Bab 7 Wasiat Romo

Hari itu desa tempat tinggal Herly menjadi suram, mobil mobil ramai terparkir di pekarangan rumah besar romo Ronggo Joyo Disastro Wardoyo.

Para pelayat segera berdatangan dari desa tetangga, kecamatan, dan kota kabupaten. Angga dan teman teman, tidak sedikitpun menyangka, kalau pria tua renta yang mereka temui tadi malam, akan tutup usia siang hari ini.

Semua orang berduka, para pekerja tampak sangat kehilangan. Mereka menangis seolah sosok romo, adalah keluarga dekat seluruh para pekerja.

"Siapa sebenarnya sosok romo ini, kenapa begitu banyak orang yang datang melayat, apakah beliau orang terpandang, sehingga para pejabat dari kota terus menerus berdatangan?"

Angga menyimpan seribu tanya dalam hatinya. Pemuda itu segera bergabung dengan Herly untuk menyambut para pelayat yang ramai datang dari kota.

Menjelang waktu magrib, tidak ada lagi tamu dari jauh yang datang melayat. Mereka secara bergantian menengok jenazah dan duduk di ruang tengah sampai penuh hingga ke tenda di pekarangan.

Mereka yang sudah sampai di rumah besar keluarga Herly, juga tak langsung pulang. Usai datang melayat sebagian dari tamu yang hadir, langsung diantar menuju kamar kosong di lantai satu dan lantai dua. Sedang sebagian yang lain memilih beristirahat di mobil, sambil menunggu acara pengajian di gelar nanti malam.

"Aneh, kenapa orang orang ini tidak langsung pulang, setelah mereka datang melayat Ngga?"

"Apakah romo, adalah sosok orang penting sampai, beberapa pejabat dari kabupaten harus tetap tinggal dan menginap untuk memberi penghormatan terakhir?"

Ryo cukup heran dengan kebiasaan di desa itu. Di Jakarta, orang akan langsung pulang setelah melayat. Tidak ada tamu yang akan tinggal menginap, kecuali keluarga dekat.

Karena heran dengan adat desa itu, Ryo jadi tak sabar. Pemuda tambun itu, langsung melempar pertanyaan kepada Angga.

"Bukan begitu Yo, mereka tidak pulang ke kota, lebih dikarenakan jarak yang jauh, dan kondisi hutan yang kita lewati waktu itu."

"Hutan itu kesannya sangat angker, apalagi tidak ada lampu penerang jalan. Bila ada yang melintas saat malam hari, pastinya akan sangat berbahaya. Siapa yang tahu ada apa di hutan itu?"

"Itulah alasan kenapa mereka memilih tetap tinggal, dari pada nekat pulang ke kota menjelang sore hari."

Angga menjawab pertanyaan Ryo, sesuai penalamannya. Berdasarkan cerita yang di dengarnya dari warga desa saat menolak mengantarnya ke kota, Angga tahu ada sesuatu di hutan itu yang ditakuti warga.

Ryo terdiam dan duduk merapat di dinding. Dia merasa, kalau saat ini mereka sedang terjebak di desa angker.

"Jadi ini alasan Yono melajukan mobilnya dengan kencang kemarin, ternyata hutan yang kami lalui itu angker?"

Ryo meracau berbicara pada dirinya sendiri. Di luar sana, para penduduk desa membangun tenda tambahan untuk menggelar acara tahlilan.

Tepat usai sholat magrib, pengajian langsung di gelar. Semua orang mendoakan mendiang Romo. Setelah itu warga desa segera bubar dengan membawa makanan sebagai buah tangan.

Angga dan sebagian tamu dari jauh memilih untuk mengobrol hingga larut malam. Udara dingin membuat orang cepat mengantuk. Yono masih berada di luar untuk memeriksa keadaan rumah.

Satu persatu semua orang mulai tertidur lelap, menyisakan Angga seorang diri. Pemuda itu belum bisa memejamkan mata, walau ia sudah merasa lelah. Angga masih bimbang memutuskan, akan pergi atau tetap tinggal.

"Bagaimana sekarang, aku tidak mungkin tega meninggalkan rumah ini saat pemilik rumah sedang berduka."

"Atau sebaiknya aku tinggal disini semalam lagi, sampai kondisi Herly lebih baik, baru aku pergi. Dia pasti sangat terpukul sekarang."

Angga merebahkan badannya di lantai, dan pelan pelan ia tertidur di lantai beralaskan karpet tebal, bersama sama dengan para pelayat lain yang tidak kebagian kamar tidur.

Pagi datang, seperti biasa suasana desa masih di selimuti kabut, Herly turun dari lantai tiga, menuju ruang tamu. Dia segera membangunkan Angga untuk bersiap siap.

"Angga... bangun Ngga, sudah jam enam. Katanya kamu akan pulang hari ini kan?"

Herly tersenyum, melihat Angga yang masih malas membuka matanya. Angga segera mengusap wajahnya, dan melihat Herly yang sedang menyentuh bahunya.

"Aku tidak jadi pulang hari ini Her, kita akan menyelesaikan prosesi pemakaman romo, baru aku akan pulang."

Herly kemudian duduk bersila, sembari mengernyitkan dahinya. Dia menatap aneh ke arah Angga. Baru saja kemarin, pemuda tampan itu sangat ngotot ingin pergi dari rumahnya, tapi tiba tiba rencananya berubah sekarang.

"Kalau nanti kamu berubah pikiran lagi, beritahu saja Yono. Aku sudah suruh dia untuk mengantar kamu pulang kapanpun kamu siap, yang penting jangan sore hari."

"Hari ini aku akan memenuhi wasiat romo. Mungkin kami akan sangat sibuk untuk mengurus keperluan pemakaman, jadi aku minta kalian semua santai disini. Buat rumah ini senyaman hati kalian."

Setelah menyampaikan semua yang perlu ia katakan. Herly segera bangun dari duduknya, kemudian pergi meninggalkan Angga sendiri di antara tamu yang masih terlelap.

"Kamu benar benar, tidak jadi pulang Ngga?"

Tiba tiba Ryo, jaka, dan Bagus muncul dari ruang tengah. Ryo bertanya lagi apakah Angga akan tetap pergi ke Malang hari ini.

Sementara itu Herly berdiri di ambang pintu. Bersama dengan Yasmin, dia terlihat sibuk melepas para tamu yang akan pulang pagi ini.

Seorang pengacara baru saja tiba dengan mobil jenazah. Bersamanya, ada dua buah mobil hitam yang diisi dua belas pria kekar. Mereka langsung masuk ke dalam, tanpa bertegur sapa dengan Angga dan teman temannya.

"Selamat pagi mas Herly, maaf mengganggu aktifitas anda. Saya datang kemari, untuk melaksanakan wasiat ayah, mas Herly."

"Mereka semua, adalah orang orang yang akan mengantarkan jenazah romo, sesuai dengan pesan beliau. Oh iya mas Herly dan keluarga juga tidak diperkenankan ikut mengantar jenazah romo. Cukup mereka saja yang pergi mewakili keluarga."

"Oh iya ini surat wasiat dari romo, silahkan anda pelajari dulu. Disini daftar kepemilikan harta, berikut sertifikat, dan buku rekening bank yang beliau siapkan untuk anda."

"Tapi menurut surat wasiat beliau, sebelum anda menerima semua harta warisan romo, anda harus membuat sebuah ritual terakhir."

"Baru kemudian mewariskan hak atas semua aset, baik rumah, tanah, maupun peternakan kepada warga desa yang sanggup menerima beban ritual."

"Setelah semuanya selesai, anda akan mewarisi semua harta yang di tinggalkan romo."

"Ini urutan tata cara yang harus mas Herly lakukan. Jika anda sudah mengerti, silahkan tandatangani surat peralihan hak, dan tugas saya selesai disini.

Herly terdiam menatap sebendel surat wasiat yang di tinggalkan romo padanya. Dalam benak Herly, semua ini tidak masuk di akal. Dia sulit mencerna, kenapa harus melakukan persyaratan aneh, yang baginya hanya sebuah omong kosong belaka.

"Saya perlu mempelajari isi surat wasiat ini pak pengacara, kalau boleh tinggalkan dulu semuanya disini. Nanti setelah saya selesai memahaminya, baru anda ambil berkasnya."

Pengacara mengangguk dengan senyum penuh arti. Kemudian dua belas orang pria kekar yang datang bersama pengacara, di panggil masuk ke dalam rumah. Bersama mereka dua orang petugas mobil jenazah ikut serta mengurus jenazah romo.

Mereka semua kemudian diminta menandatangi surat perjanjian, di atas materai. Setelah itu pengacara memberi penjelasan tentang tugas tugas mereka, seraya memberi tahu bahwa pembayaran telah selesai di kirim ke rekening keluarga masing masing.

"Silahkan hubungi keluarga kalian, apapun yang ada dalam perjanjian, boleh kalian tanyakan lebih dulu, sebelum setuju menandatangi surat tersebut."

"Darmo, kamu yang paling tua, jadi saya akan menunjuk kamu menjadi ketua dalam prosesi pemakaman ini."

"Jangan sampai kalian melakukan satu kesalahan, sebab saya pasti akan tahu segala hal yang kalian perbuat."

"Jika kalian ingin membatalkan perjanjian, sekarang adalah saat terakhir untuk mundur. Pikirkan dulu matang matang, baru tanda tangani berkas itu."

"Saya tidak akan memaksa, jika salah satu, atau semuanya ingin mundur."

Setelah mendapat arahan dari pengacara keluarga Herly, setiap orang menghubungi keluarga mereka. Masing masing langsung menanyakan tentang isi kontrak, dan uang pembayaran yang telah di janjikan.

Mereka sempat bertukar pandang, sebelum akhirnya menandatangani surat perjanjian yang disodorkan oleh pengacara. Sementara Herly hanya memperhatikan kejadian itu, dengan tanda tanya yang ada di benaknya.

"Apa benar romo yang meminta, agar semua ini dilakukan?"

"Tapi kenapa romoku harus menyuruh seorang pengacara melakukan semua ide konyol ini?"

"Aku adalah anak satu satunya yang tersisa, dan sekarang, romo malah melarang putra semata wayangnya untuk melaksanakan kewajiban seorang anak, terhadap orang tua yang sudah meninggal. Ini benar benar aneh, di luar nalar, sama sekali tak masuk akal."

"Dulu waktu bunda dan mas ku meninggal, beliau juga tidak menghadiri pemakaman. Lalu sekarang aku juga tidak boleh pergi menghadiri pemakaman beliau, sebenarnya ada apa ini?"

Herly mendekati pengacara yang sedang memasukkan empat belas surat kontrak ke dalam kopernya. Pria muda itu ingin menanyakan, mengapa semua ini harus dia lakukan?

"Pak pengacara, maafkan saya kalau agak lancang mencurigai anda. Tapi jujur saja saya jadi penasaran, apakah benar romo saya meminta anda melakukan semua ini?"

Pengacara itu tidak menjawab, dia tahu kalau Herly akan menanyakan hal ganjil ini. Sang pengacara lalu menyodorkan sebuah map coklat, yang berisi kontrak kerjanya dengan romo.

Disana tertera jelas point point yang harus dilakukan oleh pengacara keluarga tersebut, dengan nilai nominal tertentu, dan dia harus melakukan sesuai perjanjian dalam kontrak.

"Romo anda tahu betul, kalau anda tidak akan sanggup mengatur ini semua. Jadi beliau menggunakan jasa saya, untuk mewakili mas Herly melakukan semua ini."

Herly tertekun melihat isi kontrak kerja yang ada di tangannya. Sementara itu pengacara romo meminta orang orang yang di sewanya, untuk bekerja hari ini juga.

Warga desa bersama sama dengan seorang kyai, melakukan sholat jenazah di masjid. Kemudian mengantarkan jasad romo hanya sampai mobil jenazah. Setelahnya dua belas pria yang telah di sewa pengacara, akan membawa keranda jenazah sang romo ke peristirahatan terakhir di desa kelahirannya.

Terpopuler

Comments

Shyfa Andira Rahmi

Shyfa Andira Rahmi

busyet panjang bnget namanya 'o' semua lagi😅😅😅

2025-01-27

0

Shyfa Andira Rahmi

Shyfa Andira Rahmi

busyet panjang bnget namanya 'o' semua lagi😅😅😅

2025-01-27

0

Ree Prasetya

Ree Prasetya

good

2025-01-13

0

lihat semua
Episodes
1 Bab I Cuti
2 Bab 2 Teror Dalam Kereta
3 Bab 3 Pertanda
4 Bab 4 Bagus
5 Bab 5 Romo
6 Bab 6 Wafatnya Sang Romo
7 Bab 7 Wasiat Romo
8 Bab 8 Maut Pengantar Jenazah
9 Bab 9 Ritual Terakhir
10 Bab 10 Penasaran
11 Bab11 Loak buku
12 Bab 12 Sebuah Teka teki
13 Bab 13 Peringatan
14 Bab 14 Ganjil
15 Bab 15 Jejak Dari Masa Lalu
16 Bab 16 Sebuah Firasat
17 Bab 17 Peta Desa Leluhur
18 Bab 18 Rahasia Romo
19 Bab 19 Ruang Rahasia
20 Bab 20 Terlambat
21 Bab 21 Merangkai Kenangan
22 Bab 22 Malam Genting
23 Bab 23 Hilang
24 Bab 24 Mengejar Herly
25 Bab 25 Menapak Kenangan
26 Bab 26 Ibu
27 Bab 27 Desa di Balik Kabut
28 Bab 28 Gadis Kerudung Merah
29 Bab 29 Rumah Joglo
30 Bab 30 Firasat Yasmin
31 Bab 31 Hujan Darah
32 Bab 32 Tersesat
33 Bab 33 Petunjuk Kakak
34 Bab 34 Wanita yang Terbakar
35 Bab 35 Menit menit Penentuan
36 Bab 36 Balas Dendam Darsih
37 Bab 37 Tewasnya Ryo dan Jaka.
38 Bab 38 Nenek Kebaya Hitam
39 Bab 39 Pindah Alam
40 Bab 40 Kebaya Hitam
41 Bab 41 Ritual Putus Kontrak Darah
42 Bab 42 Kembalinya Adipati Rekso
43 Bab 43 Bantuan Gaib Para Leluhur
44 Bab 44 Gadis Kerudung Merah
45 45 Segel Mati
46 Bab 46 Tangisan Yasmin
47 Bab 47 Keteguhan Hati
48 Bab 48 Gadis Misterius
49 Bab 49 Karyawan Baru
50 Bab 50 Namaku Ayunindya
51 Bab 51 Rumah Kosong
52 Bab 52 Lamaran Gaib
53 Bab 53 Jelang Pernikahan
54 Bab 54 Hari Hari yang Menegangkan
55 Bab 55 Pernikahan beda Alam
56 Bab 56 Ada Apa Dengan Angga
57 Bab 57 Bersiasat
58 Bab 58 Rahasia Angga
59 Bab 59 Pria Misterius
60 Bab 60 Ruqyah
61 Bab 61 Mimpi Yasmin
62 Bab 62 Pesan dari Bagus
63 Bab 63 Mengejar Yasmin
64 Bab 64 Peringatan dari Herly
65 Bab 65 Janji Angga
66 Bab 66 Tapa Hening
67 Bab 67 Rahasia Angga
68 Bab 68 Bayangan Misterius
69 Bab 69 Menembus Dinding Gaib
70 Bab 70 Memburu Bagus
71 Bab 71 Memori yang Hilang
72 Bab 72 Mencari Jejak Herly.
73 Bab 73 Kemunculan Herly
74 Bab 74 Perburuan
75 Bab 75 Tersembunyi Dalam Kabut
76 Bab 76 Mencari Jejak om Bandi
77 Bab 77 Sosok Penolong
78 Bab 78 Pertarungan Terakhir
79 Bab 79 Kekalahan
80 Bab 80 Kemenangan Sumpah
81 Bab 81 Babak Baru
82 Bab 82 Jodoh yang Hilang
83 Bab 83 Hati untuk Angga
84 Bab 84 Penampakan di Cermin
85 Bab 85 Dia Bukan Ayu
86 Bab 86 Kuntilanak Merah
87 Bab 87 Kamuflase
88 Bab 88 Serangan Fisik
89 Bab 89 Penjara Roh
90 Bab 90 Tabir Misteri
91 Bab 91 Labirin
92 Bab 92 Dasimah
93 Bab 93 Kematian Dasimah
94 Bab 94 Kabar Baik
95 Bab 95 Aji Malih Jiwo
96 Bab 96 Bayangan Hitam
97 Bab 97 Penumpang Gelap
98 Bab 98 Mahluk Bayangan
99 Bab 99 Jebakan
100 Bab 100 Menjerat Bayangan Hitam
101 Bab 101 Gerbang Neraka
102 Bab 102. Nyekar
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Bab I Cuti
2
Bab 2 Teror Dalam Kereta
3
Bab 3 Pertanda
4
Bab 4 Bagus
5
Bab 5 Romo
6
Bab 6 Wafatnya Sang Romo
7
Bab 7 Wasiat Romo
8
Bab 8 Maut Pengantar Jenazah
9
Bab 9 Ritual Terakhir
10
Bab 10 Penasaran
11
Bab11 Loak buku
12
Bab 12 Sebuah Teka teki
13
Bab 13 Peringatan
14
Bab 14 Ganjil
15
Bab 15 Jejak Dari Masa Lalu
16
Bab 16 Sebuah Firasat
17
Bab 17 Peta Desa Leluhur
18
Bab 18 Rahasia Romo
19
Bab 19 Ruang Rahasia
20
Bab 20 Terlambat
21
Bab 21 Merangkai Kenangan
22
Bab 22 Malam Genting
23
Bab 23 Hilang
24
Bab 24 Mengejar Herly
25
Bab 25 Menapak Kenangan
26
Bab 26 Ibu
27
Bab 27 Desa di Balik Kabut
28
Bab 28 Gadis Kerudung Merah
29
Bab 29 Rumah Joglo
30
Bab 30 Firasat Yasmin
31
Bab 31 Hujan Darah
32
Bab 32 Tersesat
33
Bab 33 Petunjuk Kakak
34
Bab 34 Wanita yang Terbakar
35
Bab 35 Menit menit Penentuan
36
Bab 36 Balas Dendam Darsih
37
Bab 37 Tewasnya Ryo dan Jaka.
38
Bab 38 Nenek Kebaya Hitam
39
Bab 39 Pindah Alam
40
Bab 40 Kebaya Hitam
41
Bab 41 Ritual Putus Kontrak Darah
42
Bab 42 Kembalinya Adipati Rekso
43
Bab 43 Bantuan Gaib Para Leluhur
44
Bab 44 Gadis Kerudung Merah
45
45 Segel Mati
46
Bab 46 Tangisan Yasmin
47
Bab 47 Keteguhan Hati
48
Bab 48 Gadis Misterius
49
Bab 49 Karyawan Baru
50
Bab 50 Namaku Ayunindya
51
Bab 51 Rumah Kosong
52
Bab 52 Lamaran Gaib
53
Bab 53 Jelang Pernikahan
54
Bab 54 Hari Hari yang Menegangkan
55
Bab 55 Pernikahan beda Alam
56
Bab 56 Ada Apa Dengan Angga
57
Bab 57 Bersiasat
58
Bab 58 Rahasia Angga
59
Bab 59 Pria Misterius
60
Bab 60 Ruqyah
61
Bab 61 Mimpi Yasmin
62
Bab 62 Pesan dari Bagus
63
Bab 63 Mengejar Yasmin
64
Bab 64 Peringatan dari Herly
65
Bab 65 Janji Angga
66
Bab 66 Tapa Hening
67
Bab 67 Rahasia Angga
68
Bab 68 Bayangan Misterius
69
Bab 69 Menembus Dinding Gaib
70
Bab 70 Memburu Bagus
71
Bab 71 Memori yang Hilang
72
Bab 72 Mencari Jejak Herly.
73
Bab 73 Kemunculan Herly
74
Bab 74 Perburuan
75
Bab 75 Tersembunyi Dalam Kabut
76
Bab 76 Mencari Jejak om Bandi
77
Bab 77 Sosok Penolong
78
Bab 78 Pertarungan Terakhir
79
Bab 79 Kekalahan
80
Bab 80 Kemenangan Sumpah
81
Bab 81 Babak Baru
82
Bab 82 Jodoh yang Hilang
83
Bab 83 Hati untuk Angga
84
Bab 84 Penampakan di Cermin
85
Bab 85 Dia Bukan Ayu
86
Bab 86 Kuntilanak Merah
87
Bab 87 Kamuflase
88
Bab 88 Serangan Fisik
89
Bab 89 Penjara Roh
90
Bab 90 Tabir Misteri
91
Bab 91 Labirin
92
Bab 92 Dasimah
93
Bab 93 Kematian Dasimah
94
Bab 94 Kabar Baik
95
Bab 95 Aji Malih Jiwo
96
Bab 96 Bayangan Hitam
97
Bab 97 Penumpang Gelap
98
Bab 98 Mahluk Bayangan
99
Bab 99 Jebakan
100
Bab 100 Menjerat Bayangan Hitam
101
Bab 101 Gerbang Neraka
102
Bab 102. Nyekar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!