Anne merasa aneh, namun dirinya masih bisa berpikir jernih. Dia mencari-cari telpon umum, alangkah beruntung nya kali ini, telpon umum dia temukan tidak jauh dari halte.
Anne hendak mengubungi ambulance, namun tidak ada koin sama sekali yang dirinya miliki.
"Bagaimana ini?"
Resah, khawatir, bimbang. Anne seperti orang yang tengah linglung.
"Tolong"
"Tolong"
Anne terus berteriak, dia mendekati korban yang sepertinya tewas di tempat.
"Tolong_"
"Tolong"
Suara Anne serak, dia terus berteriak minta tolong. Wajah pucat pasi, rambut panjang berantakan, namun penampilan Anne masih tetap cantik.
"Tolong"
Dari kejauhan, lampu tembak dari mobil mulai terlihat. Anne pun berdiri dan berlari mendekati mobil yang tengah melaju kencang.
"Tolong"
Anne melambai-lambaikan tangan nya.
'Tok'
'Tok'
"Tuan tolong saya"
Anne terus mengetuk kaca mobil bagian depan sampai bercak darah tertinggal di sana.
Jendela mobil terbuka.
"Tolong saya, itu di depan ada tabrak lari. Saya tidak bisa menghubungi ambulance! Tolong dia!"
Walau wajah nampak pucat dan lelah, Anne terus berusaha peduli terhadap orang lain. Pipi kanan nya ada darah begitupun tangan, laki-laki di dalam menatap penuh mata Anne.
"Tolong" Permintaan berikutnya, kedua mata Anne berembun seakan hendak menangis.
Laki-laki itu pun ke luar dari mobil, Anne segera mendekat.
"Di sana" Tunjuk nya.
Mereka pun menolong korban. Laki-laki itu memeriksa denyut nadinya.
"Bagaimana? Dia masih hidup bukan?" Tanya Anne.
"Mati"
Satu kata dari mulut laki-laki itu.
'Teug'
Jantung Anne seakan berhenti berdetak, kakinya tak dapat di gerakkan.
"Mati?" Gumam nya.
Laki-laki itu menghubungi ambulance seraya menatap Anne dengan lekat.
"Sebentar"
Anne menahannya, "Bukankah kata-mati anda terlalu kasar, tuan?!"
"Kasar?" Salah satu alis nya terangkat, Aarav pun menepis tangan Anne.
Ya, dia Aarav yang tengah membantu Anne sekarang.
"Jangan samakan manusia dengan hewan! anda juga pasti paham!" Tegas Anne.
Walaupun mulut nya kasar, tapi satu kata dari mulut Aarav membuat dirinya merasa tidak terima.
"Siapa? Saya?"
Ekpresi Anne terheran-heran. Laki-laki di depan nya sangat irit bicara, tapi sepadan dengan wajah dingin nya.
Wajah nya begitu tegas, rahang nya membentuk. Anne menebak jika laki-laki di depan nya masih berusia muda, tapi entahlah! Anne tidak begitu ingin mengetahui hal itu.
"Ah terserahlah!"
Anne tidak ingin berdebat, dia menyapu bersih setiap sudut jalan.
Aarav menaikkan kedua alis nya, dia baru sadar jika Anne tidak memakai alas kaki. Ada goresan kecil namun banyak, darah yang menetes pun sepertinya sudah mengering.
Aarav terus memperhatikan sampai suara ambulance terdengar di telinga.
Polisi pun ikut melakukan investigasi. Para medis selesai memasukkan korban ke dalam ambulance.
"Tuan muda" Ucap salah satu dari anggota polisi di sana.
Aarav membalikkan badan nya.
"Bereskan"
Aarav terus bersuara dengan satu kata. Namun aneh nya polisi itu langsung undur diri tidak berani menatap.
Anne yang lumayan berjarak dengan Aarav hanya bisa memperhatikan.
"Nona, anda juga harus ikut. Luka di kaki anda harus segera di obati jika tidak takutnya akan infeksi!"
Tutur perawat yang sudah duduk di samping jenazah. Anne melihat kaki nya. "Aaa tidak perlu, saya baik-baik saja" Tolak nya seraya tersenyum.
"Ikut saya"
"Aaaaa apa yang kau lakukan?"
Teriak Anne. Aarav menarik tangan nya lumayan kencang.
Ambulance pun pergi begitupun dengan satu mobil polisi sesaat setelah kode tangan dari Aarav.
Brughh
Aarav mendorong Anne agar masuk ke dalam mobil nya.
Brakk
Pintu di tutup dan Aarav pun berjalan ke arah kemudi.
Anne hendak ke luar kembali, namun Aarav menahan nya.
Klekk
Semua pintu terkunci, membuat Anne tidak bisa ke luar.
"Siapa kau hah? Penculik kah? Buka pintu nya"
"Yaak kau bisukah? Cepat buka pintunya sialan!"
Anne terus berteriak, dia mencoba membuka pintu sampai kaki mendorong-dorong. Aarav tidak terganggu, dia terus menatap penuh sikap Anne.
"Diam"
Satu kata kembali terlontar dan itu semakin dingin. Anne cemberut, dia menyembunyikan wajah nya di balik rambut.
"Pakai sabuk pengaman"
Ucapan Aarav seperti perintah. Anne tidak mau tapi kedua lengan nya tidak dapat di ajak kompromi.
"Buka pintu nya. Anne masih mau mencari Yuji! Ini sudah malam dia pasti khawatir"
Kedua bola mata Anne berkaca-kaca. Sikap nya berubah penuh, dari liar ke manja seperti anak kecil.
Tangis nya tidak bersuara, dia menunduk sambil menyeka air matanya.
Mobil masih melaju, sesekali Aarav melirik Anne.
Aarav semakin penasaran dengan Anne, tapi dia tidak bisa menatap matanya.
Ckitttt
Aarav sampai di depan Rumah Sakit keluarga nya. Bangunan itu semakin megah dari tahun ke tahun, nampak pula orang-orang sibuk dengan aktifitas mereka.
"Hei"
Anne tertidur pulas, Aarav mengambil tissue di samping nya dan perlahan membersihkan sisa darah yang menempel di tangan Anne.
"Astaga"
"Arghhh"
Anne kaget, dia terjengkat sampai kepalanya terbentur jendela mobil.
Keheningan terasa sesaat
"Apa yang anda lakukan?" Ucap Anne. Aarav melempar tissue pada wajah Anne.
"Turun_" Ucap Aarav.
"Yaak tunggu"
Anne pun turun karena Aarav meninggalkan nya di dalam.
"Arghssss"
Anne berjinjit, telapak kakinya terasa sakit dan perih, dia berhenti lalu berjongkok berusaha mengecek goresan di bawah nya.
"Ayo"
Aarav jongkok memunggungi Anne.
"Tidak perlu, saya bisa sendiri. lagi pula ini buat apa ke rumah sakit?!"
"Sudahlah. Saya pulang saja!"
Benar-benat cerewet dan keras kepala. Anne berbalik melangkah tertatih menjauhi lobi rumah sakit.
"Keras kepala"
Aarav berdiri dan membalikkan badan nya
"Aaaaaa"
Reflek Anne menjerit, orang-orang mendengar jeritan singkat itu tapi alangkah aneh nya semua staf menatap antusias.
Anne menjadi malu, dia pun menyembunyikan kepala nya di dada Aarav
"Sus, tolong bantu obati dia"
Aarav mendudukkan Anne di atas brangkar, aneh nya perawat di sana langsung tanggap.
"Baik tuan" Perawat itu benar-benar patuh.
"Mau kemana?" Tahan Anne di baju Aarav. Cengkraman terasa kuat. "Jangan kemana-mana" Lanjutnya meminta.
Aarav membalikkan badan nya, dia mendapati ekspresi Anne yang ketakutan.
"Di sini saja" Ucap Anne kembali.
'Teug'
Kini dirinya baru sadar.
"Annelis?" Gumam Aarav.
"Uh?" Respon Anne, dia hendak bertanya apa yang barusan Aarav katakan.
"Saya ada urusan"
Aarav melepas kasar tangan Anne.
"Yaak" Suara melengking, reflek perawat itu menjauh dengan tinggi nya teriakan Anne.
Aarav menghentikan langkah nya, namun semenit kemudian kembali melangkah lalu pergi tidak terlihat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments