*
*
Sementara para koki sibuk menyiapkan pesanan berupa masakan sederhana dan minuman berupa jus dari buah yang diambil dari Xabiru dan Asta, keduanya kini berada di satu ruangan, yakni ruang kerja Teren.
Keduanya menunggui anak buah Teren yang masih menarik uang di bank. Sudah 30 menit berlalu. Masakan dan minuman yang dipesan orang yang ada di restoran sudah siap.
Ingin melihat keramaian, keduanya pun keluar dari ruangan Teren, terlihat Teren yang sibuk mondar mandir memerintah para pegawainya.
Asta tersenyum, dengan Xabiru melihat dari samping kehebohan disana. Ruang Teren dekat dengan dapur dan dekat dengan ruangan tempat orang makan di restorannya.
Hidangan baru disajikan, kedua mata Xabiru dan Asta mulai menatapi satu persatu orang yang mulai mencicip hidangan sederhana tersebut.
Beberapa orang langsung memejamkan matanya merasakan cita rasa dari makanan tersebut. Kemudian berseru senang, membuat beberapa orang yang juga memperhatikannya, langsung ikut mencicip hidangannya.
Serempak, begitu semuanya merasakan hidangan, semua berekspresi sama. Membuat Asta dan Xabiru tertawa geli.
"Mereka semua seperti orang yang baru makan saja." Ucap Asta, mendongak menatap Xabiru yang lebih tinggi darinya. "Apa kau akan seperti mereka juga, jika mencicipi hidangan enak tidak seperti biasanya?" Tanya Asta melanjutkan ucapannya.
"Mungkin iya, tapi tidak akan selebay itu, oke?" Ucap Xabiru.
Asta tergelak, kemudian menepuk lengan Xabiru. "Aku lupa, dulu kau kan hanya punya satu ekspresi, benar?" Tanya Asta menggodanya.
"Tidak lagi, aku sudah berubah. Lihat ini, banyak ekspresi." Balas Xabiru seraya memeragakan beberapa raut konyol, yang membuat Asta makin tergelak. "Tapi, entahlah jika aku kembali nanti, siapa yang tahu?" Lanjut Xabiru seraya membenarkan rautnya, kemudian tersenyum, menunduk menatap Asta dengan lembut.
"Yang terpenting, tidak membuat ekspresi itu di depanku saja, jika kau melakukannya, maka tamatlah riwayatmu." Ucap Asta seraya tersenyum, lebih ke mengancam Xabiru.
Xabiru mengangguk cepat, "Baik, baik, aku janji!" Balasnya lebih cepat.
"Nona Asta, Tuan Xabiru, pegawai yang aku suruh sudah datang, mari masuk, kita selesaikan transaksinya." Ucap Teren, ia baru saja datang menghadap keduanya begitu keduanya mulai bertatapan.
Sebetulnya, agak canggung karena melihat keduanya begitu. Tapi, apa boleh buat? Keduanya juga sudah menunggu sedari tadi. Alhasil Teren hanya bisa menganggu waktu keduanya saja.
"Oh, sudah datang? Baiklah, ayo, ayo." Seru Asta seraya mengikuti Teren dengan menarik lembut tangan Xabiru, membuat Xabiru mengikuti langkahnya dari belakang.
Ketiganya duduk di 3 kursi yang berhadapan. Sedangkan pegawai Teren, berdiri di samping Teren dengan membawa koper yang berisikan uang.
"Untuk surat perjanjian, aku masih perlu waktu mendiskusikannya dengan atasan. Jadi, hari ini hanya menyelesaikan transaksi pasokan bahan untuk satu bulan ini dulu saja." Ucap Teren. Kemudian mengode pegawainya, yang langsung sigap menyimpan koper berisi uang di atas meja.
"Tidak perlu buru-buru, karena stok bahan juga akan habis dalam satu bulan. Maka paling lambat, kami akan memberimu perpanjangan waktu. Dalam satu bulan ini, jika kau tidak mengabari kami, itu artinya kesepakatan akan batal dengan sendirinya." Jelas Asta menganggukkan kepalanya.
Teren mengangguk. "Baik, baik, aku pasti akan memberi kabar secepatnya. Jika atasan menolaknya, maka perjanjian lakukan saja sesuai yang nona katakan sebelumnya. Nona bisa memasok ke restoran lain, selain restoran ini." Ucap Teren, hanya ucapan penenang. Karena dirinya akan berusaha semaksimal mungkin. Ia akan membujuk atasannya dengan baik. Apalagi melihat gelombang pelanggan kali ini, Teren merasa, atasan akan menyetujuinya.
"Baik, begitu saja. Kami harus segera pergi, masih harus mencari satu tempat untuk membuka toserba." Ucap Asta, dan Xabiru segera mengambil koper di atas meja. Kemudian keduanya berdiri, diikuti Teren yang sama-sama berdiri.
"Ah jika boleh tahu, tempat seperti apa yang kalian inginkan? Mungkin aku bisa bantu tanyakan pada kenalanku yang bekerja di agen properti." Ucap Teren.
"Oh, bisakah nona mengenalkannya pada kami? Tidak berani menganggu pekerjaanmu, jadi biarkan kami saja yang langsung datang ke kenalanmu di agen properti sana." Ucap Asta semangat.
"Baik, baik, alamat dan kontaknya aku kirim sekarang juga. Sekalian aku akan menghubunginya." Ucap Teren, kemudian dengan cepat membuka ponsel dan mengirimkan alamat serta nomor ponsel pada Xabiru lewat aplikasi chatting.
Setelahnya, Teren langsung menelfon orang yang yang dikenalnya, yang bekerja sebagai agen properti. 5 menit kemudian, Teren menutup telfonnya dan menatap Asta dan Xabiru dengan senyum lebar.
"Kalian sudah bisa datang ke alamatnya, aku sudah menghubunginya, dia menunggu kedatangan kalian dan nanti tunjukkan saja kartu namaku padanya. Nama kenalanku adalah Daniel, laki-laki berkulit Tan dan tinggi." Ucap Teren.
Kemudian Asta dan Xabiru pergi meninggalkan restoran setelah pamit dengan Teren. Keduanya naik ke dalam mobil dan pergi menuju alamat perusahaan agen properti yang dikirimkan Teren melalui ponselnya.
Berdasarkan alamat tersebut, kemudian keduanya sampai 15 menit kemudian. Keduanya langsung turun dan menemui bagian resepsionis. Setelah bertanya beberapa kata, akhirnya keduanya di arahkan ke satu ruangan pojok dengan jendela besar.
"Permisi, Pak Daniel. Dua orang yang anda tunggu sudah datang." Ucap pegawai yang menjadi resepsionis. Setelah mengetuk pintu 3 kali.
"Ya, silahkan masuk, silahkan masuk." Sapa Daniel ramah, ia berdiri dan mengangguk pada Asta juga Xabiru.
Ketiganya kemudian berbincang sebentar sebelum akhirnya menuju fokus utama mencari tempat. Kriteria dari Asta dan Xabiru adalah rumah dua atau tiga lantai yang bisa dijadikan ruko lantai 1 nya, dengan halaman belakang dan halaman depan yang luas. Juga ada tempat pengairan yang bisa dijadikan sebagai sarana penyiraman untuk tanaman nantinya.
Karena kriterianya lumayan, Daniel mencari beberapa tempat yang cocok sebelum akhirnya Xabiru dan Asta setuju. Tempatnya juga lumayan strategis, berada di pinggir jalan tapi lumayan jauh karena halaman yang luas.
"500 juta. Bisa dibeli kredit dengan DP 50 juta dan cicilan selama 5 tahun, artinya setiap bulan kalian bisa membayar cicilan sebanyak 8juta 300ribu." Ucap Teren begitu Xabiru menanyakan harganya. Xabiru menatap Asta, kemudian Asta mengangguk setuju. Jadi keduanya langsung menandatangani dokumen perjanjian jual beli dengan sistem kredit. Xabiru juga mengeluarkan DP yang diminta setelahnya.
Daniel tentu saja senang, kedua pelanggan tidak serewel orang lain. Juga tidak ada tawar menawar. Keduanya juga sangat berterus terang dan spesifik permintaannya sangat baik. Alhasil kali ini ia tidak kesusahan mencari tempat yang sesuai.
Setelah melakukan transaksi, Daniel mengantar keduanya ke tempat yang dimaksud. Daniel menggunakan motornya, dan diikuti mobil yang dinaiki oleh Asta dan Xabiru.
Begitu sampai, Daniel langsung mengajak keduanya berkeliling. Rumah tiga lantai, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Ukurannya sedang, dan lantainya sudah pakai keramik. Halaman depan dan belakang luas, juga di belakang ada satu sumur dipojok halamannya.
Setelah melihat bagian luar dan lantai satu, ketiganya kemudian melanjutkan tour ke lantai dua dan tiga yang ternyata di lantai tiga selain balkon, ada juga rooftop yang lumayan luas. Bisa dipakai sebagai tempat bersantai dan menjemur pakaian.
Xabiru dan Asta mengangguk puas. Kemudian Daniel menyerahkan kunci dan salinan dokumen perjanjian. Setelahnya, Daniel pun pergi dengan perasaan senang.
*
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Erna Ladi Yanti
aku sngt suka ceritanya thor
2023-10-20
3
Shai'er
yeayy, rumah baru 🥰🥰🥰🥰🥰🥰
2023-09-16
1
Shai'er
👍👍👍👍👍👍
2023-09-16
1