Setelah mendapatkan pemaparan singkat tentang tata cara seleksi dari tetua Wang Mei, wanita itu lalu mengajak 10 orang calon murid sekte itu menuju tempat seleksi di sebelah kanan gerbang.
“Baiklah, seleksi pertama adalah kekuatan” kata tetua Wang Mei
“Di depan kalian terdapat alat yang bisa di pukul untuk menghasilkan seberapa besar kekuatan kalian, bola cahaya di belakang akan memberitahukan besar kekuatan kalian masing-masing”
Alat itu mirip dengan gendang besar yang bagian depan bisa dipukul oleh para calon murid. Bagian belakangnya ada bola kristal yang mendeteksi besar kekuatan dari orang yang memukul gendang tersebut.
Bola kristal itu akan menghasilkan warna merah jika kekuatan orang itu kecil dalam skala 1-10, kemudian oranye dalam skala 11-100, kuning skala 101-1.000, hijau skala 1.001-10.000, biru skala 10.001-100.000, ungu skala 100.001 ke atas.
“Baiklah, mari mulai dari nomor urut 1. Yang lain berbaris di belakangnya” perintah tetua Wang Mei.
Sunne dan teman-temannya yang datang belakangan, mendapat nomer urut 7 hingga 10, dan Baihu yang diberikan nomer 10 karena dianggap paling lemah diantara mereka oleh Sunne.
Nomor urut 1 seorang anak berkepala botak bersiap mengerahkan kekuatannya lalu memukul gendang itu dengan keras.
DUGG!
Pukulan itu cukup keras mengenai gendang tersebut, kemudian bola kristal memancarkan warna kuning. Ini berarti kekuatan anak itu berada di skala 101-1.000.
Nomor urut 2 melakukan pukulan, dia hanya mampu mengeluarkan warna merah skala terlemah 1-10. Anak itu muram dan sedih karena mengetahui kekuatannya sangat lemah. Nomor urut 3 berwarna kuning, empat merah, lima oranye, enam oranye.
Kini tiba saatnya Sunne nomor 7 melakukan pukulan, dia bersiap kemudian memukul gendang itu dengan kekuatan puncak alam masternya
DUGGG!
Warna hijau. Seluruh mata anak-anak itu melotot ke arah Sunne yang tampak bangga karena saat ini dia memiliki nilai tertinggi dengan skala 1.001-10.000. Sunne berjalan dengan gagah kembali ke barisannya. Berikutnya teman-teman Sunne nomor 8 berwarna oranye, 9 berwarna kuning.
“Baik, sekarang nomor terakhir silahkan maju” teriak tetua Wang Mei memanggil Baihu.
Baihu gugup maju ke depan, dia berpikir keras cara untuk menahan kekuatannya. Dia takut jika memukul keras akan membuat gendang itu rusak, jika menyentuhnya maka dia tidak akan lolos.
“Bagaimana jika aku menyentuh dan mengerahkan kekuatan saat memegangnya sambil melihat warna bola itu” gumam Baihu dalam hatinya masih ragu.
Melihat Baihu masih ragu, tetua Wang Mei menyipitkan matanya, “Ayo kamu jangan ragu, pukullah dengan sekuat tenagamu” teriak Wang Mei padanya
Mendengar kata dari Wang Mei, Baihu memandangnya lalu menggelengkan kepalanya, “A... Aku tidak berani” sahutnya gugup
Wajah Wang Mei terlihat kesal oleh sikap Baihu, “Cepatlah. Jika kamu tidak mau memukul. Maka kami akan mencoret namamu dan tidak menerimamu” kata Wang Mei dengan kesal
Mendengar teriakan wanita itu Baihu menjadi takut tidak di terima menjadi murid sekte, dia segera tergesa-gesa mendekati gendang itu dan tanpa ragu memukulnya sambil menahan kekuatannya.
BUMM!
Gendang itu hancur karena pukulannya. Semua mata yang ada disana terbelalak melihat gendang itu hancur karena pukulan Baihu. Baihu terkejut lalu menundukkan kepalanya, “Maaf, aku tidak sengaja merusaknya”
Mata tetua Wang Mei berkedut melihat gendang itu. “Mungkin alat ini rusak karena telah berkali-kali digunakan” gumamnya
“Penjaga, bawakan gendang lainnya kemari!” perintah tetua Wang Mei pada para penjaga itu.
Kemudian tampak dua orang penjaga membawa gendang baru ke tempat itu. Gendang itu sebenarnya cukup berat jika diangkat sendiri, jadi diperlukan tenaga dua orang untuk mengangkat dan membawanya.
“Baiklah, karena gendang tadi rusak. Kamu bisa mulai kembali dengan gendang ini” kata tetua Wang Mei.
Wanita itu kemudian memeriksa gendang itu dan memastikan bahwa gendang itu juga tidak rusak. Kemudian dia meminta Baihu untuk bersiap kembali.
“Apakah aku harus memukul lagi?” tanya Baihu ragu kembali.
Wajah tetua Wang Mei menjadi gelap melihat Baihu yang kembali ragu, “Kamu mau diterima jadi murid atau tidak?” teriaknya
Baihu terkejut oleh teriakan itu, dia kemudian memukul gendang itu karena takut dirinya tidak akan diterima menjadi murid sekte.
BUMM!
Meskipun Baihu juga telah menahan kekuatannya, gendang itu tetap hancur oleh pukulannya. Baihu gugup melihatnya, dia takut tidak diterima dan dikeluarkan karena merusak gendang itu kembali. Dia menundukkan kepalanya tidak berani memandang tetua Wang Mei. “Maaf” sahutnya lirih
Semua mata orang disana termasuk para penjaga terkejut melihat gendang itu hancur kembali. Kepala tetua Wang Mei terasa mau pecah dengan hal itu, matanya berkedut keras dan terasa hampir mau keluar melihatnya.
“A...Anak ini” gerutunya kesal
Anak-anak lain termasuk Sunne menatap aneh ke arah Baihu. Mereka seakan-akan kesal juga karena dia merusak barang-barang itu.
Tetua Wang Mei kemudian mengatur nafasnya untuk meredakan emosinya karena kesal. Dia berusaha untuk tetap terlihat anggun sebagai seorang tetua wanita muda yang mempesona.
“Nomor 10, siapa namamu?” tanya Wang Mei pada Baihu.
“Namaku Baihu” sahut Baihu menatap pada tetua Wang Mei.
“Baiklah Baihu, karena gendang pengukur kekuatan ini rusak lagi. Maka kita akan menggunakan cara biasa saja. Ulurkan tangan kananmu padaku!” perintah tetua Wang Mei pada Baihu
Baihu menuruti perintah dari tetua Wang Mei, dia segera mengulurkan tangan kanannya ke depan. Kemudian tetua Wang Mei juga mengulurkan tangan kanannya ke depan. Tampak kedua telapak tangan mereka saling bersentuhan membuat wajah Baihu menjadi merah karena merasakan kelembutan dari telapak tangan Wang Mei.
“Kamu jangan membayangkan hal aneh-aneh” kata Wang Mei ketus melihat wajah Baihu yang menjadi merah.
Mendengar kata-kata Wang Mei, Baihu menundukkan kepalanya tidak berani menatap mata Wang Mei.
“Sekarang kerahkan tenagamu pada telapak tangan kananmu ini seakan-akan mau mendorongku” lanjut tetua Wang Mei.
“Baik” sahut Baihu
Baihu kemudian perlahan mengerahkan kekuatannya dan mengalirkan pada telapak tangan kanan Wang Mei. Wajah Wang Mei mengkerut melihat Baihu sepertinya ragu-ragu dan hanya mengerahkan sedikit dari kekuatannya.
Wang Mei menjadi marah, dia merasa diremehkan oleh Baihu karena anak itu tidak mengerahkan seluruh kekuatannya. Wang Mei yang berada di alam Dewa merasa yakin kekuatan Baihu tidak akan lebih dari kekuatan dasar atau master. Jadi dia memintanya untuk mengeluarkan kekuatan penuh miliknya.
“Kamu meremehkanku nak? Keluarkan seluruh kekuatanmu” teriak Wang Mei dengan wajah merah karena kesal dan menjadi marah.
Baihu yang masih berusia 15 tahun dan takut tidak diterima masuk menjadi murid sekte terkejut oleh teriakan Wang Mei. Dia pun menutup matanya dan mengerahkan kekuatan maksimalnya.
Kali ini wajah Wang Mei berubah menjadi jelak, dia tidak menyangka kekuatan Baihu telah mencapai alam Suci. Jika dia tidak menahan dengan kekuatan alam Dewa miliknya, maka tubuhnya akan terdorong mundur oleh kekuatan Baihu dan akan membuatnya menjadi malu.
Segera Wang Mei mengerahkan kekuatan alam Dewa miliknya dan mendorong tubuh Baihu.
DEGH!
Baihu terdorong ke belakang terhuyung-huyung dan hampir terjatuh karenanya. Anak-anak tertawa melihat kejadian itu. Mereka melihat Baihu yang terlihat lemah karena terdorong oleh Wang Mei. Namun mereka tidak menyadari wajah Wang Mei yang gelap dan keringat dingin mengalir di tengkuknya. Tangan Wang Mei juga merasa sedikit kebab oleh tenaga Baihu.
“Siapa anak ini?” gumam Wang Mei menyelidiki wajah Baihu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Moch Galih
hohoho
2024-12-14
0
kenta jaya
hihi/Grin/
2024-10-06
0
Luo Zan Thian
yang sabar tetua wang
wanita lajang sabar disayang calon pacar
2024-08-30
2