Keesokan harinya, Anne masih berada di rumah sakit menemani Yuji. Sudah dipastikan selama satu minggu ke depan akan menjalani rawat inap, semuanya sudah di bicarakan dan di atur. Jadwal terapi pun sudah ke luar malam itu juga.
Anne berjanji akan menceritakan semuanya setelah Yuji sembuh dan itu permintaan terbesarnya saat ini.
"Oh ya Anne lupa. Yuji ada yang mau di bawa tidak? Setelah pulang sekolah, Anne kembali lagi ke sini!" Ucap nya sebelum beranjak pergi.
Sahut Yuji sambil menggeleng. "Pakaian dalam. Itu saja!"
"Okey" Seru Anne dengan gerakan jemari nya. Anne pun ke luar dan Yuji kembali berbaring, menutup kelopak matanya yang lelah.
Kaki terus melangkah ke luar, gadis itu pun tidak sadar tengah di perhatikan saat ini. Langit masih belum terang, namun dirinya harus segera pulang karena sekolah masih belum libur.
"Selamat pagi, nona" Sapa seorang pria di luar pintu.
Lucas, ya dia orang itu yang terus mengikuti Anne akhir-akhir ini. Usia nya masih sangat muda, namun sepertinya di lingkungan organisasi itu memang semua yang menjadi anggota masih berusia muda.
Setelah melewati pintu penuh, Anne merespon sapaan dari pria di depan nya, dengan sedikit menundukkan kepala sekilas. "Selamat pagi" Balas Anne lalu kembali melangkah melawati orang yang sama sekali tidak dia kenal.
Langkah Anne sedikit terganggu, karena pria di belakangnya malah mengikuti langkah dirinya. "hmmph??" Tubuh Anne kembali berbalik dan otomatis langkah Lucas pun terhenti. Alis tertaut, kelopak mata meruncing ke arah Lucas bertanya-tanya.
"Uh, itu nona...Eum saya hanya menjalani tugas saya!" Kilah nya, namun memang itu adalah kebenarannya.
Lucas menggaruk kepala belakang nya yang tidak gatal karena salah tingkah di tatap seperti itu. Cengiran kuda pun masih belum surut dari gigi Lucas.
Anne semakin tidak mengerti, akhir-akhir ini banyak orang aneh muncul di sekitarnya dan di dengar-dengar, ucapan dari mulut mereka hampir sama, membuat dirinya semakin curiga. Tubuh Anne semakin siaga, namun tetap tenang agar tidak semakin membuat mereka berkeliaran dengan mudah di sekitar nya.
"Saya tidak peduli dengan tugas anda, yang saya tahu kalau kantor polisi masih di alamat yang sama. Saya bisa melaporkan anda atas kasus penguntitan!" Ancam Anne walau dengan kalimat yang tidak mudah di mengerti.
"Diam di tempat!" Tegas Anne kembali berbalik dengan nafas dia tahan, walau bagaimanapun dirinya ada rasa takut dengan orang asing. Siaga dan siaga adalah cara dia bertahan.
"Tidak nona, kemanapun anda pergi akan saya antar. Mari!" Lucas sudah di depan Anne, pergerakan nya tidak terlihat dan kini pintu mobil sudah dia buka agar Anne masuk. "Tolong bantuan nya!" Nada suara Lucas malah terdengar memohon kali ini.
Dari semua sudut Rumah Sakit, dirinya menjadi perhatian anggota pengintai lain yang tengah bertugas dan dirinya tidak ingin menjadi bahan lelucon hanya karena tidak dapat meluluhkan hati nona muda nya. Mungkin jika benar, ini akan mejadi sejarah dalam hidupnya.
Siapa yang tidak tahu Lucas. Pria yang begitu mudah menaklukan hati seorang perempuan di antara rekan-rekan nya di dalam Divisi Pengintai, yang sampai sekarang masih bagian dari Organisasi bawah tanah yang di pimpin oleh petinggi hebat dan salah satu pemimpin itu adalah orang tua dari Annelis.
'Hahahaha'
'Kau di tolak Lucas,,,, hahahha'
Suara-suara dari balik Earphone saling bertautan, tawa mereka tidak ada yang terkikik, melainkan semuanya terbahak akan gestur Lucas yang mereka tebak masih tengah memohon.
Ryu yang masih berada di lantai khusus perawatan Ezra nampak penasaran karena beberapa pengawal di sebelah timur sepertinya tengah melihat target yang menyenangkan. Earphone yang masih dia pakai pun di aktifkan dan menjauh dari bos nya, siapa lagi kalau bukan Aarav dan juga petinggi yang lain.
Sedetik kemudian, ujung bibir Ryu melebar, mimik wajah pun berseri mendengar tingkah rekan-rekan nya yang sangat random. "Anak ini ada-ada saja" Gumam Ryu.
"Ada apa?"
Namun sayang, Aarav dengan pendengaran yang tajam masih bisa mendengar gumaman itu. Ryu seketika langsung mengambil sikap tegap.
"Tidak ada apapun, Tuan muda" Ucap Ryu tergagap.
"Bagaimana dengannya?" Tanya Aarav mendadak.
"Nona sudah berada di bawah, dia hendak pulang sepertinya. Tapi Tuan jangan khawatir, Lucas sedang menjalani tugas nya!" Tutur Ryu panjang lebar.
"Lucas bukan urusan saya." Pungkas Aarav nampak tidak senang dengan nama itu. Tapi baru mengatakan hal itu, Aarav meminta earphone Ryu yang masih tersambung.
"Payah"
Siapa yang tidak tahu dengan suara dingin itu, semua orang yang tersambung membeku. Tidak lagi ada tawa, bahkan nafas pun tidak terdengar saat ini. Ryu kembali menerima earphone milik nya, namun sedetik kemudian.
'hahahahha'
'hahahhaha'
"Lucas kau dengar itu?'
Ledekan semakin kuat, tawa pun semakin keras terdengar. Lucas yang masih memegang pintu perlahan mengeratkan pegangan nya, tersenyum melebar namun tetap sopan di hadapan Anne.
"Saya sudah ada taxi. Terimakasih atas tawarannya"
Anne tetaplah Anne. Siapa juga yang ingin berpergian dengan orang asing. "Anda bisa melakukan hal lain dan jangan sampai saya melihat wajah anda ke depan nya!"
Gaya Anne santai namun tegas, dari sorot matanya pun terlihat.
"Gadis dingin. Mungkinkah kekasih tuan muda Aarav? Sssh kalau iya bagaimana nasib dunia ini? Bisa bisa beku semua!" Gumam Lucas dalam hatinya, pasrah akan sikap Anne yang tidak nampak tersentuh olehnya.
Mentari semakin menampakkan taring nya. Anne pun sampai di depan rumah. Lucas pun tidak lama sampai tidak jauh dari lokasi rumah Anne dan memperhatikan dari jauh.
Tidak lama, Anne ke luar dengan seragam sekolah lengkap dengan tas gendong di belakang punggungnya. Sembari berjalan, Anne mengikat rambut panjangnya dan menyisakan sedikit poni.
"Cantik" Gumam Lucas menatap dari jauh dengan seulas senyum tanpa terasa.
**
Baru kali ini Anne merasa bosan dengan sekolah nya. Tidak ada yang berbeda, tidak ada yang menjadi semangatnya setelah kuota study itu di ambil murid lain, sepertinya semua nya sudah tidak berarti.
Pengganggu tentu saja masih berkeliaran, namun dirinya hanya perlu mengindar atau melawan dan dari dua pilihan itu Anne lebih banyak melawan sampai-sampai pembully di sana siapa yang tidak kenal dengan Anne.
"Andai saja kau kaya. Kita akan senang menjadi temanmu. Anne!" Seru teman kelas nya, Anne yang masih melihat ke arah jendela seketika menoleh.
"Tapi sayang nya jika kaya pun saya tidak sudi berteman dengan kalian!" Tukas Anne berwajah masam, ujung bibirpun sekilas terangkat.
memang paling benar, Anne bermulut tajam jika terus di asah. "Dan satu lagi. Miskin pun saya tidak memerlukan teman dengan banyak wajah seperti kalian!' lanjut Anne dengan begitu tajam.
"Yaaaak. Bisa-bisanya mulut kotor mu itu mengatakan hal menjijikan. Anne!" Teriakan mereka sampai berdenging ke luar kelas.
"Kau yang menjijikan. Ngaca dahulu sebelum mengatakan itu pada orang lain, Alexandra Lamia! Apakah anak miskin di mata mu ini begitu menjijikan? Tch tch tch sepertinya bukan itu yang menjadi alasan mu, tapi kau itu terlalu iri dengki!" Anne berdiri, mendekatkan tubuhnya pada Alexandra sampai mepet, tidak di berikan celah untuk menghindar.
"Kita buktikan, anda atau saya yang beitu menjijikan!" Tegas Anne menyapu bersih setiap sudut ruang kelas, di mana di sama penghuni tengah menatap dirinya dan juga Alexa.
"Sial" Umpat nya. Anne kembali duduk dengan tenang seakan tidak terjadi apa-apa. Tidak dapat di pungkiri, nafas nya tercekat, jantungpun berdebar kencang, wajah pun merah karena tersulut emosi.
Setiap Anne angkat bicara ataupun meladeni pembuly. Aura sekitar akan mencekam dan beakhir senyap sepi.
Pelajaran terakhir usai, walikelas nampak menunggu Anne di depan gerbang.
"Anne" Panggil ibu wali kelas.
Anne menghampiri. "Iya, bu?" Ucap Anne.
"Anne bagaimana dengan tawaran ibu waktu itu? Jika bersedia ibu yang akan mengantar ke alamatnya, ibu juga bisa membantu mempekenalkan Anne pada wali nya. Bagaimana, apa Anne bersedia?"
Tawaran untuk menjadi guru privat masih belum Anne setujui, nampak wali kelas Anne masih merasa tidak enak dengan kuota study itu.
"Anne belum mengambil keputusan, bu!" Sahut Anne yang sepertinya dirinya pun baru ingat dengan tawaran itu.
"Begitu ya. kalau begitu tidak apa, besok Anne temui ibu di ruang guru kalau sudah mengambil keputusan' Tutur Ibu wali kelas.
"Baik bu" Anne hanya bisa mengangguk merespon ucapan wali kelas nya. "Jika begitu, Anne pulang sekarang bu. Permisi!" Anne pun pamit.
"Hufffh" Terdengar nafas dalam dari wali kelas Anne lalu ikut pergi.
Ckiitttt
Sontak membuat Anne menghentikan langkah nya. "Astagaaa" Refelek berteriak dan mengelus dada. Lucas menurunkan kaca mobil nya di barengi dengan cengiran kuda nya.
"Nona, mari saya antar pulang!" Lucas ke luar dari mobil dan membuka pintu belakang mempersilahkan.
Anne memutar bola matanya mlas, dia jengah dengan sikap orang asing itu. "Sebenarnya anda ini siapa?" tentu Anne langsung selidik kembali.
Lucas hendak menjawab, tapi Anne malah pergi dengan langkah cepat. "Nonaa ya tuhan kapan anda menghilang dari pandangan saya? Astaga gadis ini sedikit menyebalkan!" Lucas malah mengeluh dengan ekspresi sedikit kesal.
"Nona tunggu" Teriak Lucas.
Karena masih di area sekolah, teriakan Lucas menjadi perhatian. Seketika berita tersebar di semua grup yang ada di sekolah. Lucas tengah mengejar Anne, namun Anne masih mengabaikannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
Ageng dzarin
lanjuuuttt
2023-08-04
0