Srrrkkk
Bersamaan, Anne pun menoleh. "Yuujii"
Brughh
Anne menjatuhkan pelukan erat pada sang kakak. "Yuji kenapa ada di sini? Ini kenapa banyak luka? Yu-ji"
Anne kembali memeluk sang kakak setelah menatap lekat wajah hancur miliknya. "Yuuji" Anne benar-benar tidak tahu harus mengatakan apa, dia hanya menyebut nama sang kakak berulang kali.
"Anne maaf. Maaf kakak gagal lagi melindungi Anne! Kakak tidak becus menjagamu" Ucap Yuji nanar, bibir pun bergetar saking bersalah nya.
Anne menggeleng menolak ucapan sang kakak.
"Yuji yang terbaik. Anne sayang sama Yuji!"
Mendengar kalimat langka dari mulut sang adik, Yuji semakin menangis, memeluk erat tubuh adik nya dan menyembunyikan wajahnya di bahu Anne.
Anne mengelus lembut belakang kepala Yuji. Nadive yang mendengar percakapan mereka ikut menangis. Merasa adik-kakak yang dirinya kenal sekarang sangat membuat dirinya iri, bahkan mungkin bukan hanya dirinya saja tapi orang lain yang tahu Yuji-Anne akan sangat iri.
"Anne" Panggilnya.
Anne menoleh namun masih mengelus kepala Yuji. "Nadive?" Seru Anne.
Nadive hanya mengulas senyum. "Kalian berhutang penjelasan padaku" Tutur Anne. Yuji pun melepas pelukan nya.
"Kau memang tidak bisa kalau tidak penasaran" Sentil Yuji di kening Anne.
Setelah menjenguk sang kakak. Anne menuju administrasi, namun kini dirinya memakai sandal rumah sakit.
"Permisi sus" Ucap Anne sedikit mengetuk meja karena petuas di sana tengah mencari-cari sesuatu di rak.
"Iya nona. Ada yang bisa kami bantu?"
"Tagihan atas nama Yuji Kichiro, apakah bisa di bantu. Kak?"
"Sebentar ya kami cek terlebih dahulu"
Anne merespon dengan anggukan dan juga senyuman. Di saat tengah menunggu derap langkah cepat, sepertinya bukan melangkah tapi berlari masuk ke dalam menjadi perhatian Anne.
Orang-orang itu naik ke lantai atas dengan lift. Mimik wajah mereka tertangkap jelas oleh Anne dari meja administrasi.
"Ada pasien gawat darurat lain nyakah, kak? Sepertinya mereka sangat khawatir"
Petugas administrasi itu kembali berdiri, sepertinya sudah memegang tagihan untuk atas nama Yuji Kichiro.
"Mereka keluarga tuan muda sekaligus pemilik terdahulu dari rumah sakit ini" Tutur nya. Anne masih tidak memalingkan wajahnya dari orang-orang yang semakin berdatangan.
"Orang berada memang berkarisma" Gumam Anne.
"Silahkan nona, ini untuk total tagihan nya"
Anne pun menoleh sembari mengecek struk tagihan yang harus dia bayar untuk pengobatan kakak nya.
"Kami sarankan untuk rawat inap dahulu, nona! Keadaan kakak anda belum pulih total di tambah harus beberapa kali pengecekan rutin di lab"
"Kaki nya mengalami cedera dan harus konsultasi dengan ahli terapi fisik"
"Agar cepat pulih di sarankan untuk datang dua kali dalam satu minggu. Itu pun jika anda menyetujui nya"
Anne mendengar dengan jelas informasi yang di sampaikan, dia pun bertanya apa yang akan terjadi jika kakak nya tidak melakukan saran dari petugas medis
Terdiam sejenak. "Bisa bantu Cek berapa yang harus saya bayar agar kakak saya sehat seperti sedia kala? Semua pembayaran rawat dan konsultasi, berapa total nya?" Tutur Anne.
Petugas administrasi itu sejenak terhenyak dengan respon nona di depan nya. "Baik nona, sebentar saya bantu cek"
"Silahkan" kertas kedua Anne terima dan banyaknya angka di sana membuat mulut Anne menganga, kedua bola mata pun hampir copot
"Itu semua total pembayaran nya. Bagaimana nona?"
Petugas itu benar-benar ramah, dia nampak terperinci. Wajah Anne langsung di tekuk, bagaimana caranya dia mendapatkan uang sebesar itu.
"Kak, masih ada waktu bukan?! Saya akan kembali lagi nanti, tapi jangan memberitahu kakak saya soal ini. Dia keras kepala, pasti akan meminta pulang dan istirahat di rumah"
"Tolong jaga dia. Saya akan kembali lagi nanti"
Petugas itu hanya diam, dia terharu dengan kepedualian gadis di depan nya. Di luaran sana mungkin gadis remaja sepertinya akan bermain dengan teman-teman nya, jalan-jalan, party dan hal-hal berbau uang, tapi gadis remaja yang kini ada di depan nya malah kesulitan dalam hal biaya rumah sakit.
"Baik nona, semoga semuanya lekas membaik"
Anne meninggalkan senyuman di sana sampai petugas administrasi itu nampak tidak mau melepaskan tatapan nya dari punggung Anne yang semakin menjauh.
Anne duduk di taman rumah sakit. Malam semakin larut namun langit nampak cerah. Sinar bulan begitu cerah, bahkan bintang pun bertaburan di atas sana.
"hufffhh"
Anne menarik nafas dan membuang nya berulang kali, dia duduk di atas kursi panjang untuk dua orang. Pangkal lehernya menekan ke punggung kursi besi dan wajah menengadah ke atas.
"Mama, apa yang harus Anne lakukan? Dari mana Anne mendapatkan uang sebesar ini?" Ucap Anne kemudian mengangkat slip pembayaran yang harus dia lunasi.
"Huffhhh" Kembali Anne membuang nafas. Hening sejenak, sorot mata Anne perlahan menajam seakan ingat sesuatu.
"Orang itu! Ya orang itu pasti bisa membantu"
Anne pun pergi dengan terburu-buru, namun sebelum menghentikan taksi dia mengecek kantung celana nya apakah ada uang sisa atau tidak.
"Yes" Tiga lembar uang dia dapatkan dan langsung mengehentikan taksi.
"Pak ke jalan xx" Ucap Anne. Mobil pun melaju
Sekitar tiga puluh menit, Anne sampai di rumah.
"Pak, terimakasih" Ucap Anne lalu ke luar dan berlari ke arah rumah nya.
"Di sini, pasti di sini. Ya Tuhan di mana aku menyimpan kartu nama itu?" Semua isi ransel dia ke luarkan namun tidak ada barang yang dia inginkan.
Anne terus mencari ke sana kemari, sampai akhirnya dia temukan di sela buku tulis nya.
"Ini! Hahaha aku mendapatkan nya" Anne sangat-sangat senang.
Dia pun kembali ke luar mencari telpon umum untuk menghubungi kontak di kartu nama. Handphone Anne entah ke mana, hilang saat dirinya di bawa ke tempat Robin-bos Judi
Anne sampai di tempat telpon umum dan langsung masuk, nampak Anne tengah berbincang serius.
Dari jauh satu mobil memperhatikan gerak-gerik Anne. "Bukankah dia nona muda? Sedang apa di sana?" Ucapnya mengenali.
"Lah, bukankah itu tugasmu? Kenapa tanya kami?" Ujar rekan nya di belakang mobil karena para pengintai itu nampak masih menggunakan earphone di telinga.
"Yaak memangnya aku mengatakan apa?" Seru nya tidak ingin ketahuan bodoh nya.
"Hahaha sudah lakukan tugas mu. Tidak percaya kalau kau tidak bisa menjaga satu gadis saja! Turun martabat divisi kita!"
Suara tawa masuk dari mana-mana.
"Diam"
"Mari pergi teman"
Dengan masih tertawa di balik earphone, semua orang yang tersambung menonaktifkannya dan pergi ke masing-masing tugas.
"Haihh, bukankah nona muda ada di rumah sakit?" Pria itu nampak mengoperasikan handphone nya dan menghubungi seseorang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
Aliya Wati
kurang k,,,,
2023-07-30
1
Ageng dzarin
lanjuuuttt thor
2023-07-29
1