih cepat dari biasanya.
Asta tersenyum, berkata dalam hati, sangat menakjubkan. Tidak sangka, selain waktu di dalam lebih cepat, tambahan air ajaib juga mempercepat pertumbuhan.
Meninggalkan Asta, beralih pada Xabiru yang kini sudah sampai di pasar 30 menit kemudian. Karena pasarnya di desa, jadi aturan per kios belum ketat, Xabiru bisa langsung membuka lapak di sebelah kios lainnya.
Setelah bertanya pada pemilik kios sebelah, dan pemilik kios mengangguk memperbolehkan, ia langsung menghamparkan kain di sana, kemudian membswa tas besar berisi pir, dan membukanya. Beberapa ia susun di atas kain.
"Buah Pir! Buah Pir! Segar dan Lebih enak! Buah Pir! Ayo beli!" Seru Xabiru tidak pelan tidak kencang juga nadanya, karena banyak yang berlalu lalang jadi ia cukup menyerukan dengan nada sedang.
Beberapa orang bahkan langsung melirik lapaknya, juga ada beberapa yang langsung jongkok di depan lapaknya bertanya-tanya.
"Nak, kau berjualan pir, bukankah ini belum musimnya? Berapa harganya?" Tanya seorang ibu-ibu paruh baya.
"Ya, Bu, kami menanamnya di waktu yang berbeda, jadi bisa lebih cepat panen buahnya. Harganya dihitung satuan, karena aku tidak punya timbangan. 1 buah dihargai 6000, Bu." Ucap Xabiru.
"Mahal sekali? Biasanya hanya dihargai 3000 per buah nak. Jangan coba menipu orang tua ini.", Balas ibu-ibu tersebut.
"Tidak mahal, Bu. Selain ini bukan musimnya buah pir, coba lihat, buah pir ku lebih gemuk dan lebih besar dari buah pir lainnya. 6000 sudah termasuk murah." Jelas Xabiru. "Bu, kau bisa mencicipinya dulu jika tidak percaya dengan rasanya, aku akan bantu memotongnya." Lanjut Xabiru.
Ibu tersebut mengangguk setuju, kemudian Xabiru memtong buah pir dengan pisau yang dibawanya dari rumah. "Ini, Bu, cobalah." Sodor Xabiru.
Setelah mencoba, mata ibu tersebut kemudian melebar. "Enak sekali, nak! Ini bahkan lebih manis dari pir biasanya. Aku beli 10, bungkuskan untukku." Ucap ibu tersebut seraya menganggukkan kepalanya. Kemudian ia mengambil sampel pir yang telah dipotong satu lagi tanpa malu-malu membuat pedagang baju disebelah Xabiru terkekeh kecil.
Mendengar seruan ibu-ibu, beberapa yang memang memerhatikan, langsung menghampiri lapak Xabiru. Membuat lapaknya seketika ramai.
*
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
nacho
😍😘😍😘😍😘😍😘😍😘
2023-10-30
3
Shai'er
laris manis 💪💪💪💪💪💪
2023-09-16
1
Shai'er
mantap👍👍👍
2023-09-16
1