...**...
Anne tidak banyak bertanya saat ini. Mental nya kembali terguncang akan kondisi Yuji.
Sampai di rumah sakit, Anne hanya duduk terdiam, menunduk menatap sepatu pemberian sang kakak.
"Kau Annelis?" Tanya pria berkacamata itu lalu memberikan air minum seraya langsung duduk di samping Anne.
Anne bergeser agar tidak terlalu dekat. Pria berkacamata itu pun hanya mengulas senyum.
"Perkenalkan, saya Nadive Ryuga" Pria itu mengulurkan tangan.
"Anne" Tanpa membalas salam, Anne pun berucap. Nadive kembali mengulas senyum.
"Kau pasti adik Yuji, kan?" Nadive kembali bertanya seolah-olah disengaja agar ada obrolan.
Anne menoleh, menatap curiga ke arah pria di sampingnya.
"Haha, Jangan menatap saya seperti itu Anne. Saya hanya menebak saja karena beberapa kali Yuji menceritakan bagaimana manis adiknya itu!"
"Dengan konyol nya, dia terus menceritakan yang bahkan wajah nya pun tidak pernah rela dia perlihatkan kepada saya"
"Dari bagaimana dia menceritakam adiknya, saya rasa Yuji benar-benar menyayanginya"
Anne hanya diam, dia menangis dalam tunduk nya.
Nadive menatap Anne yang tertunduk. "Dia beruntung memiliki adik seperti kamu!" Seru Nadive kembali.
Anne mengangkat kembali kepala. "Bukan dia, tapi saya yang beruntung memiliki kakak seperti dia"
Walaupun gemetar, namun Anne berhasil menahan air mata nya yang terus mengalir, sampai dimana dokter yang menangani Yuji keluar dari balik pintu.
"Pasien sudah sadar" Ucap sang dokter dengan senyum ramah.
"Terimakasih dokter! " Anne sangat senang, dia pun masuk di ikuti Nadive
"Yuujii"
Teriakan Anne bukan main, dengan masih memakai seragam sekolah lengkap tas gendong masih setia di atas punggung, Anne pun berlari.
"Haiihh"
Reflek Yuuji dan Nadive menutup telinga mereka serempak.
"Anne sayang, ini rumah sakit bukan hutan!" Ucap Yuuji pelan nan lembut.
'Brughh'
"Arrghh"
Yuji meringis serta kaget karena Anne memeluk nya saat ini.
"Anne Anne badan mu bera...t" Keluh Yuji.
"Yaak mati saja sana" Anne semakin mengeratkan pelukan nya.
Ucapan Anne memang sering terdengar sarkas dan menyakitkan, tapi Yuji mengenal siapa Anne untuk itu sikap dirinya nampak biasa dan senang.
"Thank" Ucap Yuji pada Nadive. Nadive merespon dengan kode dagu nya.
Yuji menautkan alis karena Nadive mengkode dengan kening dan ujung bibir dirinya sendiri pada Anne yang masih betah memeluk sang kakak.
Yuji paham akan kode dari Nadive.
"Anne"
"Apa?" Respon Anne malah ketus, dia pun duduk di kursi samping brangkar.
"Astaga, ini kenapa lagi?" Yuji memegang dagu Anne dan memeriksa nya berulang.
"Jatuh"
Alasan yang tidak masuk akal. Mana ada jatuh lebam di ujung bibir.
"Bagaimana bisa? Jatuh nya kaya gimana sampai luka di sini?" Yuji menyentuh pelan luka Anne. Anne reflek menghindar.
"Berisik!"
Ketus nya, namun sambil meraih tangan sang kakak. "Yuji" Bibir Anne kecut seperti anak kecil tengah merengek.
Nadiv peka, dia pun ke luar dan menutup pintu.
"Kakak. Panggil aku Kakak, Anne!"
"Yujii" Kekeh Anne.
"Oke oke, sekarang katakan ini kenapa? Kau berkelahi lagi? Kan kakak udah bilang berkali-kali jangan berkelahi."
"Ini, ini. Lihatlah sendiri lebam nya banyak_"
Yuji dengan lembut mengusap lebam di wajah Anne.
"Yuji, Anne kerja lagi saja ya! Anne juga bisa cari uang. Kemarin Paman An menawari kerja paruh waktu di minimarket. Tempatnya dekat sama rumah"
"Jadi Anne bisa bantu Yuji"
Genggaman tangan Anne begitu erat pada jemari Yuji, wajah nya memang nampak dingin namun di balik itu ada rasa yang sangat begemuruh akan kakak nya.
"Tidak"
"Anne akan baik-baik saja! Anne janji bisa jaga diri. Jam kerja nya juga tidak lama, jam pulang sama dengan Yuji. Bolehkan?! Jadi Yuji bisa jemput, sekalian pulang"
Anne terus berusaha merayu, memberi pengertian agar dirinya bisa kembali bekerja paruh waktu seperti sebelum nya.
Yuji mendengarkan namun jiwa dan raganya tetap tidak akan mengizinkan adik satu-satu nya bekerja paruh waktu.
"Tidak Anne. Kakak bilang tidak! Kau harus dengar itu!"
Tolak Yuji mutlak
Anne mencebik, dia paham jika keputusan Yuji tidak bisa di ganggu gugat.
"Uang sekolah harus di lunasi minggu depan, di tambah utang Papa yang terus menumpuk. Yuji, Anne bisa bantu!"
"Tidak Anne. Kakak bisa cari uang sendiri! Kakak bisa melakukan nya."
Anne menatap selidik. "Sampai seperti ini? Bisa-bisa nanti nyawa kakak melayang kalau terus kerja di sana!"
"Anne tau, bagaimana Yuji kerja. Anne melihatnya! Kenapa Yuji begini? Hikss...hikss..hikss Anne tidak mau jadi beban terus! Anne juga bisa kerja lagi. Yuji!"
Tiba-tiba Anne terisak, kepalanya menunduk tidak berani menatap Yuji.
"Hikss..Hikss ba,,hkan Yuji tidak bisa melanjutkan kulian juga karena An,,ne kan?"
Anna terus menangis, deru nafasnya tercekat-cekat.
Tangan Yuji terulur, mengusap pucuk kepala sang adik seraya menenangkan.
"Kakak baik-baik saja. Anne!"
"Anne cukup sekolah yang rajin, biar kakak urus sisanya!"
Yuji terus menenangkan Anne dengan mengusap kepalanya. Dirinya pun ingin menangis, karena hatinya seperti di iris dengan silet tipis. Jantung nya berdegup tidak karuan.
"Percayalah, Kakak bisa melakukan nya!" Yuji kembali melanjutkan ucapan nya, di sela tangisan Anne.
...**...
Flashback On
Blentrang...
prang...
prang..
rrrrrnggg..
Piring dan gelas dari alumunium, kaca dan almari berpintu kaca habis di lempar dan di banting.
Amukan Izawa membuat seisi rumah hancur. Serpihan kaca berserakan begitupun barang yang lain.
"Hekksss...heksss"
Tangisan Anne semakin kencang, air mata memanas. Anne berjongkok di ujung.
"Anak tidak tahu diuntung kau. Tidak berguna!"
"Cari uang sana, cuman bisa jadi beban keluarga saja. Pergi cari uang! Jangan pulang tanpa membawa uang. Anak sialaan!"
Izawa terus berteriak menggelegar. Keadaan nya tengah mabuk entah kenapa tiba-tiba dia seperti itu.
"Yujii_ Hikss"
Disela tangis nya, Anne terus memanggil Yuji.
"Pergi, cari uang yang banyak-_"
"Arrrghh"
'Hikss'
'Hikss'
"Yuji heuks,, Heukss" Tangis Anne pun semakin keras. Bibir nya bergetar begitupun dengan lutut nya.
"Terus panggil kakak tidak berguna mu itu. Dia tidak akan pulang hanya karena kau memanggil nya. Anak sialan!"
"Aarrgh Yuji hikss...hikss"
Izawa benar-benar seperti orang gila, pergi entah kemana namun saat pulang pasti dalam keadaan mabuk dan berutang.
Anne tidak mengerti kenapa papa nya jadi seperti itu. Dulu papa nya orang yang sangat baik dan menyayangi nya, namun semenjak kepergian sang ibu bisnis papa menurun dan akhirnya bangkrut.
Seiring berjalan nya waktu, papa nya masih sangat baik, tapi semenjak dirinya masuk sekolah menengah sikap sang papa berubah drastis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments