“Dimana keluargamu?” tanya lelaki tua itu kembali
“Keluargaku telah meninggal 2 tahun lalu, aku hanya hidup berdua bersama Sunu ini” sahutnya
Mendengar jawaban dari Baihu, lelaki tua itu menyipitkan matanya memikirkan hidup anak kecil itu ditengah hutan bersama anak harimau ini. Meskipun dalam hatinya meragukan jawaban dari Baihu namun dia tetap tidak menunjukkannya.
“Siapa namamu nak?” tanya lelaki tua itu sambil tersenyum
“Namaku Baihu” sahut Baihu tanpa memberitahukan nama aslinya.
Melihat rambut anak itu yang berwarna putih dan tatapan matanya yang tajam, akhirnya dia mengerti kenapa anak itu diberi nama Baihu.
“Aku bernama Wu Shan. Tempat tinggalku tak jauh dari tempat ini. Aku sering datang ke tempat ini untuk berlatih” kata lelaki tua itu memperkenalkan dirinya pada Baihu.
“Kalian pasti bersembunyi dari kejaran para pemburu harimau. Kamu dan anak harimau ini bisa ikut bersamaku ke tempat tinggalku, atau kamu bisa tinggal disini tanpa ada orang yang mengetahui kalian, terutama untuk melindungi anak harimau ini.” lanjut lelaki tua itu.
Baihu terdiam, dia memikirkan apa yang dikatakan oleh lelaki tua itu dengan seksama.
“Kamu putuskanlah sendiri. Aku akan berlatih dulu. Ini dua roti kukus isi daging lagi untukmu dan anak harimau itu nanti” kata lelaki tua bernama Wu Shan itu yang kemudian pergi meninggalkan mereka menuju tempat duduk batu yang berada di ujung tempat itu.
Lelaku tua bernama Wu Shan itu langsung duduk dan bermeditasi melatih kultivasinya di tempat tersebut.
Sejak kecil Baihu telah di latih dasar kultivasi oleh ayahnya, namun dia tidak sempat untuk melanjutkannya. Melihat lelaki tua itu berlatih, tanpa sengaja air mata menetes di pipi Baihu karena mengingat kedua orang tuanya yang sering dilihatnya berlatih seperti lelaki tua tersebut.
Baihu segera menghapus air mata di pipinya, lalu dia menyimpan roti kukus isi daging yang dipegangnya itu ke dalam bajunya. Kemudian dia duduk mengamati lelaki tua Wu Shan itu berlatih.
“Ayah, Ibu. Baihu rindu pada kalian” gumam Baihu dalam hatinya.
Anak harimau itu seperti merasakan perasaan Baihu, dia kemudian berjalan mendekatinya dan menjilati wajah Baihu yang duduk di hamparan rumput tersebut.
Baihu tersenyum getir ketika wajahnya dijilati oleh Sunu. Dia kemudian memeluk anak harimau itu, “Sekarang hanya kamu satu-satunya keluargaku, Sunu” bisik Baihu ditelinga Sunu.
Anak harimau itu seolah-olah mengerti apa yang diucapkan oleh Baihu lalu mengganggukkan kepala dan menggesekkannya pada wajah Baihu. Kemudian anak harimau itu duduk disamping Baihu dan meletakkan kepalanya di pangkuan Baihu.
Sambil mengelus kepala anak harimau itu, Baihu melihat dengan seksama pelatihan yang dilakukan oleh lelaki tua tersebut.
Setelah kurang lebih 2 jam melakukan meditasi dan latihan pernafasan, lelaki tua itu lalu melatih jurusnya dengan gerakan kaki dan tangan.
Baihu yang melihat dari kejauhan menyaksikan setiap gerakan kaki dan tangan lelaki tua tersebut. Tak lama berselang, lelaki itupun menghentikan latihannya dan berjalan ke arah Baihu yang memperhatikannya sejak tadi.
“Kamu sejak tadi memperhatikan pelatihanku. Apakah kamu tertarik untuk mempelajarinya?” tanya lelaki tua Wu Shan.
Wajah Baihu tertegun mendengar pertanyaan lelaki tua tersebut, dia tidak tahu mengapa lelaki tua itu begitu baik padanya. Meskipun lelaki tua itu baik dengan memberikan roti kukus isi daging dan air minum padanya, Baihu masih belum percaya sepenuhnya pada lelaki tua itu.
Karena melihat Baihu tidak menjawab pertanyaannya, maka lelaki tua itu pun bersiap hendak pergi meninggalkannya. Sebelum pergi, lelaki tua itu membalikkan badannya dan melihat ke arah Baihu, “Jika kamu berubah pikiran. Kamu bisa memanggilku Guru dan aku akan mengajarkan beberapa ilmu padamu” sahutnya sambil berjalan pergi meninggalkan tempat itu
Baihu hanya tertegun melihat kepergian lelaki tua tersebut. Kemudian dia berdiri mengingat gerakan kaki dan tangan yang diperlihatkan oleh lelaki tua itu di depannya. Kemudian dia mencoba gerakan tersebut dari dalam ingatannya sementara anak harimau itu tertidur dihamparan rumput yang hangat itu.
Keesokan harinya, lelaki tua itu datang kembali ke tempat tersebut dan membawakan lebih banyak roti kukus isi daging pada Baihu dan anak harimau itu. Kemudian mereka pun makan bertiga dengan lahapnya.
Setelah makan, lelaki tua itu pun kembali berlatih seperti kemarin. Melakukan meditasi dan latihan pernafasan kemudian berlatih gerakan jurusnya.
Demikian juga pada hari ketiga, lelaki tua itu pun datang kembali dan berlatih setelah makan bersama Baihu dan anak harimau tersebut.
Setelah kepergian lelaki itu, Baihu melatih kembali gerakan jurus dari lelaki tua itu. Dan dia merasa sudah sedikit menguasai gerakan itu.
Keesokan harinya, seperti biasa Baihu dan anak harimau itu sudah bersiap menunggu kedatangan lelaki tua itu. Namun hingga siang hari, lelaki tua itu tidak kunjung datang juga. Baihu menjadi sedikit cemas akan hal itu. Tidak biasanya dia mencemaskan orang lain yang baru saja dikenalnya.
“Kemana kakek tua itu? Kenapa hingga sore ini juga belum datang” gumam Baihu yang merasa kelaparan karena menunggu kedatangan kakek tua itu.
Malam harinya, Baihu merasa kesulitan untuk tidur. Disamping memikirkan kakek tua itu, perutnya juga merasa kelaparan karena belum terisi sejak pagi. Anak harimau itu terlihat sedikit lebih tenang daripadanya, karena sejak pagi dia lebih banyak tertidur daripada Baihu yang berkeliling di tempat itu karena cemas menunggu kakek tua itu.
“Sunu lebih banyak tidur sejak pagi, jadi dia bisa menghemat tenaganya dan tidak terlalu lapar” gumam Baihu
Hari kelima, Baihu belum juga melihat kedatangan kakek tua tersebut. Perutnya yang lapar sudah terasa mau berontak. Dia pun mencari sesuatu di tempat itu sambil menunggu kedatangan kakek tua tersebut.
Kemudian dia melihat ada beberapa buah berwarna merah tua di tebing tempat itu lalu mengambilnya dan memakan beberapa. Rasanya sedikit sepat, namun dia tidak memperdulikannya karena perutnya yang sudah kelaparan. Dia juga memetik beberapa untuk diberikan pada anak harimau.
Ketika buah itu diberikan pada anak harimau tersebut, Sunu hanya menciuminya saja, namun dia tidak tertarik untuk memakannya.
“Aneh, untuk perut karet sepertimu tidak ingin memakan buah ini. Baiklah, biar saja kamu kelaparan sendiri” gerutunya, kemudian dia memakan buah yang dibawanya untuk anak harimau itu.
Sekitar satu jam kemudian dia merasakan perutnya sakit melilit dan perih. Tubuhnya berkeringat dingin dan nafasnya tersengal-sengal. “Oh, apa yang terjadi. Apakah buat itu beracun?” gumamnya menahan sakit yang amat sangat di perutnya.
Tak berapa lama wajah nya mulai berwarna kebiruan dimulai dari bibirnya. Tubuhnya merasa panas, dan kesadarannya mulai menipis.
Sebelum dia tidak sadarkan diri, dia melihat samar-samar ada sosok yang mendekati dirinya. “Ayah, apakah itu kamu?” gumamnya lirih
Lelaki tua itu terkejut melihat kondisi Baihu, dia merasa bersalah selama dua hari ini tidak bisa datang ke tempat ini. Lalu dia memeriksa nadi dari Baihu dan terkejut.
“Dia keracunan? Apa yang sudah di makannya?” gumam lelaki tua itu sambil melihat sekelilingnya.
Dia lalu melihat buah berwarna merah tua di sekitar tempat Baihu, lalu mengambil dan mencium baunya, “Buah Iblis?” gumamnya dengan wajah pucat.
“Dimana anak ini bisa menemukan buah iblis? Aku harus cepat menolongnya” gumam lelaki tua tersebut.
Lelaki tua Wu Shan itu lalu duduk bersila dan berusaha untuk mengeluarkan racun dari dalam tubuh Baihu sebelum mengalir menyerang jantungnya. Dengan menggunakan kekuatan dalamnya, Wu Shan akhirnya bisa mengeluarkan seluruh racun buah iblis dari tubuh Baihu.
“Aku harus memulihkan kondisinya, jika tidak dia akan mengalami masa kritis kembali” gumam lelaki tua itu sambil menggendong tubuh Baihu lalu pergi dari tempat itu diikuti oleh anak harimau, Sunu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
kenta jaya
wew.. /Sweat/
2024-10-05
0
Fajar Ayu Kurniawati
.
2024-10-02
0
Zarin Zahra Ramadhani
yes
2024-08-10
2