Tubuh Anne di bopong karena masih tidak sadarkan diri, keberadaan orang-orang itu nampak sudah tertelan oleh bangunan di depan.
Suasana di luar nampak sepi namun jangan salah, ternyata di dalam gedung itu begitu ramai.
'Hahaha_
'Hahaha'
Tawa menggema terdengar puas,
Blughh
"Arghhhh"
Srsttt
Tubuh Yuji terhempas jauh, dia meringkuk di atas lantai dingin. Nadive membantu, walaupun keadaan nya sudah tidak kuat. Kaki nya bergetar tidak kuat untuk berdiri penuh, namun tetap menghampiri Yuji.
"Yuji" Teriak nya serak. Saking sakitnya di bagian perut, suara Nadive terdengar pelan dan tertekan di ujung tenggorokan.
Sebelah mata Yuji menyipit di dalam ringkukan, dia melihat teman nya berusaha membantu, sedangkan sang papa hanya duduk diam di samping seseorang yang dirinya pun tidak mengenal dia.
"Yuji" Tepukan di pipi terasa hangat.
Nadive dengan kening mengkerut dan sorot mata khawatir serta takut terpampang nyata di depan dirinya.
"Ga" Hembusan nafas pelan tercekat, perlahan mencekal pergelangan tangan Nadive.
"Tch tch tch anak-anak tidak berguna!!"
Umpat nya duduk di atas kursi tunggal, menyeringai pura-pura kecewa dengan keadaan, namun sebenarnya pria itu tengah meledek Yuji dan juga Nadive dengan senyum licik.
"Kau bahkan sama tidak berguna nya dengan putra mu!! Ciih.."
"Izawa kau harus melunasi hutang mu!" Cengkraman pada rambut Izawa semakin kuat. Meringis dan mengaduh ke luar dari mulut Izawa.
"Saya bahkan tidak mendapat jaminan apapun dari pinjamanmu. Bukankah ini terlalu baik?! Tch tch tch manusia menjijikan!!"
Dughh
Kepala Izawa terbentur ke tembok sampai terdengar begitu kuat. Yuji dan Nadive benar-benar sudah terluka parah.
"Hahaha yoo ternyata saya terlalu baik. Bukan?!" Tawa itu seakan dirinya merasa sangat hebat dan berkuasa, para bawahan nya pun hanya ikut tertawa.
"Tuan. Gadis yang anda inginkan sudah kami tangkap!."
Lapor pria itu muncul dari balik pintu masuk. Sesaat terdiam dan melangkah beberapa pijakan.
"Sungguh?" Tepuk nya pada bawahannya yang baru datang.
Izawa terdiam, kedua bola matanya seakan hampir meloncat ke luar.
"Anne?" Gumam Izawa.
Hening sesaat, Nadive dan Yuji tidak terlalu mendengar ucapan orang-orang di sana karena telinga mereka serasa masih mendenging.
"Tidak tidak!! Apa yang kau lakukan pada putri ku?" Izawa menyeret kaki nya dan bersujud.
"Heumm syukurlah! Saya sangat penasaran dengan gadis kecil itu"
Getaran dari jantung merembet ke seluruh tubuh. Pria ini benar-benar seorang pedofil, sorot mata pun meneduh namun penuh dengan hasrat.
"Saya mohon lepaskan dia!" Izawa terus memohon sampai dirinya mencium kaki bos judi itu.
Dia nampak jongkok, menatap puas wajah Izawa.
Puk
Puk
Tamparan kecil mendarat pada pipi Izawa, mimik wajah pria itu benar-benar seperti seorang pemangsa.
"Saya akan mencobanya dahulu. Kalau tidak sesuai harapan maka hutang mu masih harus di bayarkan!" Ucap nya lalu pergi.
"Tidaaak... jangan, saya mohon!" Izawa berteriak mengejar bos judi namun di tahan oleh pengawal nya.
"Yuji"
"Yuji"
Izawa berlari ke arah putranya. Nadive menahan agar tidak menyentuh Yuji.
"Yuji. Anne, adikmu tolong dia!"
Tubuh Yuji terpaku. "Apa yang kau lakukan pada nya. Huh?" Yuji menarik kerah baju sang ayah. Rasa nyeri yang masih menjalar dia tahan kala mendengar adiknya.
Dirinya pun menoleh ke arah pintu di mana bos judi itu ke luar.
"Sialan!!" Amarahnya memuncak, dia kalap saat ini.
Bughhh
Ayahnya sendiri di dorong sampai tersungkur.
"Menyingkir kalian!"
Yuji berteriak sangar, dia terus menyeret kaki menuju pintu. Nadive masih membantu sedangkan Izawa mematung di tempat menyaksikan putra nya seperti kesetanan.
**
"Eughhh sangat cantik sekali" Elus nya pada wajah Anne yang tengah terbaring tak sadarkan diri.
Bos judi itu membuka kancing nya satu persatu karena sudah tidak dapat menahan keinginannya untuk mencicipi gadis kecil yang sangat menggoda.
Wajah nya hampir menempel pada wajah Anne namun sayang tamparan keras mendarat. Deru nafas bos judi itu terasa menjijikan, Anne bangun dan
Plakk
"Siapa kau?" Teriak Anne langsung beranjak turun dari atas kasur ke sisi lain.
"Dimana saya?" Anne mengedarkan tatapan nya karena ruangan yang sangat asing.
"Tenang sayang, kau aman disini" Ucap bos judi itu dengan lembut. Seakan tengah menenangkan anak kecil.
Anne kemudian melipat kedua tangan nya, menatap lurus pria tua di depan nya.
"Anda sangat tidak tahu malu tuan! Tch tch tch apa yang hendak anda lakukan dengan telanjang dada seperti itu?"
Dengan gerakan tangan kanan nya menunjuk pada tubuh bos judi itu karena tidak memakai baju.
"Uuh? Hahaha kau sangat menggoda sekali"
Bos judi itu dengan lantangnya melangkah ke arah Anne. "Ayo puaskan saya. Nanti kau bisa memiliki permen enak setelah ini!" Ucap bos judi penuh dengan gairah.
"Jangan mendekat"
Entah dari mana pisau di genggaman Anne, tapi sekarang dia benar-benar tengah menodongkan senjata tajam itu padanya.
"Auww , jangan main-main dengan benda tajam. Sayang! Mending benda ini saja. Ayolah!!"
Sorot mata bos judi itu benar-benar tertutup dengan keinginan nya sampai tidak segan menunjukkan ******** nya pada Anne.
"Yaaakk"
Teriak Anne semakin menodongkan pisau itu pada nya.
"Jangan mendekat atau milikmu akan saya potong!!" Ancam Anne.
"Hahaha saya tidak takut"
"Jangan mendekat"
"Ayolah sayang, saya sudah tidak kuat!" Suaranya terdengar menjijikan. Anne tidak kuat mendengar nya.
Langkah nya semakin mendekat, Anne tidak segan mengayunkan pisau itu di depan nya. "Jangan mendekat, brengsek!!"
Sresekkkk
Seseorang ke luar dari balik jendela, pisau di tangan Anne menghilang namun kini berpindah tangan pada seorang pria asing lain di depan nya.
"Kau mengotori mata nona muda kami. Sialan!!"
Ujung pisau yang runcing sedikit menusuk di leher bos judi itu sampai darah mengalir kecil dari sana.
"Pengawal" Teriak bos judi. Derap langkah mendekat
Brakk
Pintu terbuka keras dan lebar. Pria di depan Anne langsung melindungi tubuh nona mudanya.
"Kita di gedung selatan. Kalian masuklah!" Anne mendengar ucapan pelan dari mulut pria itu seakan tengah memerintah.
"Habisi dia" Teriak marah bos judi memerintahkan pengawal nya untuk mengabisi pria yang melindungi Anne.
Perkelahian begitu saja terjadi. Ada rasa takut dari sorot mata Anne namun dia benar-benar bisa menyembunyikannya saat ini.
Nampak Anne duduk di kursi sudut jendela, menatap nyalang bos judi yang tengah memakai kembali baju, sedangkan perkelahian masih terjadi di depan matanya.
Tidak lama setelah beberapa orang tumbang di dalam kamar, derap langkah sepasang kaki terdengar.
"Hallo tuan Robin"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments