Bos judi dan Anne langsung menoleh ke arah suara. Orang-orang di dalam gedung ternyata sudah di bekuk dan tumbang, hanya satu ruang lagi yang belum terjamah, ruangan di mana Yuji masih beradu otot dengan orang-orang Bos judi.
"Apakah kita saling mengenal?" Bos judi berdiri merapihkan kembali kemejanya dengan berpura-pura tenang.
Ryu melangkah mendekat pada Robin. Ya, bos judi itu bernama Robin.
"Paman?" Gumam Anne. Tidak luput dengan kening mengkerut.
Ryu berhenti di depan Tuan Robin. "Saling kenal? Oh tentu tidak. Tuan! Tapi jika anda ingin kita saling kenal sangat boleh sekali!"
Ryu mengulurkan tangan nya, pembawaan nya sangat tenang tidak lupa ulasan senyum dari kedua sudut bibir.
"Uh hahaha"
Tuan Robin menjabat tangan Ryu. "Saya_"
Baru saja hendak memperkenalkan diri, namun tangan nya perlahan sakit akan cengkraman Ryu.
Ryu menarik Robin sedikit mendekat. "Kami sudah saling kenal sekarang. Akan kami pastikan anda serta keturunan anda, bahkan keluarga dan semua orang yang bekerja malam ini tidak akan kami lepaskan!"
Deug,,,
Jantung Robin seakan-akan berhenti, aliran darah pun seperti tersumbat. Wajah nya pucat pasi saat ini.
Bisikan Ryu di telinga kanan nya seperti ancaman halus namun mematikan.
Srakkk
Dengan sarkas, Tuan Robin menarik tangan nya sendiri dan mundur menjauh dari Ryu.
"Siapa kau huh? Ada keperluan apa datang kemari?" Robin bertanya tegas walau sedikit tertekan.
Pria yang melindungi Anne hanya memainkan pisau dengan menyeringai.
"Sudahlah pak tua, ini sudah malam. Saya mengantuk!"
Tukas nya memotong pembicaraan Ryu. Anne baru sadar kembali akan keberadaan pria di samping nya.
"Kita kembali" Ucap Ryu. Semua rekan nya mundur setelah mengalahkan para pengawal yang ada di gedung itu.
Bahkan semua anggota yang tengah bermain judi berhamburan saat terjadi perkelahian.
"Kau urus yang belum selesai" Perintah Ryu pada pria di samping Anne. Mereka yang ada di sana ke luar, kini hanya Ryu, Anne juga tuan Robin di dalam.
"Nona, mari!" Mimik wajah Ryu kembali lembut. Anne berdiri namun sejenak menatap selidik. Ryu mengerti akan tartapan waspada dari nona muda nya.
"Saya hanya di perintahkan untuk menjemput nona. Tidak lebih" Ucapnya kembali mengulas senyum sopan.
"Tidak. Gadis ini milik saya sekarang! Kau tidak bisa membawanya begitu saja!" Cegah Tuan Robin.
"Menjijikan" Gumam Anne sedikit mengangkat salah satu ujung bibirnya dan mendekat pada Ryu.
"Sialan! Yak gadis bodoh. Kau sudah di jual pada saya! Ayah mu itu sangat tidak berguna sekali!"
Anne menoleh pada Robin. "Ayah? Ayah siapa yang anda maksud. Paman tua?!"
"Nona, mari!" Ryu terus mempersilahkan Anne ke luar dari ruangan agar dirinya leluasa menghajar Robin yang terus berbicara.
"Sebentar. Saya masih bertanya pada nya Paman!" Anne tetap dengan rasa penasaran nya. Ryu hanya membuang nafas entah harus bagaimana lagi.
"Ayah dan kedua kakak mu sepertinya sudah tinggal mayat!_" Ucap Tuan Robin dengan penuh percaya diri, berharap Anne tetap tinggal bersamanya malam ini.
"Ap-pa maksud anda?" Bibir Anne perlahan bergetar, dia melangkah semakin mendekat pada Robin.
"Nona" Ryu menahan dengan mengulurkan tangan nya di depan Anne. "Saya akan mengurus nya. Nona mari saya antar ke dalam mobil dahulu!"
Ryu sudah stak entah harus bagaimana membawa Anne ke luar. Dia tidak ingin Anne tahu bagaimana kondisi keluarga nya saat ini, kalau dirinya tidak berhasil maka tamatlah riwayat dirinya di tangan Aarav.
"Hahaha ayah dan kakak mu ada di sini. Mereka mati di tangan saya! Ayah mu berhutang dan kau sebagai pelunas nya sekarang!"
"Yaaaak." Anne tidak terima. Kakinya menendang tubuh Robin sampai Ryu pun tak bisa menahan karena gerakan Anne tidak terbaca sama sekali.
Brughh
Krakkk
'Ughhh' Bukan Tuan Robin yang meringis, melainkan Ryu akan tendangan kilat dari Anne.
Nakas kecil di samping kasur patah, sepertinya tendangan Anne benar-benar keras.
"Nona maaf!"
"Aaaaaaa apa yang anda lakukan. Paman?! Turunkan saya!"
"Yakk kau tua bangka sialan di mana kakak saya?!" Dalam gendongan Ryu, Anne menunjuk-nunjuk Robin.
Kedua kaki Anne mengguncang. Punggung Ryu kini menjadi sasaran pukulan Anne.
"Paman lepas. Saya masih ada urusan dengan tua bangka itu! Pamaaaan lepas"
"Aarghsss" Ryu sedikit meringis dalam langkah nya karena Anne menggigit bahunya.
"Maaf nona"
Ryu terus meminta maaf, dia memaksa Anne masuk ke dalam mobil sekarang.
"Kenapa Anda terus meminta maaf? Saya tidak ada urusan dengan Paman! Buka pintunya!" Anne berteriak histeris berusaha membuka pintu mobil.
"Maaf, nona"
Ryu terus meminta maaf sampai-sampai Anne kesal sendiri.
"Arghhss" Tiba-tiba Anne menekan dadanya sendiri. Dia kesakitan.
Ryu masih fokus mengemudi, tidak terlalu memperhatikan orang di belakang.
"Arghhhhh" Ringisan kedua mengagetkan Ryu. Anne menekan dadanya semakin dalam.
"Nona?" Mobil menepi. Dian melepas sabuk pengaman agar leluasa menggapai Anne di kursi belakang.
"Nona anda kenapa? Nona?" Ryu sangat-sangat panik. Anne terus meringis kesakitan.
"Arghhh sakit" Ringis nya kembali. "Hiks,, Hiks,, hikss Yuji dada Anne sakit"
Lagi dan lagi nama itu terlontar dari mulut Anne.
"Nona"
"Nona"
Ryu nampak tidak tahu harus bagaimana. Dia benar-benar panik.
Blugghh
Anne tidak sadarkan diri semakin membuatnya panik.
Mobil kembali melaju, dengan kecepatan tinggi karena panik.
Ckkttt
Tin
Tin
Ryu sampai di depan Rumah Sakit, dia benar-benar panik, turun dari mobil hendak membuka pintu belakang sampai-sampai tidak sadar akan keberadaan Aarav di depan lobi.
"Ryu?"
"Tuan muda?" Gugupnya sampai tergagap. Keringat dingin mulai ke luar, jantungnya tiba-tiba terpompa cepat.
Dirinya benar-benar di ambang kematian saat ini. Kenapa Tuan muda Aarav ada di rumah sakit, dia pikir bos mudanya itu masih berada di Apartemen.
Ryu menahan pintu belakang yang hendak dia buka, agar Aarav tidak melihat.
Aarav menatap tajam lalu melangkah mendekat. Gerakan tangan nya membuat Ryu bergeser dari pintu.
"Maaf tuan, saya benar-benar pan_,"
Aarav dengan cekatan membopong tubuh Anne dan membawa masuk ke dalam.
"nik" Lanjutnya merasa bersalah. Ryu mengikuti langkah tuan muda nya.
Dokter yang ada pun langsung sigap. Perawat yang pernah berbincang dengan Anne pun mengenali.
"Telapak kaki nya pun belum sembuh, sekarang gadis ini kembali masuk rumah sakit. Sebenarnya apa yang tengah terjadi dengan nya?!"
Ucap salah satu dari mereka masih memperhatikan.
"Tapi apa hubungan nya dengan tuan muda kita?"
Pertanyaan mereka sama, hanya bisa menduga-duga saat ini.
Ruangan pribadi di mana Ezra masih intens di rawat, kini Anne pun di bawa ke ruangan tempat Aarav istirahat.
"Bagaimana keadaan nya?" Tanya Aarav saat dokter mafia itu ke luar.
"Gadis ini kelelahan, dia tidak cukup istirahat! Tapi hebatnya pola asupan nya bagus dan teratur"
"Tuan muda jangan khawatir" Tutur kembali dokter itu.
"Ambil darah nya"
Tidak ada yang tidak tertegun, bahkan Ryu yang masih berada di belakang Aarav saat ini.
"Baik, tuan!" Dokter mafia itu hanya bisa menuruti perintah tuan nya.
"Ryu, hubungi aunty Shabila"
"Baik tuan"
Aarav berdiri di jendela yang tengah terbuka. Nicholas bergeser, berdiri di samping rekan nya.
Ryu menekan kontak Shabila.
Tuttt
Tutt
"Nyonya maaf, tuan Aarav menginginkan anda berada di sini_"
Belum juga Ryu menyelesaikan kalimatnya, sambungan malah terputus.
"Astaga keluarga ini benar-benar tidak normal semua" Umpat Ryu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
Ageng dzarin
up yg banyak doonggg
2023-07-28
1