*
*
Kemudian, keduanya makan dengan lahap, apalagi masakan Xabiru memang lumayan enak. Meski bos besar dulu, tapi kehidupan desa mau tak mau memaksanya belajar banyak hal selain berbisnis. Jadi, sekarang, ia serba bisa.
Lalu, membicarakan masalah Asta, kenapa ia tidak meninggalkannya? Tidak akan pernah, sampai kapanpun. Asta sebetulnya adalah teman masa kecilnya. Xabiru sudah sangat menyayanginya sejak dulu. Hanya saja, ada keadaan khusus yang membuat keduanya berpisah, tapi kemudian, begitu dipertemukan kembali, kaki Asta ternyata sudah tidak bisa di gerakkan.
Asta mengalami kecelakaan, dan hal itu juga menewaskan kedua orang tuanya. Hanya ada paman dan bibinya yang serakah akan harta yang ditinggalkan oleh orang tua Asta. Sedangkan Asta hanya bisa berdiam diri, dengan kerendahan diri yang semakin hari semakin besar. Di rumah, ia hanya makan dan minum, dilayani oleh satu pelayan tanpa pernah keluar.
Sampai ibu Xabiru menjodohkan keduanya. Asta yang rendah diri tentu saja menolak, karena ia tahu, ia akan menjadi beban jika menikah ke keluarga Alexander. Apalagi, paman dan bibinya yang terus saja mencibir dirinya setiap hari. Keduanya ingin, anaknyalah yang menggantikan perjodohan tersebut.
Asta merelakannya, tapi keluarga Alexander tidak. Ibunya Xabiru bersikeras mengambil Asta, apalagi setelah tahu perbuatan paman dan bibinya padanya. Pun dengan Xabiru, tentu saja ia membela ibunya, meski keluarga besar menolak kehadiran Asta.
Sampai akhirnya, fokus Xabiru terpecah karena masalah ini. Dan Ayahnya yang brengsek mengambil kesempatan, mengambil alih semuanya secara paksa. Membuat ketiganya dilempar ke desa bahkan kampung terpencil ini.
Asta, makin rendah diri. Ia merasa sangat bersalah atas kejadian ini. Jadi, begitu ibu Xabiru meninggal, Asta juga melakukan bunuh diri, ia menjatuhkan dirinya dan membenturkan kepalanya pada ranjang kayu, padahal baik Xabiru maupun ibunya tidak pernah menyalahkannya sama sekali. Mereka terima, karena berpikir mungkin memang takdirnya. Apalagi terlihat juga, jika keluarga besar sendiri ternyata merupakan musuh dalam selimut. Hanya menghitung waktu keduanya akan jatuh, tidak perlu menunggu Asta datang.
Jadi sebetulnya tidak ada hubungannya dengan Asta. Mau ada ataupun tidak, keduanya pasti akan jatuh ditangan keluarganya sendiri. Tapi Asta tidak berpikir panjang, jadi ia bunuh diri dengan membenturkan kepalanya berkali-kali. Sampailah pada perpindahan jiwa Asta. Asta yang lain masuk ke dalam tubuh Asta yang lumpuh.
Dan beginilah sekarang, Asta yang baru telah hadir. Meski lumpuh, karena memiliki cincin ruang dan air ajaib yang sewaktu- waktu dapat menyembuhkannya, ia senang-senang saja menjalani hidup miskin bersama Xabiru.
Apalagi Xabiru bersikap baik. Sikap kejam dan dinginnya bahkan tidak ia perlihatkan sejak awal. Karena memang, Xabiru sudah manja sejak ia pertama kali bertemu Asta ketika kecil.
Melihat perubahan sifat Asta, dari rendah diri menjadi semangat, juga tidak dicurigai karena memang ia berpikir jika Asta kehilangan ingatannya. Bagi Xabiru, begini juga bagus, jadi ia tidak akan khawatir lagi meninggalkan Asta sendirian di rumah, sementara dirinya pergi berjualan.
"Sudah kenyang? Kalau begitu, ayo kita mulai menanam!" Ucap Xabiru semangat, kedua matanya berbinar penuh.
Asta tertawa, "Baik, ayo, tapi kau gemburkan tanah yang dibelakang saja. Untuk urusan menanam di dalam ruang, aku sendiri bisa, juga tidak perlu capek-capek mencangkul tanah." Ucap Asta tersenyum.
"Ah, baiklah, tapi aku akan membawamu ke belakang dulu. Agar lebih mudah nanti mengeluarkan air ajaibnya. Bagaimana menurutmu?" Tanya Xabiru.
"Baik, begitu saja." Balas Asta, yang kemudian, Xabiru dengan cepat mengambil meja yang terbuat dari papan, memindahkannya ke belakang. Setelahnya, ia menggendong Asta dan mendudukkannya di sana.
"Astaga, memang kering sekali tanahnya?" Ucap Asta tidak menyangka. "Aku kira tidak sekering ini? Tapi, dengan adanya air ajaib, aku juga tidak khawatir, sih. Haha." Lanjutnya seraya tertawa.
"Baiklah, sudah, ayo mulai." Ucap Xabiru seraya mebgelus kepala Asta.
Xabiru sudah siap dengan dua ember kosong, ia akan masuk bersama Asta, dan keluar bersama Asta juga. Ya, karena ia tidak bisa masuk dan keluar sendirian, ia bukan pemilik cincin, ingat bukan?
Jadilah, keduanya sama-sama masuk ke dalam ruangan kali ini. Sementara Asta mulai menanamkan benih, Xabiru dengan mandiri mengambil air dari danau. Tidak takut terpleset, karena memang ada kayu yang dijadikan jembatan di sana.
Xabiru tidak mau menunggui Asta, jadi ia langsung turun tangan mengambil airnya sendiri. Setelah penuh, ia kembali ke samping Asta, yang sedang melakukan penyiraman dengan menggerakkan tangannya saja. Xabiru masih belum bisa menahan kekagumannya, jadilah wajah dan mulutnya sangat menunjukkan perasaan itu.
1 menit kemudian, Asta telah selesai menanam dan menyiram dalam waktu singkat. Ia beralih pada Xabiru, menggenggam tangannya dan keluar bersama-sama.
Setelah keluar, tidak seperti saat di dalam, penyiraman harus dilakukan secara manual. Jadi Xabiru hanya bisa mengambil gayung dan menyiraminya perbagian. Begitu terus sampai satu ember air kosong, dan Asta masuk lagi ke ruangannya untuk mengambil air sementara Xabiru menghabiskan satu ember lainnya.
Keduanya bekerja sama, sampai 1 jam berlalu, penyiraman telah selesai. Tanah di belakang rumah cukup luas, jadi butuh waktu lumayan untuk menyirami semuanya. Setelah menyiram, Xabiru beralih mengambil cangkulnya. Dengan air ajaib, tanah menjadi lebih mudah digemburkan. Tak butuh waktu lama, tanah sudah bisa di tanami.
Xabiru kemudian menanami tanah dengan benih yang dibelinya. Karena banyak benih, jadi tanah di belakang rumah dibagi per petak. Semuanya terbagi menjadi 15 petak, dengan masing-masing petak diisi dengan Apel, Strawberry, Mangga, Anggur, labu hijau kecil, Sawi, bawang 3 macam, kangkung, bayam, dan tomat. Untuk padi, semua ditanam di ruangan, atas persetujuan keduanya. Karena padi butuh lebih banyak perhatian daripada tanaman lainnya, jadilah padi dikecualikan di halaman belakang tersebut.
Sedangkan sisa tanah, akan dibuat beberapa kandang oleh Xabiru. Karena selain Ayam, ia juga akan membeli beberapa hewan lainnya, seperti sapi, kambing, dan juga kuda. Ia akan butuh kuda untuk perjalanan bolak balik ke pasar. Lengkap dengan andongnya. Dengan begitu, ia tidak akan kesulitan nanti jika membawa banyak barang.
Butuh waktu 4 jam untuk menyelesaikan semuanya, Xabiru menanam benih sendirian, Asta yang tidak bisa berbuat apa-apa hanya bisa menghela nafas, tapi tunggu kakinya sembuh, maka ia akan dengan senang hati membantu Xabiru.
"Sudah selesai, haih, lelah sekali." Keluh Xabiru, membuat Asta menyodorkan air ajaib pada Xabiru untuk diminum. Ya, selain ajaib untuk menanam dan menyembuhkan luka, air ini bisa diminum langsung, tidak membuat sakit perut, justru menyehatkan dan mengembalikan kebugaran.
Xabiru meminumnya, kemudian rasa lelahnya hilang seketika. "Selanjutnya, ayo kita siram tanamannya." Ucap Xabiru, mulai bekerja lagi. Untuk menyiram masih sama, masih butuh waktu 1 jam lamanya. Dan Asta melakukan hal yang sama, yakni bolak balik ke ruang, mengambil air ajaib untuk penyiraman.
Setelah selesai, Xabiru beralih pada 30 anak ayam yang dibelinya. Ia berniat langsung membuat kandangnya, tapi ia lupa, ia tidak membeli papan dan segala macamnya. Jadi Xabiru hanya bisa menghela nafas, dan kembali dengan wajah murung.
Asta tertawa, "Sudah, besok kan masih bisa, simpan anak ayamnya di rumah saja, jangan lupa beri air dan makan. Oh ya, apa kau terpikirkan untuk mengisi sumur dengan air ajaib juga? Mungkin dengan mencampurnya setiap hari, bisa membuat kita semakin mudah? Jadi tidak perlu bolak balik ke ruang hanya untuk mengambil air, bukan?" Ucap Asta mengusulkan ide. Membuat Xabiru mengangguk antusias.
"Ayo, lakukan sekarang saja!" Ucapnya, kemudian ia segera mengangkat Asta dan memindahkannya ke dekat sumur. Beserta ember-ember yang tadi dibawanya.
*
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Shai'er
setuju👍👍👍
2023-09-16
3
Shai'er
mau jugak, air ajaib nya 🥺🥺🥺
2023-09-16
1
Shai'er
wuah😱😱😱😱😱😱😱😱
2023-09-16
1