Hilir mudik pengunjung dan pasien dan perawat, tidak luput dokter tengah sibuk dengan urusan mereka masing-masing saat ini.
Atap Rumah Sakit yang begitu megah, tidak sama sekali memberikan kenyamanan pada seorang remaja yang selalu duduk di samping remaja lain-nya yang tengah terbaring.
Alat monitor berbunyi dengan jangka waktu beberapa detik menandakan jika alat itu tengah bekerja pada tubuh yang kini tengah terbaring lemah di atas kasur.
Ventilator pun bukan lagi terpasang dari hidung, melainkan dari mulut seakan-akan pasien di bantu bernafas dengan alat itu.
"Tuan muda"
Seseorang masuk, menyapa sesaat setelah menundukkan kepalanya tanda hormat.
"Ini laporan terakhir dari kesehatan tuan Ezra. Dokter mafia masih melakukan penelitian serta konsul ke beberapa ahli untuk pengobatan tuan Ezra selanjutnya"
Tutur Ryu seraya menyerahkan laporan terkini dari dokter yang menangani pasien.
Aarav dengan teliti mengamati tabel kesehatan Ezra sampai tidak ada terlewat sedikit pun.
"Laporan pun sudah sampai ke beranda grup keluarga. Untuk it..."
Ryu tercekat, belum juga perkataan nya usai Aarav mengangkat lengan nya.
"Anda boleh pergi" Ucap Aarav tanpa menoleh ke arah Ryu.
Ryu tertegun sesaat sembari memperhatikan tuan muda nya, seakan berharap sesuatu.
"Saya tidak akan pulang"
Nafas Ryu seakan berhembus kecewa. Dirinya tidak dapat berbuat apa-apa jika tuan muda nya sudah bersuara.
"Permisi"
Pamit Ryu.
"Jika marah, tinggal marah saja. Kenapa kau tidak bangun-bangun? Apa kau dan Anne sedang mempermainkan saya? Memang nya siapa kalian berani bermain-main seperti ini?"
"Tch, ternyata saya terlalu lembut pada kalian!"
"Cepat bangun Ezra atau tidak sama sekali!!"
Aarav menggenggam tangan Ezra dengan penuh kelembutan. Tidak ada yang begitu cekatan mengurus Ezra kecuali Aarav. Kedua orang tua nya pun kalah dengan kecekatan dirinya.
Kata-kata itu terus terdengar dari mulut Aarav, namun terkesan menyedihkan. Ezra masih saja nyaman dengan tidur nya tanpa mendengar perkataan Aarav.
Aarav Zeouron Lucifer adalah putra dari Sean Lucifer dan Xavera Zana Endro.
...**...
"Heeeuum"
Tubuh Anne terperanjat. Dia terus bermimpi peristiwa yang sama, seakan terus menghantui dirinya di kala tidur.
"Astaga, sebenarnya anak kecil itu siapa?"
Anne menarik rambutnya sendiri, dia tidak bisa berpikir dan mengingat mimpi yang terus samar itu.
Anak kecil seusianya, dia laki-laki yang imut dan senyum nya membuat Anne merasa nyaman. Namun entah kenapa air laut seakan terus menarik mereka masing-masing, seakan tidak mengizinkan untuk dirinya mendekati anak laki-laki itu.
Pikiran Anne tidak pernah jernih setiap bangun tidur, rasanya tidur bukan lah cars untuk mengistirahtkan tubuh lelah nya.
'Tok'
'Tok'
'Tok'
"Iya"
Anne berteriak alih-alih merespon orang yang mengetuk pintu.
Yuji tengah menyiapkan sarapan untuk Anne, aktifitas setiap pagi sebelum dirinya berangkat.
"Kau mau kemana?"
Anne menjinjing tas gendong nya sudah siap berangkat ke sekolah.
"Kerja" Dengan singkat nya Yuji menjawab.
"Emang benar lebih baik mati saja kau, Yuji!" Tatapan sinis Anne terus melayang. Mulut nya penuh dengan roti lapis sampai membuat kedua pipinya mengembung.
"Astaga minta di getok ya ini anak. Jaga mulut mu!" Yuji benar-benar menggetok pucuk kepala Anne. Tapi sedetik kemudian beralih menjadi elusan lembut.
"Isshh dasar"
Yuji hanya terkekeh geli. Adiknya itu galak, tapi hanya galak di mulut saja.
"Jangan galak-galak, nanti cepet tua!" Konyol nya.
"Dih dih, dari kapan galak menyebabkan tua. Aneh! Emang nya Pap..."
Anne teringat sesuatu.
"Oh iya, papa di mana? Tumben tidak bersuara?" Anne merasa aneh dengan suasana pagi hari ini, tidak seperti biasanya.
"Entahlah! Terserah dia mau kemana!". Respon Yuji benar-benar acuh. Dia seperti sudah angkat tangan dengan perubahan sikap sang Papa.
"Jangan gitu. Kualat baru tahu rasa" Seperti ejekan, tapi perkataan Anne sungguh-sungguh.
Dia menyayangi keluarga, walau bagaimanapun dia tetap ayah yang membesarkannya.
"Masa?!" Delik Yuji.
"Yak yakk"
Drama adik dan kaka itu tidak pernah surut, pasti ada saja yang mereka ributkan.
"Aku berangkat" Ucap Anne dengan suara tinggi.
"Aisshhh" Kesal Yuji. Hampir saja piring yang tengah dia cuci terjatuh.
"Turunan dari siapa anak itu,," Keluh Yuji.
"Teriak terusss teriak!"
Yuji pun berteriak kencang. Anne yang sudah hampir melewati pagar rumah tertawa senang akan respon kakak nya dari dapur.
"Ma tenang, aku akan menjaganya. Dia memang tidak satu darah dengan kitu tapi aku, Yuji berjanji akan melindunginya!!"
Gumam Yuji di dalam hati.
**
Sampai di sekolah, pelajaran berjalan seperti biasanya. Dia belajar dan belajar sampai akhirnya dia menguasai semua pelajaran.
Terkadang semua yang di bahas oleh guru sudah dia mengerti dan dia kuasai, tapi murid tetaplah murid. Dia belajar seperti anak-anak normal biasanya.
"Yak Anne, kau yakin bisa lulus ikut study? Hahaha mimpi saja sana!"
Ejek teman-teman nya. Anne hanya memutar bola matanya malas.
"Ohooo kenapa?" Teman satu kelasnya selalu saja menarik pelatuk. Anne tidak pernah terpancing membuat mereka selalu seperti itu.
"Oh tidak, kalian jangan begitu. Bukankah kalau dia lulus itu berarti kita bisa dia sarankan untuk ikut?!"
Teman yang lain menambahkan bubuk musiu dan menaburnya. Mimik remaja-remaja itu benar-benar menjengkelkan.
Anne menoleh malas. "Kenapa? Apa saya itu begitu pintar sampai kalian ingin menumpang nama? Kaya tapi bodoh. Memalukan!"
Duaarrr
Sekalinya bunyi, pertahanan lawan tumbang. Mulut Anne benar-benar setajam silet.
"Dahulukan otak sebelum mulut. Apaan itu, segala di tempel di wajah! Kalian itu murid sekolah, bukan badut jalanan!"
Anne berdiri, menunjuk-nunjuk riasan mereka satu persatu tanpa takut.
"Bodoh__"
Anne pergi dengan gelengan kepala aneh.
"Yaaakk. Anne sialan!" Mereka berteriak satu persatu. Ada yang hendak mengejar, ada juga yang mengangkat kursi untuk memukul.
Mereka benar-benar kesal dengan sikap Anne. Satu kelas itu memberi julukan nona arogan pada Anne.
"Gadis ini benar-benar membuat tensi darah kita naik"
Salah satu dari mereka terus mengomel ke sana kemari. Hanya satu, mereka tidak berani main fisik dengan Anne. Satu-satunya cara menjatuhkan harga diri Anne hanya dengan kata-kata mereka.
"Nona Arogan kita memang paling beda hahahah_"
Isi kelas yang di tempati Anne benar-benar random.
**
"Permisi bu"
Ucap Anne. Wali kelas pun meluruskan tatapan nya.
"Duduklah" Ucap nya.
Anne pun duduk di kursi tunggal, bersebrangan dengan sang wali kelas.
"Anne daftar nama untuk yang lulus sudah ibu pegang. Keberangkatan mereka akan di laksanakan besok sore dan ibu minta maaf untuk hal ini...."
Ucapan nya sejenak terhenti. Anne menunggu kelanjutan nya, namun kenyataan nya jantungnya tidak nyaman akan informasi yang tengah di sampaikan.
"Kamu tidak bisa ikut study ke luar, kuota nya sudah habis. Ada murid yang benar-benar tidak mampu melebihi kamu..."
"Dia juga murid berprestasi untuk itu pihak sekolah memilih dia untuk menempati kuota terakhir"
Ekspresi Anne langsung berubah drastis, jari jemarinya mengepal penuh.
"Kenapa bisa begitu bu? Anne sudah siap ikut ujian nya. Anne juga siap melunasi sisa tunggakan semester ini! Anne tidak ingin terus di kasihani, Anne hanya minta sisakan satu kuota saja! Lalu kenapa bisa-bisa nya posisi Anne di berikan pada murid itu bu?"
Anne kesal, suaranya dia perkecil. Saking kesalnya, dia sampai menangis.
Ibu wali kelas benar-benar kasihan pada Anne.
"Bu apakah bisa di ganti? Anne benar-benar ingin kesana" Anne memohon.
"Maaf Anne. Ibu tidak ada hak untuk mengganti daftar nama ini"
Ibu wali kelas pun merasa bersalah karena tidak bisa membantu Anne saat ini.
Kedua nya terdiam sesaat.
"Anne, ibu ada kenalan. Dia sedang membutuhkan guru pembimbing untuk putri nya! Anne mau kan?"
"Ibu yakin Anne bisa, untuk itu ini kesempatan juga!"
"Putrinya sebentar lagi akan mengikuti wawancara masuk ke sekolah SMA Internasional. Untuk itu mereka membutuhkan guru pembimbing"
Anne hanya diam, namun otak nya terus berputar entah tengah memikirkan apa.
**
"Oops, Sorry!"
"Haiiss Yaak" Anne dalam keadaan mood yang buruk.
Tubuhnya hampir tersungkur karena ulah pembuli.
"Owwhh kasar_" Tengil nya.
"Bagaimana? Lulus kah?"
"Ayyaa.. kita bisa ikut kan?!"
Mereka benar-benar menjengkelkan.
"Sialan" Decih Anne.
Mereka tertawa. Anne hendak pergi, namun rambutnya malah di jambak.
"Yaaak. Kau yang sialan! Jaga mulut kotor mu itu."
"Aishhhh"
Kepala Anne di lepas dengan kasar hampir terbentur dinding jendela.
Senyap sesaat, Anne belum ada reaksi dan
"Arrghhhhh"
Salah satu dari mereka menjerit. Rambut depan nya di jambak dan langsung di dorong.
"Jangan mentang-mengang saya diam. Saya bisa melakukan hal lebih kotor dari ini, hanya saja sayang tidak ingin mengotori tangan suci ini untuk manusia rendahan seperti kalian!"
Anne menunjuk dingin ke arah mereka. Suasana menegangkan dan aksi itu menjadi tontonan panas di waktu jam istirahat.
Informasi itu menyebar ke telinga murid pembuli lain nya.
"Tch tch,, anak itu diam-diam mematikan! Sshh sangat menarik sekali!" Ujar siswi itu dengan smirk jahat namun mengagumi.
Bisa dikatakan study tour, namun study kali ini berbeda. Seperti pertukaran plajar pada umum nya, namun kali ini siapa murid yang beruntung dia akan terjamin sekolah nya begitupun setelah selesai sekolah.
Akan ada perusahaan yang siap menempatkan mereka murid-murid terpilih setelah jenjang pendidikan selesai. Hidup mereka akan sangat beruntung.
Study ini diadakan langsung oleh pemilik sekolah Internasional terkenal. Pemegang-pemegang nya pun bukan dari kalangan orang biasa, bisa di katakan mereka adalah orang terkaya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
Mrs.Helio Tropium
ternyata anne anaknya sean ya thor,
2023-06-21
0